Malam ini seperti sebuah pagi yang mendung, segera
kulangkahkan kakiku menuju rumah. Diatas angkutan umum kota, hujan deras tampak
membasahi jalanan kota yang begitu pengap, tak lupa kepulan asap dari keringat
buruh kuhempaskan. Aku berpikir keras, aku belum bisa menjamin apakah keadaan
ku akan baik-baik saja setelah malam ini. Entah mengapa, aku merasa akan ada banyak
hal buruk semenjak malam ini. Seperti sebuah siklus kutukan. Badai pasti akan
reda, tapi pasti akan ada badai lagi.
Telepon dalam tas ku berdering kembali, tapi dari nomor yang
berbeda. Aku ragu, aku mau menerimanya, tapi tiba-tiba terlintas pikiran, kalau
kamu tidak menerima telepon itu, yang menelpon barusan akan menghubungimu
kembali, Terima saja !. Aku segera menerima telepon itu, tapi lagi-lagi,
telepon itu mati. Tak ada sedikit suara pun diseberang. Itulah takdir bagi para
peragu, tidak bisa mengambil tindakan tepat.
Yah, menurutku apa yang kamu makan akan berpengaruh besar
dengan apa yang kamu pikir dan akan berpengaruh besar terhadap keseluruhan hal
yang kamu kerjakan. Sebut saja namaku anton, usiaku kini menginjak seperempat
abad. Teman-teman sering memanggilku kedar, kekar dada rata, namun dalam
mitologi bangsa yahudi, kerda merupakan suatu bangsa yang terletak dibagian
paling timur dunia yang menjadi penghalang masuknya “tuhan” bangsa yahudi. Didaerah
tersebut merupakan daerah yang memiliki kekayaan berlimpah sekaligus pintu
masuk yang dimukimi bangsa yahudi. Namun, hal ini berubah ketika bangsa kedar
menjajah bangsa yahudi yang tinggal didaerah tersebut.
Kembali ke laptop…
Sewaktu SMA, aku bersekolah disalah satu sekolah terbaik
dikampungku, bandung. Disana aku mempunyai sahabat yang bernama ajeng, nama
yang khas untuk orang yang berasal dari pulau tersebut. Kami berdua merupakan
siswa teladan dan telah mendapatkan begitu banyak prestasi. Mulai dari
olimpiade (kimia) tingkat daerah sampai ke tingkat nasional. Ketika olimpiade
nasional, aku menduduki peringkat kedua dan teman ku lah yang menjadi
jawaranya. Kami begitu bangga membawa pulang piala tersebut kesekolah kami. Selang
waktu berlangsung, temanku kemudian melanjutkan kuliahnya ke eropa, beasiswa
dari pemerintah setempat, sedangkan aku lebih memilih melanjutkan kuliah ku di
universitas gajah mada jurusan kimia. Pertimbangan dekat dengan keluarga
merupakan alasan utamanya.
empat tahun berselang aku pun menyelesaikan kuliahku dan
langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan asing yang beroperasi dinegaraku. Penghasilanku
cukup lumayan, setidaknya setiap bulan ada yang tersimpan dalam tabunganku. Bahkan
aku mendapatkan fasilitas rumah dan kendaraan pribadi. Karirku menanjak drastis,
empat tahun setelah aku bekerja, aku kemudian dipercayakan menjadi sebagai
kepala manajer diperusahaan tersebut dan tentunya kebutuhan ku pun kian hari
kian bertambah. Dunia seolah-olah begitu sempit, hanya dalam sepekan aku bahkan
dapat mengelilingi Negara ku, perjalanan dinas. Kemanapun aku pergi, aku selalu
disanjung dengan fasilitas yang mewah. Tak lupa keluarga ku pun mendapat
jipratan atas kesuksesanku, berawal dari rumah tipe 21 kemudian aku sulap
menjadi tipe 72 yang memiliki dua lantai.
Waktu berselang, aku mulai merasa ada yang hilang dari
diriku. Aku tidak dapat bersosialisai dengan warga kompleks ku, bahkan aku sama
sekali tidak mengenal tetangga rumahku. Ketika membuka buku-buku sewaktu kuliah
dulu, aku bahkan tak mengerti dan dibuat pusing. Tentu saja dalam kondisi
tersebut membuatku tak ingin berlama-lama dengan buku tersebut. Yang ada dalam
benakku hanya bagaimana sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan kantor dan
mendapatkan karir yang lebih cemerlang.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dan mengatakan “bang, mau
turun dimana ? ini sudah malam”. Aku pun serentak turun dan membayar uang
angkot. Sesampai dirumah aku langsung terlentang dikasur, mungkinkah dengan
menggunakan transportasi umum aku dapat mengenang masa-masa kuliah dulu atau
bahkan dapat merasakan penderitaan orang-rang kecil ?
Aku terancam kacau untuk jangka waktu yang tidak kuketahui. Aku
orang yang sangat lelah, juga marah. Marah melihat keadaan.
Lalu semua kembali menjadi hening dan tenang. Tubuh dengan kesadaran
yang ringan menyertai kepergianku…
Dalam hidupku, aku hanya punya satu kesimpulan besar; pergi….
11 July 2012,
diwaktu yang begitu sunyi...
0 komentar:
Posting Komentar