life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

Bersyukurlah...

Senin, 08 November 2010

Kawan, hidup ini ternyata,tidak sekedar mengejar cita-cita pribadi saja.

Di luar sana masih banyak orang tidak punya rumah, Masih banyak orang yg bahkan tidak tahu apakah besok pagi dia masih bisa makan, Masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu sampai kapan mereka akan terus tidur beratapkan langit yang bahkan terkadang memuntahkan air dan beralaskan tanah yang keras, Masih banyak mereka yang masa depannya tidak jelas tapi sayangnya kita sering lupa akan hal itu.

Seringkali kita hanya ingat dan berempati hanya saat penderitaan mereka disodorkan depan muka kita. Selebihnya, mungkin kita lupa. Padahal seharusnya kita lah yang mencari tahu. Kita yang mencari fakta-fakta, bukan menunggu untuk ditemukan oleh fakta. Tapi sayangnya, kenyataan yang sering terjadi adalah kita hanya menunggu.
Masih banyak mereka yang tidak mandi karena alasan-alasan yang mungkin bagi kita mudah saja, seperti air bersih, sabun, dll. Sedangkan kita pun mungkin secara sadar maupun tidak sering membuang-buang air bersih atau memiliki banyak sabun yang tidak terpakai. Masih banyak mereka yg tidak memiliki baju selain yang menempel di tubuh mereka dan kita masih sempat mengeluh ngeluh karena baju kotor yang menumpuk? Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung memiliki banyak baju.

Masih banyak mereka yang tidak memiliki orang tua dan kita terkadang sering menggerutu hanya karena ditegur orang tua? Ingatlah kawan.. itu artinya kita beruntung karena masih diizinkan Allah untuk mewujudkan rasa sayang dan membalas kebaikan orang tua kita. Seringkali kita mengeluh dan mengomel karena kelelahan berjalan kaki. Ingatlah kawan..itu artinya kita masih punya kaki dan tubuh yang berfungsi dengan baik.

Apapun yang terjadi.. Seburuk apapun keadaan kita,,, cobalah kita pandang dari sudut pandang yang berbeda dan kita akan menemukan dan pada akhirnya mengerti cara Allah menyayangi, mendidik, dan memberi yang terbaik untuk kita….

Because we are loved

Tapi kenapa kita sering lupa? Kenapa kita sering tidak berinfaq jika tidak diminta? Kenapa tidak mencari tahu di mana kita bisa berinfak?

Kawan…..
Hidup tidak hanya bersemangat berprestasi dalam bidang akademik, organisasi, atau pekerjaan. Semua itu bagus sekali namun semangat dan prestasi luar biasa itu tidak ada artinya bila implementasinya sama dengan nol. Tidak ada artinya bila ternyata kita sampai lupa dengan orang-orang di luar sana, Mereka yang menjadi korban kemerdekaan yang blum merdeka, Mereka yang menjadi korban para pejabat yg bagai kacang lupa kulitnya itu, Mereka yang terlupakan, mereka yg dibohongi, mereka yg tertindas, mereka yg terjajah oleh 'kemerdekaan' negeri ini.

Kawan….
Bersyukurlah punya banyak makanan, Banyak sekali orang yg kelaparan di dunia ini. Di Ethiopia, India, Indonesia, atau bahkan mungkin beberapa meter dari tempat kita duduk saat ini. Jadi ingatlah kawan..Jangan sampai kita membiarkan makanan membusuk di kulkas atau menjadi basi di dalam lemari.

Kawan..Mari kita luangkan waktu..,,untuk bersyukur.
Ya, untuk bersyukur.
Karena selalu harus ada waktu untuk bersyukur.
Jangan sampai kita bersikap tidak tahu diri.
Jangan sampai kita rutin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman namun tidak ingat untuk berterima kasih kepada Allah..

Kawan...
Mari kita menghargai setiap waktu yang terlewat karena waktu tidak dapat berputar kembali. Bahkan Leonardo Da Vinci pernah menyatakan keheranannya mengenai manusia yangg sering tidur. Ia berpendapat manusia hidup tersebut seperti orang mati saja karena apa bedanya orang yang msh hidup dengan yang sudah meninggal apabila yang hidup juga tidak melakukan apa-apa (baca: sia2)?

Kawan..Lihat ke negeri Palestina sana, Ke negeri para bayi yang terlahir untuk hidup di surge, Ke negeri yg para penghuninya waspada setiap saat terhadap pengeboman, penjarahan, pembunuhan, dan segala ketidakadilan yg dilakukan oleh orang2 yg mengatas-namakan perebutan kembali tanah milik mereka, Ke negeri yang pedih karena para muslim yg seharusnya bertitel saudara tidak bertindak seperti saudara (baca: tidak mendukung)

Kawan..Skali lagi, ingatlah..Kita harus peka
Selalu lihat ke bawah tapi jangan lupa lihat ke atas juga
Selalu lihat ke depan tapi sesekali jangan lupa untuk menoleh ke belakang juga

In order to be a better person, we can't improve urself only without caring for others

Kawan..bayangkanlah kesepiannya mereka yang tidak memiliki keluarga, mereka yg dimusuhin, dikucilkan, apalagi kesepian dan kepedihan orang-orang yang ditinggal mati keluarganya yang terbunuh di depan mata mereka Kawan...

Jangan terlalu sedih walaupun kadang orang suka meremehkan kita. Di belahan dunia di sebelah mana pun, banyak sekali orang-orang terbuang yg mungkin jauuuuhh lebih tersakiti daripada kita. Mereka dianggap hina, Mereka dipandang rendah, Entah berapa banyak cacian yg sudah mereka dengar, Perlakuan kasar yang mereka dapat juga tak terhitung dan Lihatlah semuanya lebih dekat..dan kita akan sadar betapa sempurnanya hidup kita, paling tidak bagi diri kita sendiri....

kematian, milik setiap insan

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru (dukun) untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya. Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal,
Sang Guru berujar: “Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.”
“Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan.
“Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati.” Jawab sang guru


Dengan “semangat 45″, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!” Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: “Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?” “Oh, boleh saja,” jawab tuan rumah. “Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?” “Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.” Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya. Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. “Ayah kami barusan wafat…,” “Kakek kami sudah meninggal…,” “Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,” dan sebagainya.
Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan. Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya.
Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan menguburkan anak saya.” Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut. Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya? Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati? Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita mendalam seperti dalam cerita di atas. Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal:
(1)kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan
(2)bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang bersumber dari dalam diri kita sendiri.

renungan dan doa

Tuhanku,
Sungguh aku makin mencintaiMu sepenuh hati jiwa ragaku.
Engkau telah ajari aku bagaimana menjadi orang yang dermawan tanpa menjadi orang yang boros.
Engkau pula telah ajari aku bagaimana menjadi orang yang hemat tanpa menjadi orang yang pelit.
Engkau pula telah ajari aku bagaimana menjadi orang yang hati-hati dalam waktu dan harta.
Engkau pula telah ajari aku bagaimana mempersiapkan masa depan tanpa mengkhawatirkannya
Engkau pula telah ajari aku bagaimana menghormati orang lain tanpa bergantung kepadanya
Engkau pula telah ajari aku bagaimana memberi tanpa mengharap balas
Engkau pula telah ajari aku bagaimana nikmatMu aku tularkan kepada hamba-hambaMu
Engkau pula telah ajari aku bagaimana rasanya menjadi orang yang selalu memberi
Engkau pula telah ajari aku bagaimana mengutamakan orang lain

Namun……
aku ini masih pelit untuk selalu beribadah kepadaMu dan berterima kasih kepadaMu
Tuhan, Singkirkan aku dari golongan orang yang pelit harta, pelit hati, dan pelit jiwa....
Masukkan aku ke dalam golongan orang yang kaya harta, kaya hati, dan kaya jiwa....
agar aku tidak terperosok dalam siksaMu yang teramat sangat pedih itu....
Aku ingin dermawan karena kaya hati......
Tuhan, Ini do'aku Kabulkanlah......
Amin
 

Lorem

Ipsum

Dolor