life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

amnesia budaya

Senin, 17 Januari 2011

Malam penuh kegelisahan menemaniku sesaat kuw mulai menulis tulisan ini. Berhubung coretan tangan yg tlah kuw rangkai dikertas lenyap entah kemana….
Dengan penuh kesesalan aku pun harus menulis kembali ide yg tlah tertuang dikertas itu…

Ok…
Seperti biasanya kuw selalu memulainya dengan hal hal biasa yg kuw alami.

13 januari menjelang fajar menampakkan cahayanya, kuw mulai beranjak meninggalkan kebisingan kota menuju sebuah desa yang letaknya ±16 jam perjalanan via darat untuk menghadiri acara perkawinan adik bungsu dari orang tua kuw. Sesampai disana awalnya biasa saja, canda tawa yang dirangkul oleh hangatnya sebuah kekeluargaan, namun perlahan hal biasa tersebutlah yang membuatkuw dapat mempelkajari sesuatu yg tidak biasa.
Yaaaaahhhh aku merasakan sesuatu yang lebih baik disini, sesuatu yang lebih indah disbanding tempat kuw berdomisili, tempat dimana penuh akan kebisingan, individualis, keserakahan, dan segala bentuk ketidak-adilan yg tlah merusak nilai-nilai kehidupan. (subyektif penulis)
Ok, memang kecenderungan SDM didesa itu jauh lebih rendah disbanding tempat kuw berdomisili, namun hal tersebutlah yang menyadarkankuw akan sesuatu hal, sesuatu yg bari kuw sadari….

KOLEKTIVITAS
Yahhhh mereka menuhankannya, mereka menjunjung tinggi hal tersebut, tak ada yg paling berharga dari hal tersebut. Tentunya ini sangat berbanding terbalik ditempatku berdomisili.
Yahhhh mereka pada umumnya berprofesi sebagai petani yg kerjanya hanya berladang disawah, dimana mereka menaruhkan hidupnya pada alam bukan pada persaingan yg menuju keterasingan status, seperti yang kuw ilhami dari tempat kuw berdomisili…
Yahhhh disana segala sesuatunya bercampur menjadi satu, tidak peduli PNS, pejabat, guru, kontraktor, buruh, pengangguran berbaur menjadi stu. Tidak peduli dengan status social, tak ada yang diatas tak ada yg dibawah. Tidak peduli dengan segala symbol-simbol social perbudakan tersebut.

Aku bangga berasal dari desa tersebut, desa yg dipenuhi dengan petani, desa yg menurut kuw masih suci dari globalisasi (seperti yg sering kalian gembor-gembor kan)
Aku bangga dididik dan dibesarkan dari keluarga petani, setidaknya mereka mendidik kuw untuk menjadi seorang padi, tidak seperti tempatkuw berdomisili, yang sebagian besar dididik untuk menjadi seorang kaleng yang berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik, dan BUKAN berlomba-lomba menjadi yang berguna…

Kalian tahu bagaimana benih padi itu menjadi sebuah nasi yang bergizi ?


Kalian tahu bagaimana benih padi itu menjadi tanaman padi ?
Yahhhh seperti itulah aku dituntun hidup, mereka memilih yg terbaik diantara banyak pilihan tempat kuw berpijar, hanya untuk memastikan aku menapakkan kaki ditanah yg subur, ditanah yang dapat memberiku sumber-simber pengetahuan bak hujan yg setia menyiraminya…
Kalian tahu bagaimana padi-padi itu menjadi beras yang unggul ?
Seperti itulah aku dididik, mereka menyekolahkan aku disekolah yg dapat memberikankuw ilmu bukan disekolah yg dapat memberikanku kemewahan hidup, memberikan kuw kemudahan. Mereka menganggapku bagaikan tunas yg tumbuh, yang diberi pupuk unggulan dirawat, diajar dengan penuh perasaan, dan tentunya bukan dengan selebaran kertas yang memiliki angka nominal .
Kalian tahu bagaimana beras-beras itu menjadi nasi yang kalian konsumsi ?
Yaaahhh seperti itu pula lah cara mereka meramu kuw, dibilas dari keserakahan duniawi, direbus agar kuw terhindar dari sikap individualis, hingga akhirnya mereka mengukuskuw untuk menjadi pribadi yang benar-benar matang, matang untuk disajikan dikehidupan nyata…
Yahhh walaupun terkadang beras-beras itu pula lah yg menghidupi para tirani ditempatkuw berdomisili, tirani yang justru menjadi boomerang bagi mereka.
Kuw tak tahu mengapa sgala sesuatunya menjadi seperti sekarang ini (Ishmael question?)
Bukan kah smakin tinggi pendidikan suatu kaum maka smakin baik pula lah kehidupannya…

TAPI ????

Yaaaahhh Semoga Semua tetap tersenyum, semoga semua selalu damai, tentram didalam selimut kebahagiaan.
atas nama perubahan ke arah yang lebih baik dan bentuk tanggapan atas tulisan kuw “Kiat Tepat Hadapi Kritik” maka saya melakukan perubahan ini demi sodara-sodari semua…
tulisan ini saya dedikasikan khusus buat kalian agar supaya merasa sedikit risih dan terketuk pintu hatinya…mudah-mudahan saja kalian semua yang mengerti bisa berubah ke arah yang lebih baik demi…amin?
Tulisan ini juga di publikasikan di hhttp://www.facebook.com/dirgasirajuddin

Ohhh ia, saat kuw mulai menulis dunia disekitarkuw tenga diramaikan dengan lagu “andai aku jadi gayus”
hahahahahahahahahahaha

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

Dolor