Smart box,
mungkin seperti itu julukan dari saya buat benda yang satu ini. Bagi sebagian orang mungkin dia
adalah jawaban atas segala pertanyaan ini, jawaban atas segala ke’instant’an masa kini atau bahkan jelmaan
tuhan yang membuat segalanya menjadi
mudah dan efektif untuk diselesaikan. Selamat tinggal dunia kemalasan, selamat
tinggal waktu yang telah banyak terbuang semua segera
akan menjadi lebih baik.
Saya mengenal benda tersebut saat saya masih duduk
di kelas I SMP pada tahun 2001. Saya bersekolah di SMP Negeri 4
Makassar. Mata pelajaran teknologi informasi
tepatnya yang memperkenalkan saya dengan benda tersebut, DOS Operating System itu yang pertama kali disebut guru pelajaran ini. Selanjutnya kami, para murid, diharuskan membeli satu disket kecil dan satu disket
besar yang katanya berguna untuk
menyimpan data.
Saya menyampaikan hal ini
kepada orangtua saya agar segera memenuhi permintaan guru saya. Ayah saya pun
membelikan saya disket kecil. Tapi ia juga mengatakan
bahwa disket
besar sudah tidak diproduksi lagi. Serentak saya pun merasa, apakah ini bentuk
keterbelakangan saya atau perkembangan dunia yang memang cepat. Apapun itu saya
tidak perlu. Yang terpenting pada masa itu saya masih dan harus tetap
bermain dengan teman-teman di sekitar saya.

Kehidupan saya
pun berubah drastis sesaat setelah hadirnya
benda tersebut. Budaya konsumerisme semakin melekat dengan saya. Saya hanya
memikirkan bagaimana cara mempercantik atau pun memperbagus benda tersebut, baik secara isi maupun penampilannya.
Waktu saya banyak terbuang di hadapan benda tersebut. Bukan untuk
sesuatu yang lebih berguna melainkan hanya untuk memutar lagu, bermain game, menonton dan mengoleksi film biru (hal yang wajar untuk usia saya pada
waktu itu), dan terkadang
juga untuk mengetik tugas manakala guru mengharuskan menggunakan benda tersebut.
Banyak hal yg
tanpa saya sadari berubah secara drastis. Saya tak pernah lagi keluar rumah untuk bermain
dengan teman-teman saya. Saya hanya memikirkan bagaimana cara secepat mungkin untuk
bertemu dengan benda tersebut. Bahkan sering
saya harus berlomba pulang sampai ke rumah dengan kakak saya hanya untuk bertemu dengan benda ini. Dan konsekuensinya, yang kalah (karena terlambat pulang) harus mengantri sampai
yang menang (si cepat pulang) puas bertemu dengan benda
tersebut. Aneh kan!
Melangkah jauh
ke depan,
belakangan ini saya baru menyadari akan apa yg telah terjadi di kehidupan saya tentunya
sangat mengkhawatirkan akibat dari benda ini. Bayangkan saja jika dulu ketika saya
masih kecil dulu segala bentuk
permainan tak akan nikmat jika tak dilakukan bersama. Dalam setahun dulu ada
berbagai musim, seperti musim layangan, kelereng, wayang, bola gebo, permainan
karet, main bom, petak umpet bahkan sampai musim sepeda terasa aneh jika dilakukan sendiri.
Dalam setiap permainan tersebut kita diajarkan untuk kekompakan, kebersamaan, rasa memiliki,
berkompetisi, dan
sebagainya.
Namun seiring
perkembangan yang diciptakan komputer, permainan rakyat di atas tak lagi populer bahkan terancam
punah (ini merupakan bagian dari budaya). Segala
sesuatunya harus dilakukan sendirian dengan jarak yang jauh. Sebut saja jaringan sosial yang marak sekarang ini, ia takkan
nikmat jika memainkannya secara bergerombol dalam suatu ruang meskipun
masing-masing personal memiliki benda tersebut.
Apatis? Mungkin itu yang akan terjadi jika dilakukan bersama. Kita
tak perlu saling bertatap muka dan salaman lagi jika hendak berkenalan ataupun
mengucapkan sesuatu (ucapan selamat sampai permohonan maaf).
Apakah ini
merupakan suatu kemajuan atau kemunduran?
Bayangkan saja
jika dalam sepuluh atau dua puluh tahun ke depan orang-orang yang tumbuh dewasa bukan lagi dari
orang-orang yang hidup di zaman sebelum
hadirnya komputer. Mungkin tepat juga kata Marcos, perang dunia keempat tengah berlangsung
dengan cara yang berbeda. Anda tidak perlu menghancurkan manusianya, cukup
menghancurkan sisi kemanusiaannya.
4 Mei 2012
Menggunakan benda tersebut, KOMPUTER
(Nb: tulisan ini juga dipublikasikan di http://tanahindie.net/?p=421 dalam rangka penelitian perkembangan sosial budaya makassar menggunakan "kendaraan" komputer)
(Nb: tulisan ini juga dipublikasikan di http://tanahindie.net/?p=421 dalam rangka penelitian perkembangan sosial budaya makassar menggunakan "kendaraan" komputer)