life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

Aungan Macan untuk Sang SAPI

Kamis, 10 Februari 2011

Hahahaha….
(lebih keras lagi)Hahahahahahahahahaha…
(dan lebih keras lagi) hahahahahahahahahaha…
Izinkan saya tertawa sebelum mengukirkan fenomena ini, jika anda pun menginginkannya, SILAHKAN !!!! karena tertawa merupakan pengintrepretasian jiwa terhadap apa yang tengah dirasakan oleh subjeknya.
Keadilan, kebersamaan, kebesaran, kesopanan, dan entah apapun pemanis bibir yang selalu terdengengung resah dilorong hitam daun telingaku…
Kini, sekarang, esok, nanti, dan kemarin atau bahkan dua hari yang lalu, tiga hari yang lalu, sepuluh ataupun dua puluh tahun yang lalu Itu selalu menjadi mukjizat bagi mereka para pendongeng keadilan, pemimpi kesucian, pecandu kedamaian untuk sebuah kebesaran ego…
Hey, pernah kalian mendengar “negeri para bedebah” ? atau mungkin “INDONESIA”, hmmm lebih tepatnya “INDON SIAL” ?
Yahhh sebuah tempat dimana kau akan menemukan BHINEKA TUNGGAL IKA, berbeda beda namun tetap satu, satu seragam akan semuanya…
“INDO”, secara harafiah bugis dia akan bermakna Ibu, atau pun induk
“NE”, yang merupakan bahasa serapan dari negeri saudara yang jauh disana, INDIA. Dalam bahasa India NE atau lebih akrab dengan “NEHI” bermakna tidak
“SIA”, dalam EYD menggambarkan sesuatu yang tidak berguna atau dalam bahasa kerennya kadang disebut “USELESS” yang kemudian jika diperhadapkan dengan sebuah subjek, maka subjek itu akan dinamakan “FOOL”
INDONESIA, ibu (Negara selaku induk dari penghuninya) yang tidak berguna atau mungkin lebih tepatnya INDOFOOL, sama seperti INDOFOOD yang tak bergizi yang merupakan salah satu makanan pokok di INDOFOOL atau pun INDONESIA.
INDOFOOD, makanan yang diberikan ibu (Negara) kepada penghuninya agar mereka menjadi “NE” yang kemudian bermetamorfosa menjadi “SIA” dan pada akhirnya akan bermuara pada “FOOL”
Lantas apa lagi setelah itu ? cukupkah sampai disitu ?
TIDAK…

Dia kemudian akan ber evolusi menjadi INDON SIAL
INDON, dalam bahasa melayu akan bermakna budak dan SIAL, dalam EYD dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana subjek tidak akan mendapat nasib yang baik/tidak beruntung, dan dalam bahasa kerennya kita menyebutnya UNLUCK yang takkan ter-UNLOCK, suatu kondisi yang terus terselimuti ***L yang lama kelamaan membuat para penghuninya “UNNEK” (baca ENNEK)
Hey, apakah kalian pernah meliat lambing suci dari negeri itu ?
GARUDA, terpampang vulgar dan megah dibalik tiraian kain MERAH dan PUTIH yang menyelimutinya dengan bangga.
GARUDA, melambangkan sebuah kebesaran, kejantanan, kebuasan sebuah burung yang mempunyai kaki yang kokoh serta taji dan kuku yang tajam (setajam silet), yang siap menerkam siapa saja yang coba untuk mengganggunya. Dua buah sayapnya yang lebar yang bermandikan emas melambangkan sebuah kekayaan yang dimilikinya, kepala burung garuda yang menghadap kanan melambangkan sebuah kejujuran, atau apapun itu yang berkaitan dengan kebaikan.
MERAH, dalam hemat penulis mencerminkan sebuah keberanian, ketegasan, dan (tolong bantu saya memaknai MERAH) dan PUTIH, melambangkan sebuah kesucian, kebersihan, keindahan.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..sejenak berfikir
Apa yang kalian lihat sekarang ? apa yang kau rasakan sekarang ?
Masih relevan kah ? hmmmm mungkin apa yang ada dibenak kalian sama persis denganku atau mungkin berbeda !!!! yah sudahlah semua itu hanya kemewahan yang tak berguna, yang justru membuat kita larut beronani terhadap semua kemewahan itu.

SAPI, bisakah kalian mengintrepretasikan pemaknaannya ketika diperhadapkan dengan sebuah subjek ? yah entah itu individu, kumpulan individu (Negara).
SAPI, pemaknaan untuk sebuah kemalasan, kebodohan, korban (qurban, selalu menjadi korban untuk menghidupi manusia(Negara)/dijadikan santapan nikmat)), kekotoran (seperti mandi tedong).
Lantas, kemana baiknya kita mengalamatkan SAPI tersebut ?
Kalau saya mengatakan, bahwasanya aku, kamu, dan mereka yg hidup dinegeri ini pantas, bagaimana ?
Kalian masih ingatkan BHINEKA TUNGGAL IKA ?
Tak peduli kalian professor, pejabat, petani, guru, pengusaha, seniman dll, walaupun kita berbeda-beda namun tetap satu jua, diselimuti oleh satu INDON SIAL.
Yah walaupun kita mempunyai begitu banyak symbol-simbol yang terbaik, tapi itu DISFUNGSIONAL dan tak beriringan dengan realita apalah artinya ?

Hey pernah kalian melihat lambang Negara lain yang juga hanya menggunakan warna MERAH PUTIH ? yang tentunya negeri itu lebih hebat dari negeri kita, saking hebatnya garuda pun tak bisa berbuat banyak ketika berhadapan dengannya.
Penulis memanggilnya dengan sebutan MACAN.
Binatang yang dianggap buas, memiliki totol hitam yang menambah nilai buas hewan tersebut. Mengaung tatkala ia menemukan musuh dan melihat mahkluk asing didepannya. Mencakar, mencabik, denngan peluhnya sendiri. Menghantam apapun yang menjadi titik sasaran dalam benaknya.
Dia begitu jantan dan berani, tak sedikit pun terbesit ketakutan dan keraguan yang ada didalamnya. Dialah yang menjadi julukan JEPANG selama ini, JEPANG sang MACAN ASIA. MACAN bukan sekedar MACAN, dan itu bukanlah isapan jempol belaka ataupun kata-kata kiasan yang biasa terbaca untuk melambangkan sesuatu.

Semoga Semua tetap tersenyum, semoga semua selalu damai, tentram didalam selimut kebahagiaan.

atas nama perubahan ke arah yang lebih baik dan bentuk tanggapan atas tulisan ini “Kiat Tepat Hadapi Kritik” maka saya melakukan perubahan ini demi sodara-sodari semua…

tulisan ini saya dedikasikan khusus buat kalian agar supaya merasa sedikit risih dan terketuk pintu hatinya…mudah-mudahan saja kalian semua yang mengerti bisa berubah ke arah yang lebih baik demi stabilitas negara ,ketuhanan yang mahas esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia,perdamaian dunia,kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan sosial…amin?

tulisan ini juga dipublikasikan di http://www.facebook.com/dirgasirajuddin

kehangatan waktu

Rabu, 02 Februari 2011

Ditengah kesunyian malam kuw coba merangkai kata untukmuw…
Selamat malam, ibu !!!
Atau mungkin selamat pagi, siang, sore, atau kapan pun ibu membaca tulisan ini. Itu pun seandainya saja surat ini sampai ke telapak tangan ibu. Jujur, tulisan ini memang tak kuw alamat kan padamu, karena apalah arti tulisan word ini jika sanya hendak dibandingkan dengan kasih sayang muw. Selain itu, saya juga ingin minta maaf karena tak memberi tahu terlebih dahulu kepada muw kalau sanya aku hendak membuat coretan tangan ini. Itu pun kalau ini masih bisa disebut coretan tangan.
Ibu, masih ingat kah kau kapan kita, maksud saya, saya, adik, kakak, dan ayah makan bersama didampingi canda tawa itu ? sepertinya sudah banyak yang kita laslui. Dan saya juga sepertinya sudah tak bisa mengingatnya. Setelah melalui berbagai konflik bathin, saya putuskan mengutarakan semuanya kepadamu.
Ada beberapa hal yang membuat saya tertegun, dan terlalu indah untuk tak kuw sampaikan kepada yang lain. Saat memasuki bulan ramadhan menyambut bulan nan suci, ibu memilih untuk tak mengenakan pakaian baru seperti lazimnya, hanya untuk agar anak-anak muw dapat mengenakan pakaian baru dan agar supaya mereka tak berkecil hati dengan teman-teman sebayanya.
Saat hidangan rejeki diatas meja makan yang begitu lahap untuk disantap, ibu memilih untuk tak memakannya dan menunggu anak-anakmu pulang dari sekolah untuk menyantapnya.
“ibu sudah kenyang nak”
Kata-kata itu menyentuh hatiku. Dengan segala kondisi, kau tetap bisa berbohong dan tersenyum untuk kebahagiaan anak-anakmu.
Saat kuw mulai dewasa dan melanjutkan pendidikan disalah satu SMA favorit dikotaku, yang kemudian aku mengecewakan muw hingga membuat ibu harus mondar-mandir menemui guru pembimbing akibat kenakalankuw, dank au pun tetap tersenyum dan tak sekalipun rona kekecewaan kau hadapkan padku. Saya belum pernah melihat orang setegar ibu, dan saya salut padamu, bu !!!
Mungkin, saya tak akan pernah bisa melupakan kasih sayang muw (dan itu pasti). Ibu adalah seseorang yang m,emiliki sebuah prinsip teguh tentang kesabaran dan ketabahan. Juga keikhlasan dan rasa syukur. Ibu tak pernah mengeluh untuk setiap cobaan yang datang menerpa padamu (keluarga). Hal itulah yang menurut saya jarang ditemui dalam diri saya pribadi.
Ibu selalu rendah hati, tapi tidak rendah diri. Ibu selalu mencoba untuk tetap tegar dan menatap dunia dengan sudut yang berbeda. Mencoba terus mengarungi waktu walaupun kadang banyak orang yang memandang sebelah mata padamu.
Inu, kalau saya bisa, saya ingin selalu terus berada dalam dekapan muw, saya ingin terus bersamamu meskipun kuw tahu waktu tak pernah sepakat untuk hal itu.
Saya tak tahu apakah ibu akan senang kalau tulisan ini sampai kepadamu. Tapi, yang pasti saya tahu, kalau otang yang pertama membaca tulisan ini (selain saya sendiri), tentunya bukan ibu. Saya tak perlu khawatir kemana kelak tulisan ini akan bermuara, yah mungkin dari tulisan ke tulisan (copy paste) yang dilakukan orang lain, atau mungkin tulisan ini hanya akan mampir diblog pribadiku. Tapi yahhh itu bukan lah sesuatu hal yang penting !!
Saya tak tahu apakah tulisan ini akan sampai ketangan ibu. Kuw harap, siapa pun anda yang membaca tulisan ini, tolong sampaikan tulisan ini pada ibuku, agar ia mengetahuinya, agar ia mengetahui perasaan kuw padanya.
Tolong katakana pada beliau, dia akan selalu hidup disetiap aliran darahku sebagai seorang yang sangat berjasa dan kuw kagumi.
Kalau memang ibu membaca tulisan ini kelak, kuw hanya ingin mengatakan aku selalu menyayangi muw, bu!!, seperti ibu yang selalu menyayangiku.
Terima kasih byank kukatupkan kedua tanagn kuw dihadapan muw…

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada anda yang meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini.

Sampaikan salam dan hormat kuw pada ibu muwdirumah….

Yaaaahhh Semoga Semua tetap tersenyum, semoga semua selalu damai, tentram didalam selimut kebahagiaan

Makassar 1 february 2011

tulisan ini juga dipublikasikan di http://www.facebook.com/dirgasirajuddin

Sepatah Kata Tentangnya

Selasa, 01 Februari 2011

...............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................Mam..............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................Ma..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................






















Makassar, 31 januari 2011
Pandang sebuah foto usang, dimana semua tertawa ria. Terharu hati ingin mengenang, akan tulusnya kasih sayang, darimu….
Maafkan aku tak pernah bisa untuk membalas semua cinta. (arilasso’s lyrics)
 

Lorem

Ipsum

Dolor