люблю ноябрь |
Doa yang biasa saja
Jumat, 01 November 2013
Diposting oleh
Dirgasme
di
11/01/2013 02:53:00 AM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Nafsu Remaja Dua Puluh
Kamis, 01 Agustus 2013
Aku mencintai kamu yang dulu
Dulu saat bersamamu
Ada kisah yang tertempuh
Berbagi dalam jarak dan waktu
Mimpi-mimpi yang terbelenggu
Bak air dalam sebuah tungku
Aku dan kau adalah sebuah nafsu
Nafsu remaja dua puluh
Kini semua telah berlalu
Hilang tanpa bersamaku
Dalam deru yang mendebu
Aku mencintai kamu yang dulu
Dulu saat bersamamu
Ada kisah yang tertempuh
Berbagi dalam jarak dan waktu
Mimpi-mimpi yang terbelenggu
Bak air dalam sebuah tungku
Aku dan kau adalah sebuah nafsu
Nafsu remaja dua puluh
Kini semua telah berlalu
Hilang tanpa bersamaku
Dalam deru yang mendebu
Aku mencintai kamu yang dulu
18 Mei 2013
Pagi, Senyum yang terjatuh
Diposting oleh
Dirgasme
di
8/01/2013 05:10:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Lebensraum
Belakangan ini pola
hidupku agak sedikit berubah. Hal ini seiring sejalan dengan rutinitas yang
kujalani. Saya merupakan salah satu mahasiswa program pascasarjana disalah satu
universitas yang menurut kebanyakan orang merupakan universitas terbaik di
Indonesia.
Seperti hari biasanya,
menurutku tak ada suatu yang istimewa. Panas terik dan deru kendaraan seakan
memaksakan langkahku untuk tetap berada dikamar. Tak terasa hari berganti siang dan kini
matahari pun tak lagi bertuan, perlahan-lahan ia menghilangkan sinarnya.
kulihat jam yang melekat ditanganku menunjukkan pukul delapan malam kurang
seperempat. Seperti kebanyakan khalayak, waktu seperti itu merupakan waktu yang
pas untuk bersantap malam dan sambil menyelesaikan tugas paperku akhirnya aku
memutuskan untuk sejenak mencari makan disekitar tempat tinggalku.
Malam itu aku
memutuskan untuk bersantap malam di warteg, warung seadanya, Seada duit dan
seada kenyang. Awalnya semua biasa saja, aku menikmati makanan dihadapanku
dengan lahap sampai suatu ketika mataku tertuju pada seorang ibu yang duduk
didepan warung makan dengan dua anak didekatnya. Dalam pandanganku umur ibu itu
berkisar 40-an yang mendekati 50. Perawakannya agak kurus dengan sebuah kain
menutupi kepalanya dan tingginya mungkin tak bakal melebihi seratus enam puluh
centimeter. Postur yang kecil menurutku.
Ibu tersebut tidak
sendirian, terdapat dua anak kecil yang berada didekatnya. Satu hal yang
kuyakini bahwa salah satu anak ibu tersebut berkelamin perempuan dan berumur
tak kurang dari lima tahun. Aku tak tahu jenis kelamin anak yang satu lagi,
bukan tanpa alasan. Anak tersebut masih berusia sekitar tiga tahun, menurutku,
dan tertidur pulas didekapan ibu itu dengan seutas kain yang menggendong
dirinya dalam lilitan ibu tersebut.
Aku berani memastikan
bahwa mereka berada dalam kondisi kelaparan. bagaimana tidak, panas terik
disiang hari terbayar tuntas dengan guyuran hujan rintih-rintih dimalam
harinya.
Lama aku memandangi
mereka, sampai-sampai makanan dihadapanku pun menjadi dingin. Aku melihat ibu
tersebut sedang menikmati nasi bungkus yang ia keluarkan dari dalam tasnya.
Terdapat tiga bungkus nasi; untuknya, anak perempuannya dan anak balitanya.
Mereka memakannya sangat dan sangat lahap sampai kemudian anak perempuannya
menyahut “Bu, aku masih lapar”. Sejenak air dimataku rontok perlahan-lahan.
Inilah
mereka yang terdustakan oleh kehidupan
Dengan sigapnya ibu
tersebut menyodorkan makanan yang dilahapnya
“ini kamu bagi berdua
dengan adikmu, Ibu sudah kenyang”
Nikmat
tuhan apalagi yang hendak mereka dustakan
Dan tanganku pun
mengambil selembar tisu…
Tuan, dunia apalagi
yang hendak kau ciptakan ? dengan segala kekayaan yang kau miliki, mengapa hal
ini bisa terjadi ?
Ataukah, Tuhan, bantu
aku menjawabnya ? selemah-lemahnya aku, ialah pada saat aku hanya tinggal diam.
∞∞∞∞∞¦¦¦∞∞∞∞∞
*Beberapa saat
sebelumnya
Belakangan ini
merupakan hari-hari terberat bagiku. Deretan paper yang menumpuk serta tumpukan
laporan yang terkejar deadline. Aku sangat senang mempelajari, mengulas ataupun
menulis hal-hal yang terkait dengan keamanan, beberapa waktu lalu salah satu
pengajar dikampusku, Edy Prasetyono, memberikan sedikit penjelasan mengenai
konsep-konsep keamanan.
Secara garis besar ia
membagi keamanan kedalam dua term, traditional dan non-traditional.
Traditional merupakan term keamanan klasik yang menitikberatkan
konsep keamanan pada isu-isu militer saja, sedangkan non-traditional
merupakan konsep keamanan yang “terperbaharui”, hal ini merujuk bahwa konsep
keamanan tidak hanya fokus pada isu militer saja melainkan isu-isu ekonomi,
hukum, bencana alam, terorisme, korupsi, less government dan sebagainya
merupakan kajian keamanan non-tradisional yang secara tidak langsung dapat
berdampak signifikan terhadap eksistensi suatu negara. Menurut R. William
Liddle terdapat dua unsur fisik mendasar dalam membangun kekuatan bangsa yaitu
faktor ekonomi dan militer disamping juga critical mass.[1]
Pada waktu itu, kami
memfokuskan arah diskusi tersebut keaspek hukum dan ekonomi, khususnya terkait
korupsi. Wajar saja ini menjadi diskusi hangat kami, mengingat permasalahan ini
tak kunjung terselesaikan di bumi pertiwi ini. jika kita hendak menulusuri
praktek-praktek korupsi dinegeri ini tentu tidak akan sukar untuk menarik
sebuah benang merah. Hal tersebut saya asumsikan mengingat bahwa korupsi
merupakan tonggak sejarah yang melatarbelakangi lahirnya bumi pertiwi. Dari
zaman majapahit, zaman kolonial dimana gubermen-gubermen menjadi tokoh utama
hingga sekarang dimana korupsi tidak lagi menjadi sebuah barang mewah. Siapa
saja dapat melakukannya tanpa perlu menjadi pemimpin ataupun gubermen.
Melihat kondisi hari
ini, bumi pertiwi lagi-lagi dihebohkan dengan fenomena korupsi yang dilakukan
oleh salah satu petinggi POLISI dengan nilai korupsi hingga ratusan milyar
rupiah. Sambil bercanda dosen saya kemudian mengeluarkan anekdot bahwa
“koruptor
di Indonesia itu bodohnya tidak ketulungan, pantas saja kalian tertangkap”
Bodoh dan tertangkap
kemudian dirasionalkan melalui mekanisme berikut: pada dasarnya
manusia/keluarga hanya membutuhkan satu rumah dan mentok-mentok dua, mobil pun
demikian. Karena jika berlebihan hasilnya akan mubasir. Apakah rumah-rumah dan mobil-mobil hasil
korupsi tersebut akan kalian tempati dan pergunakan keseluruhannya ?
Uang ratusan milyar
berdasarkan asas guna apakah akan dipergunakan keseluruhannya ? kalau hanya
ingin menghidupi anak istri tentu tak bakal sampai ratusan milyar, anak pun
kalau dewasa pasti akan menjalani kehidupannya sendiri.
∞∞∞¦ ¦∞∞∞
Sejenak aku kembali
memperhatikan makananku, aku seolah telah kehilangan hasrat untuk melahapnya.
Aku kacau untuk beberapa saat, aku teringat oleh sebuah buku yang baru saja aku
baca “Hungry For Peace: How you can help end poverty and war with Food Not
Bombs”. Sebuah buku yang hadir dari kampanye gerakan Food Not Bomb oleh
Keith McHenry. Kampanye ini memprotes penyerapan anggaran belanja militer yang
cukup besar dengan membagi-bagikan makanan vegetarian gratis untuk orang-orang
miskin dan siapapun yang tidak mampu membeli makanan.
Karena makanan
adalah hak semua orang bukan hak istimewa
Karena ada cukup
makanan untuk semua orang untuk dimakan
Karena
kekurangan bahan makanan pokok adalah bohong
Karena seorang
perempuan tidak seharusnya menggunakan badannya hanya untuk mendapatkan makanan
atau tempat tiur
Karena ketika
kita lapar dan kedinginan kita mempunyai
hak untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan dengan cara meminta, mengamen atau
menempati bangunan kosong
Karena kemiskinan
merupakan bagian dari kekerasan, bukan kebutuhan atau suatu yang alami
Karena makanan
tumbuh pada tanaman
Karena kita
butuh rumah bukan penjara
Karena kita
butuh Food not Bombs (Keith McHenry:2012)
Tak terasa makanan
dipiringku telah habis kulahap, aku pun bergegas ke kekasir untuk membayar dan
memesan dua bungkus nasi yang lalu kuberikan pada ibu tadi. “ini bu, dua
bungkus nasi yang mungkin dapat mengganjal perut hingga esok pagi” tukasku
sambil berjalan pulang kekostan.
12 Mei 2013
Ekspansi kapitalisme tidak hanya
mengubah
hubungan antar manusia, tetapi juga
hubungan
antar manusia dengan lingkungannya
Diposting oleh
Dirgasme
di
8/01/2013 04:56:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
I am not I once was
Selasa, 16 April 2013
Kehidupan merupakan lawan tangguh bagiku dan Tuhan mengajari aku mengenal hidup sebagaimana orang-orang lain mengartikannya. Hatiku kuncup sebesar gunung, Benci tak kurang cela, Suka tak kurang puji.
Malam ini kurebahkan tubuhku pada tumpukan kasur bahwa hidup sendiri menjadi sia-sia bila dikuasai ketakutan.
Dunia & Hati Damai Bersalaman
17 Mei 2013
Diposting oleh
Dirgasme
di
4/16/2013 06:14:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Sejenak
Malam hari 09 februari 2013 tepat dipukul 21.00, aku malu pada diriku sendiri. Aku telah kehilangan semangatku, semangat untuk menulis. Hampir sudah setenga jam aku menatap kertas putih dihadapanku, tak ada satu pun yang berhasil aku coretkan. Hey dir ada apa gerangan ? kau terlalu sibuk mencari alasan untuk tak menulis. Telah puluhan karya prematurmu yang lahir di secarik kertas, tapi kau juga tak menuntaskannya. Percayalah, perlahan tapi pasti mereka akan bergegas meninggalkanmu dan kau tak akan mampu mengenang dirimu sendiri. Inilah kau sekarang dir, manusia yang hanya berbalut daging tanpa satu pun karya yang kau hasilkan. Kau tertinggal jauh dari kehidupan dir ! apa yang dapat kau berikan pada waktu yang semakin berlalu ?
Lihat ! kau termenung, sembari memikirkan apa yang hendak kau tulis, kau kaku !
Menulislah dir, menulislah!! Kejar semua ketertinggalanmu, kelak ini semua akan menjadi saksi bahwa kau benar-benar pernah hadir sebagai mahkluk hidup. Kini kau rasai dirimu begitu kecil tanpa arti, seorang yang pernah melawan, terluka dan kalah. Bicaralah, kau dir ! mengapa kau diam saja ? kini kau telah menjadi tawanan gemerlap kata.
Lihat ! kau termenung, sembari memikirkan apa yang hendak kau tulis, kau kaku !
Menulislah dir, menulislah!! Kejar semua ketertinggalanmu, kelak ini semua akan menjadi saksi bahwa kau benar-benar pernah hadir sebagai mahkluk hidup. Kini kau rasai dirimu begitu kecil tanpa arti, seorang yang pernah melawan, terluka dan kalah. Bicaralah, kau dir ! mengapa kau diam saja ? kini kau telah menjadi tawanan gemerlap kata.
Diposting oleh
Dirgasme
di
4/16/2013 12:46:00 AM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Surat Yang Tak Sempat Terkirim
Senin, 08 April 2013
Hey Kamu, Bolehkah saya menyapamu seperti itu ?
Selamat Siang, Sore ataupun Malam
Bagaimana pun kabarmu dihari yang cerah ini, semoga kamu sedang ditemani secangkir susu dan segala aktivitasmu. Disini, Aku sangat Bergembira.
Boleh kah aku bertanya, Bagaimana rasanya membaca surat ini ?
semoga pertanyaan ini tidak terlalu keterlaluan. Dan sepertinya ini pertanyaan yang biasa saja. Jangan terlalu menganggap ini serius toh ini hanya sekedar surat. Surat yang bahkan tidak perlurepot-repot untuk dibalas. Lagipula aku tidak mengamini sebuah pantun lama ini "empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat harus dibalas".
Oh ia sebelumnya, Selamat Ulang Tahun Kelak
Ini adalah surat yang sedikit prematur, meski begitu aku tetap ingin mengucapkannya "Selamat Ulang Tahun, sekali lagi", semoga keprematuran ini akan menjadi sesuatu yang kau ingat.
Sebenarnya aku ingin menyuratimu dengan pena dan kertas. lalu gulungannya kuselipkan di kaki merpati hingga sampai di depan jendela tempat kau membaca surat ini. Atau dibawah pohon, saat kau duduk dengan handphone digenggaman kananmu dan amplop surat cinta dari orang lain di tangan kirimu. Tapi aku mau cepat, secepat mungkin. Kalau bisa sebelum Handphone mu berdering lalu kau membuka amplop surat cinta itu.
Suatu hari pada sebuah malam yang ramai dan lalu lalang kendaraan banyak berseliweran dihadapan kita. Tak ada percakapan walaupun berhadapan. Tak ada obrolan walaupun berada bersisian, maka maafkan saja jika surat ini kemudian menjadi asal-asalan. Asal sampai ketempatmu, Asal terkumpul kata-kata yang sekedar cukup indah pun tidak, karena kalau keberikan lembaran kosong aku akan membuatmu kesulitan menebak.
Hey kamu sebenarnya saya ingin membisikkanmu sebuah cerita. Jangan beritahu siapa-siapa yah, JANJI ?
Begini, seperti Tumbra yangsuka berbicara dengan pohon, saya pun suka berbicara dengan pohon. Oke mungkin saya sebut saja tanaman karena masih terlalu kecil. serius ini serius. Kamu jangan tersenyum apalagi bingung.
Jadi, setiap pagi sebelum memulai aktivitas, tanaman tersebut saya ajak ngobrol, kadang saya beri air jika mereka sedang dehidrasi. Oh, dan setelah itu saya senyum-senyum sambil dadah-dadah melambaikan tangan ke mereka. Selintas kadang saya melihat mereka pun melambaikan tangan, maksud saya dedaunan. Kadang pula saya merasa mereka mentertawakan saya dari belakang, mungkin mereka menganggap saya gila. tapi saya tidak peduli, saya tetap pergi menutup pintu dan meninggalkan mereka dalam kesunyian. Aku selalu yakin bahwa tanaman-tanaman tersebut tidak betul-betul sendiri, selalu saja ada angin bahkan cahaya yang menemani. Hal itu membuat harapan tanaman itu terus hidup. Namun lamaberselang tanpa kehadiranku memberikan air disaat mereka dehidrasi, dedaunan tanaman tersebut berguguran satu per satu. Awalnya daun-daun tersebut berubah menjadi cokelat dan tetap menempel pada rantingnya. Namun membuat mereka lama menunggu akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dan gugur dalam pelukan tanah.
Dan ketika senja menjelang, aku pun pulang dan berharap dapat menemui dedaunan itu lagi, tapi ternyata mereka telah pergi menentukan jalannya dan enggan menunggu keterlambatanku. Dan aku hanya bisa diam menatapi tanaman tersebut. Sesuatu yang diawali dengan senyuman pun harus diakhir dengan tatapan kosong. Sekian
Oh ia, sebelum ku semakin terlambat, Ini ada sebuah sajak untukmu.Sengaja aku tak menuliskan tanggal dan usia ulang tahunmu. Hal ini semata-mata agar kelak kau dapat membaca sajak ini berulang-ulang pada saat hari yang mengulang tahunmu.
Sajak Dihari Ulang Tahun
Seorang Wanita yang beruntung lahir dari rahim ibunya
Kau mungkin seorang bayi yang lebih lambat lahir dariku
Maka aku sajikan satu buah sajak
Agar sampailah ketika nanti di hari ulang tahunmu
Aku bisa bertemu dengan seorang wanita yang beruntung
Karena pernah menghuni rahim ibunya
Meskipun hanya lewat sajak ini
Salam,
Demikian satu sajak yang tiba-tiba kutulis bersamaan dengan surat ini
09 April
Ditemani tumpukan paper yang menggila
Diposting oleh
Dirgasme
di
4/08/2013 11:22:00 PM
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Postingan (Atom)