life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

Elegi Kehidupan

Sabtu, 07 Juni 2014

Siang menanjak terik dan kita masih berdiri di bawah pohon mahoni di tepi jalan. “Aku bosan”, katamu tadi pagi. Kemudian aku menyuruhmu berdandan, kenakan sepatu keds dan jeans belel.  Kita jalan !!, tapi kita tak punya uang, Sayang. Untuk bulan ini sudah habis sebelum gajian, tersisa hanya untuk makan. “Ah, tak apa”, jawabku singkat.

Hingga hari ini aku masih saja rela melakukan apa saja untukmu, meskipun kita sudah tak bersama lagi.

“Aku ingin menua bersamamu, memakai jeans belel yang robek, kaos oblong dan tetap mencintaimu sampai mati”, katamu.

Aku hanya tertawa waktu itu, menyembunyikan jantung yang hampir pindah ke lambung sembari ku hembuskan asap yang sedari tadi menggumpal di mulutku.
Mereka bilang kita hanya elegi cinta monyet. Kau bilang mana ada monyet secantik aku. Kau pintar membuatku tertawa berderai-derai. Pun ketika aku marah sebab kau lelah dan mengacuhkanku, kau mulai mengelitiki telapak kaki, memelukku kencang-kencang dan diakhiri dengan menciumku sambil tersenyum. Kemudian kita akan berbisik-bisik dalam gelap di dalam seprai berbungak dalam satu tempat, yang berbeda. Kita mendiskusikan tentang hebatnya kita jika dapat menaklukkan gunung Rinjani. Aku memotong, “Dapat memandangi Rinjani dari kejauhan, itu seperti lelaki yang hanya bisa memandangi gadis pujaannya tanpa bisa berbuat apa-apa”.[1]

 “Haha, cool”, tawamu.
“Memangnya seperti apa cool itu?”, mukaku meraut masam.
“Sepertimu”, yang sedang cemberut.  

******
Daerah senen semakin ramai dengan hilir mudik kendaraan. Baru saja sebuah vellfire hitam mengklakson yang memekakkan telinga. Di belakang supirnya yang gendut, duduk seorang wanita setengah baya dengan kaca mata hitam menempel di mukanya.
Di depanku berbondong-bondong penyeberang melintasi zebracross entah berjalan menuju kemana. Tiba-tiba mataku tertuju pada seorang wanita dengan baju kurungnya yang berwarna coklat, terlihat menggandeng anak kecil. Perutnya membuncitnya yang membuatnya berjalan lebih lambat. Di sampingnya seorang laki-laki dengan songkok hitam yang lusuh bersungut-sungut. Kupandangi mereka dengan seksama.

Tiba-tiba kau menepuk pundakku, “aku tak mau sibuk sendirian dengan anak kita kelak, kau harus mau membaginya dengan ikut menggendongnya nanti”.
“Tentu saja”, jawabku

Sambil menoleh ke kiri. Kau mempererat genggaman tanganku.
Aku mencintaimu dengan megah. Aku tak dapat berjanji, tapi tentu akan kulakukan.

******
*Beberapa hari sebelumnya

Nanti jika aku punya uang, akan ku ajak kau berjalan-jalan dengan naik kopaja dan ke toko buku bekas. Ongkos kopaja hanya tiga ribu, diambil dari atm bersaldo terakhir. Kau akan duduk di lantai toko sambil menekuri halaman demi halaman yang menguning dan berdebu. Sedangkan aku duduk merokok di luar, aku tak pernah suka membaca. “Aku hanya akan membaca draft tulisanmu”. Kemudian kau akan melotot melihat rokok putih terselip di jariku. Kau tak suka melihatku merokok, “nanti kau cepat mati!”, katamu. “Urusan mati hanya Tuhan yang menulisnya di buku takdir, Sayang. Bukan karena merokok”.

Tapi kau kidal, dan orang kidal juga cepat mati. Aku memilih diam waktu itu.

Kau tahu, aku meluruhkan egoku hampir separuh lebih. Setengah dari takdirmu adalah takdirku. Maka aku berhenti mendebatkan banyak hal dan menerima bahwa cinta sudah memilih jalannya sendiri. Begitu pula kau yang memilih menikahi isi pikiranku yang hanya berisi engkau dan kehidupan di masa depan. Kurasa kita impas, bukan?. “Kurasa cinta tidak menghitung”, kataku.

******
Kau menginginkan buku itu, tapi harganya mahal. Aku merebutnya dari tanganmu, melihat bagian belakangnya dan membolak-balik beberapa halamannya.

“Kau mau es kelapa di depan itu, bisa pesankan sebentar untuk kita?”, kataku.

Kau beranjak dan melihat aku berjalan ke arah kasir dan membuka dompet.

“Ini untukmu”, seringai lebarku tiba-tiba muncul dan duduk di sampingmu. Kau terkejut senang, kau habiskan isi gelasmu dengan cepat, mengelap telapak tanganmu yang basah oleh embun di gelas dan mengelus cover nya yang masih bagus meski tampak tua.

Kita pulang sambil menyusuri trotoar berdebu sambil bergandengan tangan, menunggu kopaja di tepi jalan sambil menahan panas.

******
*setelahnya

Minggu depan aku ke sana lagi. Ke toko buku itu, tapi tanpa genggaman tanganmu lagi.
Aku melanjutkan “kehidupanku”, dan kau pergi kembali pada takdirmu.

06 Juni 2014
Saat Terakhir, ST12
Pertemuan itu indah, namun perpisahan
Jauh lebih bermakna




[1] Kutipan status gilang

I am Shop, Therefore I am

Jumat, 06 Juni 2014


                                         MT
                        ƒ   Lt    Lek   $   ؋  CHF   p.
                                       Ft Дин           ман       
                   BZ$               kr  ₦                  $b
                    KM              ₨ Rp
                      P                ﷼ B/.               
                       ден           Gs  Php         
                            Лв   R$   £     RM   ₮
                                         ₪ TT$                ₡  
                                         J$ NT$               kn
                                         ¥     ฿                  ₱
                                     Лв  Z$               Kč
                      HK$           ₩   Bs              Q      
                             ₮       L   RD$   Kr   ¢  
                                         ₭ YTL
                                         Ls руб
                                           
Disitulah #takada  kebahagian,
 jangan kau sia-siakan hidupmu
yg berangsur tua

Afirmasi Kematian Tuhan

Minggu, 16 Maret 2014



Minggu ini merupakan penghujung perkuliahan semester ganjil. Seperti biasanya, aku melangkah dengan malas menuju kampus. “Perjalanan” ku kali ini sama sekali tak aku mengerti, melangkah jauh mempelajari bahasa yang tak sekalipun pernah terlintas dipikiranku, Bahasa Rusia. Bukan perkara mudah memangnya. Meskipun bertahun-tahun bermukim di Beruang Merah, tapi tak ada satu pun legitimasi yang dapat dijadikan benteng dalam penguasaan bahasa tersebut.
Pagi itu jarum jam di pergelangan tangan kananku menunjukkan pukul 09.30, kurang. Ini menandakan pelajaran hari ini akan segera dimulai. Diawali dengan pembahasan pelajaran minggu lalu yang tak sekedar berbasa-basi, mengecek tugas yang diberikan. Bak biduan kecil berdasi merah, tangan lemah ku mengambilnya didalam tas.
------------------------------::-------------------------------
Sebelumnya...
Berawal dari percakapan, di salah satu situs media sosial, Facebook,  bersama seorang wanita -mungkin  lebih tepatnya seorang “gadis”, yang kegadisannya semerbak bunga bangkai. Jari lentik ku dengan lincah menari diantara tuts-tuts keyboard.
Entah bagaimana awalnya, percakapan saat itu diselingi dengan cerita kegiatan sehari-hari. “Aku sedang menonton film” tuturnya. Bak pejantan yang tak ingin kehilangan momen menatap betina, aku pun mencoba mengulur-ulur pembicaraan hingga pada jenis film yang ia sukai. Dan Tentu saja seperti betina pada umumnya, ia menggandrungi palsunya kisah romantisme “film Korea”.
Waktu pun kian memanjang. Aku mencoba memberikan referensi film yag menurutku cukup bagus, “Bunga Kering Perpisahan”, saranku. Sebuah film yag mengisahkan tentang percintaan postmodernisme yang tak lagi mengenal batas kepercayaan. Jika Tuhan mu saja dapat kau khianati, bagaimana aku yang hanya seorang kaum. Percakapan malam itu pun berakhir dengan janji olehnya, “aku akan segera menonton film itu”
Sembari menanti komentarnya akan film tersebut, aku mencoba memutar kembali film yang #lagilagi menurutku menarik. After Shock, sebuah film dari Asia Timur, China. Film kisah nyata yang menceritakan tentang peristiwa gempa bumi di daratan China pada dekade tahun 1970-an. Film ini menurutku patut ditonton, selain alurnya yang bagus, juga terdapat ada beberapa hal yang hikmahnya dapat kita “curi”. Behind the Tragedy
Film ini berawal dari kisah sebuah keluarga dengan Seorang ayah, Ibu dan masing-masing satu anak laki-laki dan perempuan. Pada saat gempa terjadi, kedua orang tua anak tersebut sedang lembur bekerja disalah satu proyek pembangunan gedung. Dan tentunya kedua anak tersebut dengan pulas tertidur dirumah.
Gempa meruntuhkan bangunan flat tempat mereka bermukim, singkatnya Ayah mereka meninggal tertimpa runtuhan bangunan, seperti buah simalakama yang membunuh tuan pendiri bangunan. Ibunya dihadapkan pada pilihan menyelematkan salah satu anak mereka, Laki atau perempuan. Pada akhirnya Ibu sang anak lebih memilih sang pria dan  anak wanita yang awalnya telah diduga meninggal kemudian diselamatkan oleh seorang perwira, yang pada saat itu menjadi sukarelawan bencana, yang belum memiliki anak.
------------------------------::-------------------------------
Pada 28 Juli 1976 sebuah peristiwa gempa bumi  terjadi di Tangshan, China, yang memakan korban jiwa hingga 240.000 orang[1], namun banyak ahli memperkirakan kurang lebih 700.000. Sehari sebelumnya peristiwa, disebuah desa di luar Tangshan, dilaporkan air sumur naik turun hingga tiga kali. Di desa lain, sumur-sumur menyemburkan gas pada 12 juli dan mencapai puncak pada 25 dan 26 Juli. Selain itu hewan-hewan disekitar Baiguantuan menolak untuk makan dan terus berkicau #kukuruyuk.[2]
Siang sebelum peristiwa gempa terjadi, langit terlihat seperti mengeluarkan cahaya berwarna putih dan merah. Daun-daun di pohon terbakar dan sayuran hangus hanya di satu bagian, seperti terkena bola api, dan dalam sekejap kota diratakan. 93% dari bangunan perumahan dan 78 % bangunan industri hancur total. 80 % dari stasiun pompa air rusak berat dan pipa air rusak di seluruh kota. 14 % dari pipa limbah rusak berat.[3] Pada periode ini kita juga tidak dapat melepas pisahkan kondisi perpolitikan yang terjadi di China. Kekuasaan partai politik komunis China pun ikut terguncang. Mao Zedong menderita serangan jantung dan komplikasi lain akibat dari usia tua dan konsumsi rokok yang berlebihan. Dan akhirnya meninggal pada tahun yang sama pada 9 September. Dilain sisi, Zhou Enlai menentang Revolusi Kebudayaan yang digombarkan dan mendorong “Empat Modernisasi” China; pertanian China, industri, ilmu pengetahuan, dan pertahanan nasional.
Gempa bumi besar Tangshan tahun 1976 adalah bencana alam terburuk dari abad kedua puluh, dalam hal hilangnya nyawa dan sejarah perpolitikan China. Namun, gempa tersebut terbukti berperan penting dalam mengakhiri Revolusi Kebudayaan yang merupakan salah satu bencana buatan manusia terburuk sepanjang masa. Atas nama perjuangan Komunis, Revolusioner Budaya menghancurkan budaya tradisional, seni, agama dan pengetahuan. Mereka menganiaya intelektual, mencegah pendidikan bagi seluruh generasi, dan dengan kejam menyiksa dan membunuh ribuan anggota etnis minoritas. Sepuluh tahun sebelumnya, 1960-an, Amerika Serikat menyerbu Vietnam atas dasar untuk mencegah penyebaran komunisme memasuki wilayah Asia Tenggara, Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Pada periode ini juga ditandai pergantian rezim kekuasaan Orde lama – orde baru.
Dalam artikel  Business Week, 19 Oktober 2005, menuliskan bahwa Jhon V Neumann pasca perang dunia II mulai bekerja melakukan proyek modifikasi cuaca yang bertujuan untuk mengalahkan negara komunisme dengan menyebabkan kekeringan di Uni Soviet, taktik Cloud-Seeding. Dilaporkan bahwa militer AS menghabiskan $ 2.800.000 /tahun untuk membiayai penelitian modifikasi cuaca.
Perang Vietnam merupakan awal kali penggunaan proyek modifikasi cuaca, yang kemudian disebut Weather Weapon. Dikenal dengan Proyek Popeye, dengan memperpanjang musim hujan untuk menghambat pergerakan musuh serta menghabiskan persediaan makanan mereka di jalur hutan berlumpur dan pada tahun 1976 PBB mengeluarkan relosusi yang melarang penggunaan senjata cuaca untuk kebutuhan perang.[4]
Permainan politik terkini, gempa bumi dahsyat menewaskan sekitar 700.000 orang, mungkin hanyalah sebuah peringatan dari Amerika Serikat untuk China, bahwa AS mengendalikan teknologi yang dapat memusnahkan negara China. China paham Amerika Serikat dapat menghancurkan negaranya tanpa perlu menginjakkan kaki di negaranya. China menyadari bahwa mereka tidak memiliki senjata untuk membalas serangan Senjata Cuaca ini. Tindakan seperti ini (akan) menghasilkan "Real-Politick”.
Ide dasar peperangan lingkungan ini sangat sederhana - jika suatu negara dapat mempelajari bagaimana cara memicu terjadinya bencana alam yang dapat mengakibatkan kerusakan parah terhadap musuh melalui hujan, banjir, gelombang pasang, gempa bumi, dan bahkan perubahan iklim yang dapat menghancurkan pertanian negara musuh".[5]
------------------------------::-------------------------------
Melangkah Jauh kedepan, kedua anak korban gempa bumi tersebut telah tumbuh menjadi dewasa. Mereka kembali dipertemukan pada peristiwa gempa bumi yang terjadi di Sichuan,China,  pada tahun 2008 dengan menjadi sukarelawan.

Kebutuhan manusia akan Science, untuk bertahan hidup,
Akan membunuh Tuhan dari dalam dirinya #Nietsche



[1] Tangshan: The Deadliest Earthquake
[2] Chen Yong, et al, The Great Tangshan Earthquake of 1976: An Anatomy of Disaster (New York: Pergamon Press, 1988) 53.
[3] Tangshan: The Deadliest Earthquake (Page 2)
[4] The United Nations Disarmament Yearbook, Volume I. 1976
[5] Baca WEATHER CONTROL AND WEATHER WARFARE

Refleksi Krisis Ukraina terhadap Kesatuan NKRI

Jumat, 14 Maret 2014



Krisis Ukraina diawali dengan batalnya penandatangan kerjasama Asosiasi perdagangan politik dan ekonomi dengan Uni Eropa oleh presiden Viktor Yanukovych pada November 2013. Pembatalan ini kemudian berbuntut panjang yang pada akhirnya berujung penggulingan presiden.
Permasalahan ini kian meruncing ketika presiden yang digulingkan meminta bantuan perlindungan militer kepada Rusia yang dipaparkan diwilayah Rostov Maret 2014. Selain itu disalah satu wilayah Ukraina, Crimea, juga terdapat warga negara yang masih menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa sehari-hari dan pro terhadap Rusia.

Arti penting Crimea (Ukraina) bagi Rusia sama dengan Kanada bagi Amerika Serikat. Jika Crimea lepas maka Rusia tidak akanlagi memiliki pangkalan militer di kawasan Eropa, khususnya untuk membendung daya jangkau alutista NATO. Dalam Sejarahnya #pula pada abad ke -9, Kiev merupakan pusat perpolitikan sekaligus ibukota dari bangsa Slavia, Древнерусского Государства, Киевская Русь.

Terlepas dari semua itu, Mengapa ekskalasi "konflik" tersebut sangat cepat "bertransmigrasi" dari isu internal ke isu global, hanya dalam hitungan hari ? Ataukah "konflik" ini merupakan cikal bakal Perang Pelopennisa, Archidamia, (431-404 SM) versi abad XXI (memang masih terlalu dini) yang merupakan usus buntu dari perseturuan Athena dan Sparta. Perseteruan Klasik AS-Rusia diibaratkan sebagai dua pihak diatas dan Bangsa Melos sebagai Ukraina abad XXI.

Jika menggunakan simulasi Perang Peloponnesia yang dibagi menjadi 3 fase yaitu Perang Archidamian, Perang Sisilia dan Perang Ionia (Decelean). Maka kita akan menunggu kelanjutan Perang dingin kedalam dua bagian lagi. Dimana pada akhirnya Bangsa Athena tidak akan pernah lagi mendapatkan kemakmuran.

Kepentingan Indonesia

Secara garis besar, tak ada kepentingan Indonesia terkait permasalahan tersebut. Hal tersebut mengingat akar konfliknya yang merupakan perseteruan yang memperebutkan wilayah. Baik itu nantinya akan menjadi otoritas Uni Eropa atau tetap menjadi kesatuan Rusia (baik itu keseluruhan wilayah Ukraina ataupun cuma Crimea)

Hal yang ingin saya garis bawahi bahwa dengan dasar Kebijakan Polugri Indonesia, Bebas dan aktif, hal ini kemudian menguntungkan bagi indonesia. Kita dapat melihat pengalaman perang dingin khususnya pada masa awal kemerdekaan. Namun yang perlu dicatat bahwa posisi ini berlaku manakala dalam kondisi negative peace dan akan berbanding terbaik manakala terjadi kontak senjata antar kedua belah pihak.

Bisa saja dengan "Bebas dan Aktif" akan menjadi boomerang bagi Indonesia. dalam artian kita dapat menjadi the next of bangsa melos, dimana kenetralan itu diartikan sebagai sebuah hal yang negatif dari pihak yang berseteru.

Disisi lain, krisis Ukraina kini harusnya dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi Indonesia (meskipun seharusnya kita dapat belajar dari sejarah sendiri). Hal ini bertolak dari keadaan Ukraina yang kocar-kacir akibat dari banyaknya pihak yang mengglobalkan isu ini #ikutcampur (AS, Nato dan Rusia)

Dari beberapa artikel yang saya baca dikatakan bahwa sebenarnya rakyat Ukraina tidak bermaksud untuk bergabung kedalam Uni Eropa. Mereka hanya meminta hak kebebasan sebagai warga negara layaknya kebebasan yang dimiliki sistem demokrasi. Singkatnya, hal ini kemudian kian kisruh dgn  iming-iming warga negara Uni Eropa yang terkesan wah, khususnya bagi muda mudi.

Jika Ukraina berpaling ke Uni Eropa maka negara tersebut akan gagal bayar dan satu-satunya jalan meminta pinjaman utang dari World Bank yang sama saja dengan menggali "kuburan" mereka sendiri, Ukraina. Dalam kajian strategis tentunya ini akan menguntungkan NATO dan USA dalam mengepung Rusia, dikarenakan sebelumnya Rudal mereka (entah apa namanya) telah terpasang di Republik Ceko yang diarahkan ke timur. Tentunya dengan bergabungnya Ukraina potensi untuk penempatan dan pemindahan rudal tersebut besar. Atas nama keamanan kawasan di Perbatasan.

Pada pihak lain, Rusia akan "merugi" dengan posisi ini. Pangkalan militer Rusia (diluar dari teritori negaranya) hanya terdapat di Crimea dan Suriah (nasibnya kini tak jelas). Oleh karena itu Rusia dalam penyelesaian krisis ini (non traditional issue) menggunakan traditional approach.

Kesatuan NKRI

Indonesia harusnya dapat belajar khususnya dalam mengamankan wilayahnya. Berkaca pada sejarah timur timor yang dapat lepas akibat dari pengaruh dan kongkalikong barat, dalam hal ini Australia. Pada saat itu pemerintah Australia berjanji akan membantu mereka, khususnya dalam hal pembangunan, jika mereka merdeka dari Indonesia. Namun hal ini tidak sesuai adanya dewasa ini. Timur Timor hakekatnya merupakan wilayah yang cukup strategis bagi australia, mengingat dalam buku putih pertahanan australia bahwasanya ancaman akan selalu datang dari utara, dalam hal ini China. Dengan Kebijakan Polugri, tentunya Australia tidak ingin berjudi dan lebih memilih menjadikan timur timor sebagai "benteng terakhir" mereka. Selain itu di kawasan Asia Pasifik, Australia merupakan anomali dari negara2 Asia (tenggara dan timur).

Dewasa ini, lagi-lagi kita dihadapkan pada isu keutuhan wilayah. Papua dan Aceh bak hulu dan hilir bangsa indonesia dan sekaligus rawan akan perpecahan. Di Aceh, untuk saat ini kita dapat bernafas lega mengingat perjanjian helsinki  yang telah disepakati.[1] Namun hal ini tentunya tidak akan bertahan lama mengingat ASEAN Free Trade akan segera digulirkan dan Thailand akan mengusulkan membagi wilayahnya menjadi 2 dan akan dibentuk sebuah Telur Tsar sehingga secara geostrategis kapal-kapal dagang Asia  tidak perlu lagi melewati Singapura dan Malaysia. Mereka dapat memotong melalui teluk tersebut dan Aceh merupakan wilayah strategis sebagi tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang.

Di Papua, seperti kita ketahui bersama bahwa daerah ini hingga sekarang belum menemukan titik terang permasalahannya. Keinginan untuk melepaskan diri dari Indonesia kian kuat mengingat dari sejarah masuknya Papua ke Indonesia sangat kontroversi meskipun melalui sebuah proses penentuan nasib, self determination, yang difasilitasi oleh PBB. Hal ini menjadi kian kusut mengingat dukungan dari negara-negara pasifik, Vanuatu, Solomon Island etc, untuk kemerdekaan papua. Pada bagian ini tentunya kita belum berbicara sejarah kelam mereka, dimana sejak bergabungnya papua wilayah ini telah dijadikan sebagai wilayah Daerah Operasi Militer, DOM

Perbandingan Peserta PEPERA dan Bukan Peserta PEPERA Tahun 1969
No.  Region / County       Total People          Representatives                   Unrepresentative
1.    Merauke                      144,171                 175 peoples                          143,996 peoples
2.    Jayawijaya                  165,000                 175 peoples                          164,825 peoples
3.    Paniai                           156,000                 175 peoples                          155,825 peoples
4.   Fakfak                           43,187                   75 peoples                             43,112 peoples
5.   Sorong                          75,474                   110 peoples                          75,364 peoples
6.   Manokwari                    49,974                   75 peoples                             49,899 peoples
7.  Teluk Cenderawasih     91,870                   131 peoples                          91,739 peoples
8.   Jayapura                        83,750                   110 peoples                          83,640 peoples
Total Peoples                     809,326                  1026                                     808,300
John Anari. Kegagalan Dekolonisasi dan Ilegal Referendum di Papua Barat. WPLO. 2012. Hal 149

Selain itu dalam mitologi bangsa yahudi, Israel, dituliskan Pembagian 12 wilayah Bumi berdasarkan 12 Suku Israel (Ulangan 32:8-9) dan Bangsa-bangsa dikelompokkan dalam 4 (empat) bagian menurut Penjuru Mata Angin (wahyu 21:12-13), dimana 3 (tiga) suku menjaga pintu Gerbang Utara, 3 (tiga) suku bangsa menjaga pintu Gerbang Selatan, 3 (tiga) suku bangsa menjaga pintu Gerbang Barat dan 3 (tiga) suku bangsa menjaga pintu Gerbang Timur.[2]
Pada saatnya nanti, Tuhan akan datang kedua kalinya melalui gerbang timur, East Golden Gate, sehingga Tuhan menyimpan emas yang berlimpah. Disisi lain,  gerbang tersebut dijaga oleh bangsa Kerda, Indonesia, keturunan Ismail dan akan menyiksa masyarakat digerbang  tersebut. Namun Tuhan menghukum mereka dengan berbagai bencana alam sebagai akibat dari penyiksaan yang mereka lakukan. Indonesia adalah Bangsa Kedar terbesar dunia yang mendiami lebih dari 17.000 pulau di bagian Timur Yerusalem dan Papua adalah sebagai Gerbang Emas Timur sehingga banyak dilimpahkan emas tetapi Papua masih dikuasai oleh Bangsa Kedar (Indonesia). Papua terletak paling Timur dari Bangsa Kedar dan Israel sedangkan wilayah di bagian samudera Pasifik lainnya tidak dikuasai oleh Bangsa Kedar  tetapi dikuasai oleh bangsa keturunan Yakob yaitu Amerika, Perancis, dan Inggris.
Oleh karena itu, Indonesia dalam melihat fenomena dunia internasional harusnya dapat mengambil pelajaran, mengingat sebelumnya bangsa Indonesia telah kehilangan sebagian dari wilayahnya. Tentunya para penampuk kekuasaan harus dapat berhitung dan tidak hanya melulu demi kepentingan golongan. Tentunya ini terlalu dini untuk dibuat sebuah kesimpulan yang sifatnya menggeneralisasi.

Kalau kamu menyayangiku, seharusnya kamu merebutku darinya..


[1] Isi Perjanjian Helsinki RI-GAM,
[2] John Anari. Kegagalan Dekolonisasi dan Ilegal Referendum di Papua Barat. WPLO. 2012. Hal 34
 

Lorem

Ipsum

Dolor