life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

Rabu, 22 Desember 2010

rindu yang membelenggu sukma
begitu banyak kenangan yang tlah terukir
canda tawa, suka duka yang terbalut dalam kisah
hingga kuw selalu mengkhayalkannya

disetiap langkah muw...
selangkah tuk meninggalkan semuanya
kuw smakin diam tak berdaya
lemah terpaku menatap dunia

dijejak ingin muw melupakannya
kenanglah semuanya...

makassar, 21 desember 2010
ditengah hingar bingar asap jalanan....

Senyum yg terlupakan

Jumat, 10 Desember 2010

Hari ini lagi-lagi merupakan hari yang sangat biasa buat saya bagi seorang mahasiswa. Sebenarnya setiap hari merupakan hari biasa buat saya, karena saya tengah menjalani liburan panjaaaaaang sekaliiiiii. Kesibukan saya yah begitu2 saja, kalau tidak kekampus yaahhhh paling stay at home.


Nothingout of the ordinary...
.


Tapi justru dari hari-hari biasa inilah saya bisa mempelajari sesuatu yang kadang-kadang tidak saya sadari sama sekali.

Bingung?
Jelas saja, orang saya belum jelaskan apa yang saya alami hari ini.....
Hehe....

Semoga setelah membaca tulisan ini, kalian akan mengerti apa yang saya maksud "Belajar dari hal-hal yang biasa." (Kalau masih tidakmengeti pakow Itu namanya GOBLOK)

Jadi, hari ini saya seperti biasanya bangun disiang hari yang merupakan rutinitas saya sehari-hari, mumpung lagi puasa jadi porsi tidur saya lebih diperpanjang (hitung-hitung menghemat enrgi. Hehehe).

Ok lets start with the story...

Bangun tidur seperti biasanya pukul 01.00 PM, sehabisitu saya langsung menuju kekamar mandi untuk mandi dan bersiap kekampus untuk mempersiapkan penerimaan mahasiswa baru yang kebetulan saya merupakan salah satu panitianya. Sehabis mandi berangkatlah saya menuju kampus, kebetulan mobil pribadi saya telah menunggu diluar jalan (alias Pete-pete). Kejadian yang saya maksud terjadi dalam perjalanan menuju ke kampus.

Jadi saya naik pete-pete untuk pergi ke kampus. Jadi waktu saya menyetop pete-pete,untuk memastikan bahwa saya naik pete yang benar (karena setahu saya pete berkode sama punya 2 jalur BTP-SENTRAL & BTP-DAYA), jadi saya tanya dulu, "kota, daeng?" dan jawabannya biasa sekali, "Ye, Betul naik maki" sambil tersenyum.

Biasa..... Tapi nadanya sangat ramah dan melihat supir-supir pete lainnya pada umumnya, biasanya mereka hanya menganggukkan kepala bahkan tanpa melihat ke orang yang bertanya, senyum pun tidak.

Saya menyadari ada yang "berbeda" dengan supir pete-pete yang ini. Dia menunggu sampe saya benar-benar duduk, baru jalan. Cara menyetirnya juga tidak ugal-ugalan. Suatu hal yang sangat sulit ditemui di Makassar zaman sekarang apalagi melihat tipikal orang Makassar. Kemudian saya duduk tepat dibelakang pak supir yang tengah beraksi menjalankan laju kendaraannya. Di tengah jalan, ada satu hal lagi yang membuat saya kaget. Saat seseorang turun, saya mendengar satu kata yang TIDAKPERNAH sekalipun diucapkan puluhan supir angkot yang telah saya tumpangi."Terima kasih." Ternyata begitu saya turun, dia juga mengucapkan hal yang sama, dan saya bisa melihat senyumnya saat saya menyerahkan tiga lembaran uang bergambar Pattimura yang sudah kusut oleh tangan-tangan pemilik sebelumnya.


Hal ini membuat saya berpikir dan merenung. Supir pete-pete yang sering dicap sebagai manusia yang tak tahu aturan, main serobot sana sini.Nyatanya baru-baru ini, saat saya di undangan buka puasa dan mengantri makanan,saya diserobot oleh manusia berjas hitam berambut klimis yang pasti mengakui bahwa derajat dirinya lebih tinggi dari supir pete-pete tapi berkelakuan seperti anak kecil miskin yang kurang makanan. Supir pete-pete juga sering dikenal sebagai orang tak berpendidikan yang tak tahu sopan santun.


Nyatanya banyak juga teman-teman yang sering lupa atau malah gengsi mengucapkan terimakasih, maaf, tolong, saat mereka harusnya mengucapkannya.

Terima kasih adalah hal yang harusnya sangat biasa.Namun belakangan ini saya sering menemui orang yang tak mengucapkan terima kasih dimana dia seharusnya mengucapkannya. Kesalahan besar !!!!

They have lost my respect....
Tidak peduli mereka seumuran, lebih muda, atau lebihtua. Yang harus direnungkan adalah.........
Are we truly better than they are? Think again.



a game called "LPG's"

Hai semua dari yang tua sampai yg muda,BERGERAK !!!!

Hari ini aku lagi merasa kebanyakan berfikir, jadi dari pada pikirannya sia-sia mungkin baiknya sebagian aku tuang di sini. Tema tulisan saya kali ini adalah : (lagi-lagi) kebijakan pemerintah negara 1. saya tadi sedang maen "role playing game" bernama otak Ritchie melalui kotak hitam diruangan 2X1 M. Game ini berjudul Mafia LPG's, di mana saya memposisikan diri sebagai pemerintah, dan seorang insignificant other sebagai dia.


Tokoh utama dalam permainan itu adalah pemerintah berinisial Jay-K (diperankan o/ Mr.D). Jay-K ini mempunyai seorang asisten berinisial Si BY, yang menjadi teman perjalanannya yang pendiam,padahal menurut cerita, Si BY mrupakan mantan atasan Jay-K. Ceritanya, Jay-K sedang mencari cara yang ampuh untuk membasmi granat masyarakat (konon disebut LPG's)di suatu negara (kita sebut saja negara I).

"I wanna play it dumb"

Jadi yang saya lakukan adalah mengambil keputusan dan kebijakan yang irasional dan tentunya saya tahu akan banyak mengundang protes maupun kontroversi dari berbagai pihak, seperti memblokir akses penjualan ke mucikari-mucikari granat. Asumsikan bahwa saya bukan orang yang mengerti tentang LPG's.Dengan begitu, saya akan terlihat bodoh, dan orang2 pintar dan sok pintar akansegera membuat kebijakan2 atau apapun yang secara blak2an menyatakan apakekurangan dari keputusan dan kebijakan saya. Dan mengenai masalah itu, saya akan meng-employ beberapa intel yang akan melacak keberadaan mucikari2 dan granat tersebut (LPG's).

Tak lama kemudian saya akan menerima hasil tulisan dari berbagai orang yang mengeluhkan, mendukung, mengkritik, meralat keputusan saya tersebut, sampai yg menjadi korban LPG's "granat masa kini". Dengan banyak membaca tulisan2 dan aspirasi rakyat, saya jadi tahu dan paling tidak kenal secara sepintas sub-sub dalam merakit LPG's sekarang, seperti mendeteksi main target khususnya bagi si kantong kering yang ditulis oleh seorang insignificant person dari generasi muda.Selain itu, saya jadi "sadar" akan kesalahan saya , dan akan merevisi keputusan dan kebijakan saya, meminta maaf yang sebesar2nya, dan mengatasi masalah berdasarkan keluhan dan aspirasi rakyat saya, bersama2 dengan intel2 dan tenaga kerja yang bermutu dan jujur akhirnya saya mengerti apa yang harus saya lakukan.

Dengan begitu saya berharap akan memenangkan permainan ini. saya berharap akan mampu menciptakan penjinak LPG's darinegara I. Tapi ternyata perjalanan menuju negara yang benar2 bersih bukanlah perjalanan yang mulus. saya dihadang oleh rintangan yang tak sedikit. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa di negara I, mayoritas dari rakyatnya menentang kebijakan saya. Mereka masih ketagihan dengan keuntungan yg dihasilkan dari LPG's dan belum bisa lepas. Ingin rasanya saya membasmi mereka semua yang nongkrong di gedung kura2 bersama segala nafsunya dengan ledakan granat ganas,berondongan AK47, rentetan dual baller milik Hitman, tembakan headshot menggunakan Sniper Rifle MosinNagant, ataupun dengan cara konvensional : pake bambu runcing. Sayangnya, bambu runcing tdk terdaftar dalam permainan.

tidak cuma itu, ternyata setelah rintangan tersebut selanjutnya akan ada rintangan lagi yg cukup berat dan ini kusebut rintangan alay, yaitu bahwa ternyata teman2 saya (dan kadang2 saya sendiri, kalo lagi butuh) masih suka korupsi apapun yang bisa dikorupsi. Rintangan alay saja sudah merupakan beban bagi saya, apalagi saya juga harus membasmi seorang raja terakhir dalam permainan ini, yang berbadan satu, berkepala tiga, dan berwujud mengerikan. Kepala yang tengah bernama Korupsi, yang kiri bernama Kolusi, dan yang kanan bernama Nepotisme.

Game ini merupakan game yang unik,karena di akhir game, bukan pemeran utama yang menang, tapi musuh utamanya. Dibagian ending, tampak seorang insignificant person berdiri di dekat situ, tak tersentuh oleh monster berkepala tiga tersebut, geleng2 kepala sambil tersenyummisterius ke arah Jay-K yang jatuh ke dalam jurang kegagalan.

Bingung karena ceritanya menggantung?Tenang saja, dilihat dari keadaannya sekarang, tampaknya game ini akan berlanjut dan berganti karakter utamanya seiring waktu, dibuat sekuelnya,mungkin jadi Kebijakan Pemerintah II, Kebijakan Pemerintah III, sampai makhluk three-in-one tersebut mati dan kalah. Tapi yang memproduksi game ini terlalu takut untuk memikirkan kelanjutan game ini, ia takut game ini menjadi terlalu panjang dan tak ada habisnya.

Takut jadi seperti Tersanjung atau pun cinta fitri.

Yang saya lakukan adalah mematikan console imajiner bernama otak Ritchie dan segera kembali ke dunia nyata.

Seorang insignificant person terbangundari imajinasi liarnya. tulisan inipun segera berganti sudut pandang (dari sudut pandang tokoh game aneh itu menjadi sudut pandang seorang penulis yangagak skeptis dan tak kenal takut). Lalu saya berpikir. Apakah orang Indonesia bisa sepintar itu dalam menyusun strategi?

Ah, saya rasa tidak. Semua murni keputusan yang memang terlihat bodoh.

tamparan tanggung jawab

Pelajaran berharga lagi-lagi kuw temukan di hari-hari yg sangat biasa bagi saya seorang anak kuliahan (nb; anak kuliahan dgn mahasiswa itu berbeda). Anak kuliahan yg kesehariannya ngampus, masuk kelas, dengar ceramah dosen, ngerumpi dikampus, go home sambil menunggu hari esok tuk kuliah lg.

Semoga setelah membaca tulisan ini, kalian akan mengerti apa yang saya maksud "Belajar dari hal-hal yang biasa." (paste dari “senyum yg terlupakan”)

Ok, lets start…

Sabtu 28 november, diawali dengan sesuatu yg buruk, yappp telat bangun merupakan penyakit yg belum bisa saya obati atau sembuh kan, berhubung kami (anggota UKPM) sedang mengadakan musyawarah besar yg ke XVI.

Dilanjutkan dengan langkah yg tertatih-tatih menuju kamar mandi sembari menengguk segelas susu dingin, dingin karena hembusan sang angin. Sesaaat setelah itu aku pun siap melangkahkan kaki menuju singgasana UKPM (sok hiperbola). Berhubung ban motor saya bocor terpaksa dengan senang hati saya harus merelakan sejenak mengeluarkan tenaga untuk mendorongnya menuju press ban. Yaaap sesaat kemudian everything is ok, ready ??? go go go go berangkat…

Antiklimaksx mie

Sesaat setelah tiba dikampus tepatnya di ukm motor pun kuw parker, dari kejauhan terlihat gumpalan rumput yg melekat tepat ditangkai p[ohon, yap sarang burung…

Sunggu pelajaran berharga yg kuw dapat dari mereka (burung=binatang), yg katanya manusia derajatnya lebih tinggi disbanding burung (atau apapun itu yg jelas binatang)

Yahhh sebuah tamparan tanggung jawab yg disajikan olh burung tersebut, tamparan untuk mengajarkan saya (dan mungkin kita) arti sebuah tanggung jawab, arti sebuah pemimpin, yg kini telah carut marut di panggung sandiwara (dunia versi ahmad albar’s n band)

Yah aku dipertontonkan oleh seekor burung (*binatang) arti tanggung jawab, dimana tugas sebagai induk (jantan) yakni menafkahi keluarganya dan memberikan rasa aman bagi keluarganya (kita sebut sj keluarga, karena ketika jantan membuahi betina dan menghasilkan spesies baru berjenis sama itu telah memenuhi syarat sebuah keluarga).


Lanjuuuttt….

Kuw perhatikan dari jauh tampoak dua ekor burung dewasa dan beberapa bayi burung, burung satu (mungkin berjenis kelamin jantan) tampak sibuk mondar mandir dengan secercah harapan dimulutnya, yap selembar ilalang yg menggantung.

Selanjutnya (subyektif penulis bercampur dengan imajinasi) disaat sang jantan mondar mandir dengan ilalang dimulutnya, sang betina dengan ketulusan memberikan kehangatan perlindungan bagi anak-anaknya (mungkin itu yg tengah terjadi disarang tersebut). Saat sang jantan sibuk mencari secercah harapan, mungkin juga dibarengi dengan mengais rejeki (lagi2 imajinasi penulis), lalu akan memberikan pada anak-anaknya yg kelaparan dalam sangkar, dan mungkin saja mereka sebagai orang tua rela menahan lapar sebelum anak-anaknya kenyang.

Dan mungkin lagi disaat anak-anak mereka telah besar dan bisa terbang, anak-anak mereka akan diberi kebebasan untuk mengarungi dunianya, tiada kemelekatan dan tiada pamrih, demi kebahagiaan semuanya mereka belajar untuk terus bertahan hidup dan terbang bebas melihat keindahan alam bebas.

Bagaimana dengan kita? Mahluk yg katanya sempurna dari segala mahkluk ? sudahkan kita merenungi hidup kita?

Manusia jauh lebih berhati mulia dari pada burung, Ada burung-burung tertentu, ketika anaknya lahir cacat, maka induknya langsung mendepak sang anak dari sarangnya, dan anak burung yg tidak mampu bertahan hidup akan segera mati.

Tidak dapat dipungkiri, ada manusia yang mengaborsi anaknya sebelum kelahirannya di dunia, atau menelantarkan anak yang sudah dilahirkannya, ada juga yang tega membuang anaknya ke tong sampah, atau dihanyutkan di sungai.

Tentu masih banyak orang tua yang memiliki cinta kasih, kasih sayang dan kebijaksanaan pada anak-anaknya. Kebahagiaan Keluarga jauh diatas segalanya,Tapi Dimana arti kepemimpinan itu ? dimana filosofi seorang laki-laki yg seharusnya menjadi pengayom ?



they have lost my respect....


Tidak peduli mereka seumuran, lebih muda, atau lebih tua. Yang harus direnungkan adalah.........
Are we truly better than they are? Think again. (paste dari “senyum yg terlupakan”
)


Semoga Semua tetap tersenyum, semoga semua selalu damai, tentram didalam selimut kebahagiaan.

Bersyukurlah...

Senin, 08 November 2010

Kawan, hidup ini ternyata,tidak sekedar mengejar cita-cita pribadi saja.

Di luar sana masih banyak orang tidak punya rumah, Masih banyak orang yg bahkan tidak tahu apakah besok pagi dia masih bisa makan, Masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu sampai kapan mereka akan terus tidur beratapkan langit yang bahkan terkadang memuntahkan air dan beralaskan tanah yang keras, Masih banyak mereka yang masa depannya tidak jelas tapi sayangnya kita sering lupa akan hal itu.

Seringkali kita hanya ingat dan berempati hanya saat penderitaan mereka disodorkan depan muka kita. Selebihnya, mungkin kita lupa. Padahal seharusnya kita lah yang mencari tahu. Kita yang mencari fakta-fakta, bukan menunggu untuk ditemukan oleh fakta. Tapi sayangnya, kenyataan yang sering terjadi adalah kita hanya menunggu.
Masih banyak mereka yang tidak mandi karena alasan-alasan yang mungkin bagi kita mudah saja, seperti air bersih, sabun, dll. Sedangkan kita pun mungkin secara sadar maupun tidak sering membuang-buang air bersih atau memiliki banyak sabun yang tidak terpakai. Masih banyak mereka yg tidak memiliki baju selain yang menempel di tubuh mereka dan kita masih sempat mengeluh ngeluh karena baju kotor yang menumpuk? Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung memiliki banyak baju.

Masih banyak mereka yang tidak memiliki orang tua dan kita terkadang sering menggerutu hanya karena ditegur orang tua? Ingatlah kawan.. itu artinya kita beruntung karena masih diizinkan Allah untuk mewujudkan rasa sayang dan membalas kebaikan orang tua kita. Seringkali kita mengeluh dan mengomel karena kelelahan berjalan kaki. Ingatlah kawan..itu artinya kita masih punya kaki dan tubuh yang berfungsi dengan baik.

Apapun yang terjadi.. Seburuk apapun keadaan kita,,, cobalah kita pandang dari sudut pandang yang berbeda dan kita akan menemukan dan pada akhirnya mengerti cara Allah menyayangi, mendidik, dan memberi yang terbaik untuk kita….

Because we are loved

Tapi kenapa kita sering lupa? Kenapa kita sering tidak berinfaq jika tidak diminta? Kenapa tidak mencari tahu di mana kita bisa berinfak?

Kawan…..
Hidup tidak hanya bersemangat berprestasi dalam bidang akademik, organisasi, atau pekerjaan. Semua itu bagus sekali namun semangat dan prestasi luar biasa itu tidak ada artinya bila implementasinya sama dengan nol. Tidak ada artinya bila ternyata kita sampai lupa dengan orang-orang di luar sana, Mereka yang menjadi korban kemerdekaan yang blum merdeka, Mereka yang menjadi korban para pejabat yg bagai kacang lupa kulitnya itu, Mereka yang terlupakan, mereka yg dibohongi, mereka yg tertindas, mereka yg terjajah oleh 'kemerdekaan' negeri ini.

Kawan….
Bersyukurlah punya banyak makanan, Banyak sekali orang yg kelaparan di dunia ini. Di Ethiopia, India, Indonesia, atau bahkan mungkin beberapa meter dari tempat kita duduk saat ini. Jadi ingatlah kawan..Jangan sampai kita membiarkan makanan membusuk di kulkas atau menjadi basi di dalam lemari.

Kawan..Mari kita luangkan waktu..,,untuk bersyukur.
Ya, untuk bersyukur.
Karena selalu harus ada waktu untuk bersyukur.
Jangan sampai kita bersikap tidak tahu diri.
Jangan sampai kita rutin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman namun tidak ingat untuk berterima kasih kepada Allah..

Kawan...
Mari kita menghargai setiap waktu yang terlewat karena waktu tidak dapat berputar kembali. Bahkan Leonardo Da Vinci pernah menyatakan keheranannya mengenai manusia yangg sering tidur. Ia berpendapat manusia hidup tersebut seperti orang mati saja karena apa bedanya orang yang msh hidup dengan yang sudah meninggal apabila yang hidup juga tidak melakukan apa-apa (baca: sia2)?

Kawan..Lihat ke negeri Palestina sana, Ke negeri para bayi yang terlahir untuk hidup di surge, Ke negeri yg para penghuninya waspada setiap saat terhadap pengeboman, penjarahan, pembunuhan, dan segala ketidakadilan yg dilakukan oleh orang2 yg mengatas-namakan perebutan kembali tanah milik mereka, Ke negeri yang pedih karena para muslim yg seharusnya bertitel saudara tidak bertindak seperti saudara (baca: tidak mendukung)

Kawan..Skali lagi, ingatlah..Kita harus peka
Selalu lihat ke bawah tapi jangan lupa lihat ke atas juga
Selalu lihat ke depan tapi sesekali jangan lupa untuk menoleh ke belakang juga

In order to be a better person, we can't improve urself only without caring for others

Kawan..bayangkanlah kesepiannya mereka yang tidak memiliki keluarga, mereka yg dimusuhin, dikucilkan, apalagi kesepian dan kepedihan orang-orang yang ditinggal mati keluarganya yang terbunuh di depan mata mereka Kawan...

Jangan terlalu sedih walaupun kadang orang suka meremehkan kita. Di belahan dunia di sebelah mana pun, banyak sekali orang-orang terbuang yg mungkin jauuuuhh lebih tersakiti daripada kita. Mereka dianggap hina, Mereka dipandang rendah, Entah berapa banyak cacian yg sudah mereka dengar, Perlakuan kasar yang mereka dapat juga tak terhitung dan Lihatlah semuanya lebih dekat..dan kita akan sadar betapa sempurnanya hidup kita, paling tidak bagi diri kita sendiri....

kematian, milik setiap insan

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu-satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru (dukun) untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya. Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih-alih memberinya kata-kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal,
Sang Guru berujar: “Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.”
“Itu saja syaratnya?” tanya wanita itu dengan keheranan.
“Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati.” Jawab sang guru


Dengan “semangat 45″, wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, “Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!” Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya: “Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?” “Oh, boleh saja,” jawab tuan rumah. “Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?” “Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu.” Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya. Ia mengetuk rumah-rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. “Ayah kami barusan wafat…,” “Kakek kami sudah meninggal…,” “Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu…,” dan sebagainya.
Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur-angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan. Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya.
Dia mengucap lirih, “Guru, saya akan menguburkan anak saya.” Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut. Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya? Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih-alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati? Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa dukacita mendalam seperti dalam cerita di atas. Penderitaan hanya benar-benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal:
(1)kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita, dan
(2)bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang bersumber dari dalam diri kita sendiri.

renungan dan doa

Tuhanku,
Sungguh aku makin mencintaiMu sepenuh hati jiwa ragaku.
Engkau telah ajari aku bagaimana menjadi orang yang dermawan tanpa menjadi orang yang boros.
Engkau pula telah ajari aku bagaimana menjadi orang yang hemat tanpa menjadi orang yang pelit.
Engkau pula telah ajari aku bagaimana menjadi orang yang hati-hati dalam waktu dan harta.
Engkau pula telah ajari aku bagaimana mempersiapkan masa depan tanpa mengkhawatirkannya
Engkau pula telah ajari aku bagaimana menghormati orang lain tanpa bergantung kepadanya
Engkau pula telah ajari aku bagaimana memberi tanpa mengharap balas
Engkau pula telah ajari aku bagaimana nikmatMu aku tularkan kepada hamba-hambaMu
Engkau pula telah ajari aku bagaimana rasanya menjadi orang yang selalu memberi
Engkau pula telah ajari aku bagaimana mengutamakan orang lain

Namun……
aku ini masih pelit untuk selalu beribadah kepadaMu dan berterima kasih kepadaMu
Tuhan, Singkirkan aku dari golongan orang yang pelit harta, pelit hati, dan pelit jiwa....
Masukkan aku ke dalam golongan orang yang kaya harta, kaya hati, dan kaya jiwa....
agar aku tidak terperosok dalam siksaMu yang teramat sangat pedih itu....
Aku ingin dermawan karena kaya hati......
Tuhan, Ini do'aku Kabulkanlah......
Amin

surat untuk bapak

Jumat, 29 Oktober 2010

Kebimbangan ini bagai lingkaran yang mengurung diriku begitu rupa, bagaimana aku bisa menjelaskan ini semua kepadamu , Pak? Mataku Cuma bisa basah, rupanya hanya dengan cara ini aku bisa merasakan kerinduanku. Pada jarak kita yang sangat jauh, juga dalam rentang waktu yang panjang, masih juga kurindui engkau. Banyak sesalku yang takkan bisa tersampaikan padamu, disaat kau tak ada, aku baru merasai sepinya kesendirian ini.

Mungkin aku adalah anakmu yang selalu membuat hatimu kesal ?(jemariku terhenti menggerakkan pena). Air tidak hanya menetes di mataku tapi juga menyumbat deras pernafasanku, pedih ini lebih dari yang kuduga. Lalu gambaran ketika kau ada berseliweran saling tubruk di kepalaku. Aku ingin menguraikannya satu persatu agar kenangan kita dahulu dapat menjawab rindu ini yang sangat begitu sepi. Aku ingin pedih ini merobek-robek setiap keangkuhan yang aku punyai, lalu aku cuma selembar jiwa yang telungkup di pangkuanmu (suatu kemustahilan, kau telah jauh. Pun ketika kau dekat, aku tak pernah begitu).

Bapak, aku merasa kau ada di dekatku sekarang, tidak dengan sapu lidi dalam genggamanmu yang bisa membuat betisku merah, tapi kau letakkan tanganmu yang lemah di pangkuanku, juga menemaniku menulis surat ini, menuntun hatiku untuk bisa menjadi hangat bersamamu. Tahukah engkau,Bapak, aku ingin berada di pelukmu sebentar saja, tapi tidak dengan baju kebesaranmu dangan tanda jasa dan hiasan bintang di pundakmu. Semua itu membuatku selalu takut, juga untuk menatap matamu, apalagi berlindung di dadamu karena yang kutangkap hanya debur jantung yang selalu siap meledakkan amarah. Namun sepanjang kita bersama, aku tidak pernah mengimpikan orang lain untuk menjadi bapakku. Kau tetap bapakku, yang telah memberikan rasa tentram sekaligus rasa takut.
Selama kita bersama aku belum pernah begitu berupaya untuk membuat hatimu bahagia, juara kelasku pada tiap jenjang pendidikan bukan untuk kupersembahkan kepadmu, pun begitu dengan prestasiku yang lain bukan untuk membuatmu bangga. Ah Bapak, jika itu untukmu maka kau akan merasa benar bahwa kekerasanmu membuahkan hasil. Semua yang kuraih untuk diriku sendiri, aku begitu keras hati sebab itupun aku tidak arus merasa sedih saat tak satupun pujian kau lontarkan untukku.

Banyak hal yang tidak pernah kuungkapkan kepadamu. Kau bisa luar biasa marah ketika aku tak mendengar nasehatmu. Tak layak tentu aku menjadi anakmu. Lalu aku akan membiarkan dirikuku berlimpahan kenistaan sekalian.

Betapa jahatnya aku.Rahasia nista ini aku simpan darimu hanya karena aku takut berhadapan dengan kemarahanmu, bukan karena aku telah melukai hatimu. Ah bapak, terima sungkem dari anakmu ini. Aku menikam berulang-ulang hatiku sendiri sampai kini, bukan kau yang melakukannya, tapi diriku sendiri, meski cuma kekuatan menusukkan belati yang aku miliki yang tertinggal di sisa tenagaku.


Masih jelas tergambar ketika itu, kau tetap saja menunjukkan dirimu sebagai bapak yang perkasa dan tegar, meski kau tergolek di atas ranjang yang dikelilingin dengan alat pencuci darah. Suara mesin itu, Pak, memekakakkan telinga dan jantungku bersamaan, membuatku menangis tanpa suara dan air mata. Aku cuma berdiri di sisimu dan tidak juga kau raih jemariku yang menanti penuh harap untuk kau genggam. Betapa ingin kudengar kau katakan sakitmu padaku dengan demikian aku merasa berarti aku menjadi anakmu. Berbagilah, meski tak kurasakan sayatan di perutmu, untuk merelakan darah itu mengalir hilir mudik keluar masuk.

Di sepanjang tahun sakitmu, kau tetap saja Bapakku dengan wajah dan watak yang keras, melunaklah sedikit seperti organ tubuhmu yang telah aus. Luka di hatiku karena cinta yang kuyakini membuatku mekin terengah meraih – raih hangat dekapan kelembutan cinta seorang Bapak. Aku sepenuhnya yakin, bahwa hanya kau yang mampu mengobatiku. Bapak, berapa kali aku tidak dapat menahan marahku kepadamu. Dan kau hanya terduduk lesu tanpa ekspresi sambil membiarkan ujung-ujung jarimu yang berdarah. Kau siksa aku terus menerus dengan sakitmu, kau biarkan tanganmu yang telah lumpuh sebelah itu berusaha menggunting kukumu di jemari yang lain karena telah panjang sebagian. Sementara kau biarkan aku tertawa lepas menikmati tontonan menarik di layar televisi di seberang kamarmu. Kenapa tidak juga kau memintaku untuk melakukannya? Mintalah bantuanku, Pak. Tidakkah kau anggap aku ada di sebelahmu?
Juga ketika kau roboh di balik pintu ruang tempat satu-satunya dimana kau habiskan ketidakberdayaanmu, bahkan memanggil namaku pun tidak, kau bersusah payah memapah tubuhmu untuk berdiri, sekali lagi kudapati kau tanpa ekspresi terduduk di lantai bersimpuh dengan kain sarungmu. Ya Tuhan, mengapa kau begitu sombong? Memakai sarungpun kau sudah tidak bisa, mintalah aku melakukannya untukmu. Aku hanya bisa berteriak-teriak, meyakinkanmu bahwa aku selalu ada di sisimu, membantumu dengan ketulusan dan cintaku. Tetapi kau, sekali lagi tidak pernah memperhitungkan aku. Kau hanya menatapku tak berkedip tanpa berkata apapun, namun berjuta makna terbaca di sana. Tentang amarah yang terpendam, tentang rindu yang terbenam, tentang asa yang tenggelam. Ah, matamu tegas menikam kepedihanku, kuat sekali.

Akulah satu-satunya anakmu yang masih tinggal pada atap yang sama. Aku akan menjagamu ketika ibu berangkat ke tanah suci disaat penyakitmu datang. Mengeluhlah kepadaku, Pak. Merataplah kepadaku akan sakitmu. Demi Tuhan, dingin gigil ruang yang berjarak pada diri kita tak akan mampu meluluh leburkan benih kasih sayangku kepadamu. Jangan biarkan aku menjadi orang asing di hadapanmu.

Aku adalah pewaris sikap dan watak kerasmu di antara saudara-saudaraku. Sehingga di antara kita selalu saja ada percikan api yang menggeremang. Suara-suara lantang yang bertabrakan dan memantul-mantul di setiap ruang saat kita berselisih paham. Ketika kecil aku hanya menangis menerima sentilan keras yang menciptakan merah ungu di telingaku. Juga cubitan jemarimu yang gempal di pahaku nan membiru. Segala hal berbeda ketika aku bertambah besar, setinggi tubuhmu, kuperlihatkan ketidaksukaanku, mempertentangkan habis-habisan segala peraturanmu. Aku belajar menentangmu, Pak. Namun aku mencintaimu sangat. Andai engkau tahu itu………

Kau selalu menyebutku pembangkang, bahkan semua saudara dan ibu memberiku predikat demikian. Mungkin semua itu benar, namun bukan berarti aku tak pernah mengasihi dirimu, tempat dimana segala energi pemberontakanku terpusat.

Kau, seorang Bapak yang demikian ku kenal, yang selalu berbicara dengan suara lantang dan tegas, yang tiap kali menggeletarkan ruangan di mana kita bercanda, kini terengah menyeret dengan kekuatan sebelah tubuhmu. Matamu basah, Pak. Itulah air mata pertama yang kau deraikan untukku. Aku belum pernah melihatmu menangis………

Suaramu tak lagi garang, tatapanmu tak lagi menikam, dengan kata-kata yang sulit kau ucapkan karena lidahmu yang telah kelu sebelah, kau memohon padaku untuk tidak pergi, sebelum kau bertemu ajalmu. Tak sanggup lagi kudengar suaramu yang terbata dan tidak jelas, kita berpelukan dengan haus dan air mataku yang tumpah ruah di dadamu, betapa kuinginkan dekap hangat seperti ini sejak dulu. Maka Bapak, cintaku padamu yang terpendam berhamburan ke permukaan hatiku, meluluhlah keras hati kita. Aku akan membayar mahal dengan mengabulkan permintaanmu. Apalah artinya kemudian segala yang harus kutunaikan dibanding hangat hatiku berada di pelukmu, mendengarmu pintamu untuk dibahagiakan. Aku menjadi demikian berarti bagimu. Kepatuhan terbesarku ini akan ku persembahkan padamu, tanpa perasaan terhina, terluka, menekan amarah, namun karena rasa cintaku yang terlampau besar padamu.

Bapak, terima simpuhku di sudut kakimu dengan segala maaf dan terima kasihku kepadamu. Atas dasar kasih sayang yang tak mengenal kata akhir,
anakmu…..

Kututup halaman buku harianku yang telah menjadi saksi pengakuan dosaku itu. Kuraih selembar foto, gambar itu bercerita banyak; seorang anak kecil dengan mata berbinar sedang duduk di bebatuan air terjun bersama seorang ibu dan bapak. Bahagianya kami ketika itu, mengejar mimpi-mimpi asa keluarga. Pipiku membasah, ada kelegaan luar biasa yang mengalir bersamanya. Aku makin mencintaimu.
Bapak, kini waktu itu telah lama berselang dan kau pun telah tenang diperbaringan sana. Kini aku beserta adikku akan selalu menjaga namamu, ibu pun telah bekerja keras untuk menghidupi kami, meneruskan cita-cita yang kau impikan…

dedikasi khusus buat dia yg telah memberikan inspirasi untuk menghasilkan karya ini...

kisah seorang gadis menjajakan keperawanannya

Minggu, 29 Agustus 2010

Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima . Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.
Petugas satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang ditunggunya.
Petugas satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
Setelah sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita itu dan bertanya:
” Maaf, nona … Apakah anda sedang menunggu seseorang? ”
” Tidak! ” Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
” Lantas untuk apa anda duduk di sini?”
” Apakah tidak boleh? ” Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam..
” Maaf, Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin menikmati layanan kami.”
” Maksud, bapak? ”
” Anda harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini ”
” Nanti saya akan pesan setelah saya ada uang. Tapi sekarang, izinkanlah saya duduk di sini untuk sesuatu yang akan saya jual ” Kata wanita itu dengan suara lambat.
” Jual? Apakah anda menjual sesuatu di sini? ”
Petugas satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual. Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
” Ok, lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon mengerti. ”
” Saya ingin menjual diri saya, ” Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap dalam-dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
” Mari ikut saya, ” Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.
Wanita itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum di wajah petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam itu.
Di koridor hotel itu terdapat kursi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
” Apakah anda serius? ”
” Saya serius ” Jawab wanita itu tegas.
” Berapa tarif yang anda minta? ”
” Setinggi-tingginya. .’ ‘
” Mengapa?” Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
” Saya masih perawan ”
” Perawan? ” Sekarang petugas satpam itu benar-benar terperanjat. Tapi wajahnya berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini..
Pikirnya
” Bagaimana saya tahu anda masih perawan?”
” Gampang sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan.. Ya kan …”
” Kalau tidak terbukti? ”
” Tidak usah bayar …”
” Baiklah …” Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke kanan.
” Saya akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda. ”
” Cobalah. ”
” Berapa tarif yang diminta? ”
” Setinggi-tingginya. ”
” Berapa? ”
” Setinggi-tingginya. Saya tidak tahu berapa? ”
” Baiklah. Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya. ”
Petugas satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
” Saya sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana? ”
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
” Ini termasuk yang tertinggi, ” Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
” Saya ingin yang lebih tinggi…”
” Baiklah. Tunggu disini …” Petugas satpam itu berlalu.

Tak berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
” Saya dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana? ”
” Tidak adakah yang lebih tinggi? ”
” Nona, ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap
saya. Karena saya akan mendapatkan komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama-sama butuh … ”
” Saya ingin tawaran tertinggi … ” Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh petugas satpam itu.
Petugas satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
” Baiklah, saya akan carikan tamu lainnya. Tapi sebaiknya anda ikut saya. Tolong kancing baju anda disingkapkan sedikit.
Agar ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. ” Kata petugas satpam itu dengan agak kesal.
Wanita itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur tersenyum menatap mereka berdua.
” Ini yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? ” Kata petugas satpam itu dengan sopan.
Pria bermata sipit itu menatap dengan seksama ke sekujur tubuh wanita itu …
” Berapa? ” Tanya pria itu kepada Wanita itu.
” Setinggi-tingginya ” Jawab wanita itu dengan tegas.
” Berapa harga tertinggi yang sudah ditawar orang? ” Kata pria itu kepada sang petugas satpam.
” Rp.. 6 juta, tuan ”
” Kalau begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam. ”
Wanita itu terdiam.
Petugas satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari wanita itu.
” Bagaimana? ” tanya pria itu.
”Saya ingin lebih tinggi lagi …” Kata wanita itu.
Petugas satpam itu tersenyum kecut.
” Bawa pergi wanita ini. ” Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup pintu kamar dengan keras.
” Nona, anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual? ”
” Tentu! ”
” Kalau begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu … ”
” Saya minta yang lebih tinggi lagi …”
Petugas satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin kesempatan ini hilang.
Dicobanya untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
” Kalau begitu, kamu tunggu di tempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar yang lainnya.
Di lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada. Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
” Bukankah kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Rupiah.
Apakah itu tidak cukup? ” Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah pria itu nampak masam seketika
” Datanglah kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.
Kan sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?! ”
Kini petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.
Kemudian, dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan di wajah pria itu.
Dengan tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: ” Pak, apakah anda butuh wanita … Huh ”
Pria itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
” Ada wanita yang duduk disana, ” Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.
Petugas satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini.
“Dia masih perawan..”
Pria itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah mereka hanya berjarak setengah meter. ” Benarkah itu? ”
” Benar, pak. ”
” Kalau begitu kenalkan saya dengan wanita itu … ”
” Dengan senang hati. Tapi, pak …Wanita itu minta harga setinggi tingginya.”
” Saya tidak peduli … ” Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria itu menyalami hangat wanita itu.
” Bapak ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah ….” Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
” Mari kita bicara di kamar saja.” Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada petugas satpam itu.
Wanita itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
Di dalam kamar …
” Beritahu berapa harga yang kamu minta? ”
” Seharga untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit ”
” Maksud kamu? ”
” Saya ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya. Itulah cara saya berterima kasih …. ”
” Hanya itu …”
” Ya …! ”
Pria itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani di tengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa di hadapannya ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan cara-cara terhormat.
” Siapa nama kamu? ”
” Itu tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar … ” Kata wanita itu
” Saya tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas ditawar. ”
”Kalau begitu, tidak ada kesepakatan! ”
” Ada ! ” Kata pria itu seketika.
” Sebutkan! ”
” Saya membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu. Terimalah uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu ke rumah sakit.

Dan sekarang pulanglah … ” Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam tas kerjanya.
” Saya tidak mengerti …”
” Selama ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya. Dia menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterima kasih. Selalu memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta. Tapi hari ini, saya bisa membeli rasa terima kasih dari seorang wanita yang gagah berani untuk berkorban bagi orang tuanya. Ini suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar …”
” Dan, apakah bapak ikhlas…? ”
” Apakah uang itu kurang? ”
” Lebih dari cukup, pak … ”
” Sebelum kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal? ”
” Silahkan …”
” Mengapa kamu begitu beraninya … ”
” Siapa bilang saya berani. Saya takut pak …
Tapi lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya ke rumah sakit dan semuanya gagal.
Ketika saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena dorongan nafsu.
Bukan pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` … Saya hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan … ”

” Keyakinan apa? ”
” Jika kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Tuhan lah yang akan menjaga kehormatan kita … ” Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.
Sebelum sampai di pintu wanita itu berkata:
” Lantas apa yang bapak dapat dari membeli ini … ”
” Kesadaran… ”
.. . .
Di sebuah rumah di pemukiman kumuh. Seorang ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
” Kamu sudah pulang, nak ”
” Ya, bu … ”
” Kemana saja kamu, nak … Huh”
” Menjual sesuatu, bu … ”
” Apa yang kamu jual?” Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu hanya tersenyum …

Hidup sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang
gratis. Semua orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan. Tapi Tuhan selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan
….
” Kini saatnya ibu untuk berobat … ”
Digendongnya ibunya dari pembaringan, sambil berkata: ” Tuhan telah membeli yang saya jual… ”.
Taksi yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya. Dimasukannya ibunya ke dalam taksi dengan hati-hati dan berkata
kepada supir taksi: ” Antar kami kerumah sakit …”

Sumber: Kaskus.us

senyum menyambut jiwa yang pergi

Selasa, 06 Juli 2010

Beribu pertanyaan bertumpuk dibenakku ???? ada apa ini ????

2 minggu berlalu ........

"aku mau menelpon ibu!" kataku pada kakak.
kakak tampak begitu geram mendengar pernyataanku.. .
yap !!! ayah dan ibu sudah lama berpisah tapi tidak pernah cerai hanya karena ibu memilih pria lain yg mampu menerima istri yang bekerja, ibu seorang sekretaris . tapi usut punya usut belakangan ini ayah mengetahui bahwa pria itu penyebabnya berpisah dengan ibu . ..

hal sepeleh *CINLOK* !!!!!!

ibu bisa menikah tapi ayah tidak….. ibu poliandri -_-,

betapa terkejutnya aku ketika mengunjungi ibu bersama kakak.. .
“ibu sakit!!!”, kata pria itu…

spontan aku dan kakak mengurungkan niatku untuk memberitahu ibu tentang percakapanku bersama ayah yang ingin menikah lagi…

kami pun pulang tanpa sepengetahuan ibu …
aku sayang sama ibu, walaupun ibu meninggalkan kami bersama pria lain...
kami juga mengerti dengan keadaan ayah(tak ada yang mengurusnya)….

kami bingung !!!!

sampai suatu saat ibu menelpon aku dan meminta bertemu dengan kakak..
aku tahu kakak masih begitu tak menerima keadaan ibu yang meninggalkan ayah tapi apa daya…
ibu yaah tetap ibu kami!!!

Dirumah ibu, kami begitu tegang pasalnya ibu masih terbaring sakit..
Ada apa ini ? sambil aku dan kakak mencoba menerka-nerka…..

ternyata ibu sudah tahu soal rencana pernikahan ayah. karena ayah menelpon ibu (mungkin soal status ayah selama ini)...
“ini baru sekali ayah menelpon ibu setelah berpisah”, setahu aku dan kakak.

KAMI PROTES !!! , karena kami tidak ingin punya ibu baru….

betapa tegarnya ibu memberi jawaban pada kami yang membuat kakak tak seperti biasanya...

(memeluk ibu sekuat mungkin)

karena ibu hanya berkata, "sebaik-baiknya ibu, ayah kamu yang terbaik"

semenjak hari itu kami sering mengunjungi ibu , ayah tak melarang kami bahkan kami pun juga tidak protes soal calon ibu baru kami…

sebulan berlalu ...

ibu sakit keras !!!!

aku tidak tahu ...
ayah yang selama ini sibuk mempersiapkan pernikahannya malah masih sempat menjaga ibu semalaman bersama suami ibu....

ayah memang sangat mencintai ibu (sekalipun dalam hidupnya ia berkata itu sewaktu memarahi kami)

ibu mengidap penyakit jantung (mungkin bertambah parah karena ayah mau nikah) tapi ibu selalu tersenyum :)


suatu hari ayah memutuskan untuk tidak menikah dan melarangku untuk memberitahu ibu…
hari-hari ayah selalu bersama ibu..
aku dan kakak senang karena aku pikir saatnya ibu kembali bersama kami….
kami begitu bahagia dirumah sakit dan begitu rukun dengan suami ibu..

sampai suatu saat ayah pamit untuk ke luar kota dan menitipkan aku dan kakak sama ibu…

sebelum pergi, ayah begitu serius berbicara dengan suami ibu, entah itu apa. lalu ayah menemui ibu didepan kami (masih dirumah sakit)
ayah cuma berbisik dengan ibu lalu memeluk ibu sekuat mungkin, baru kali ini aku sedih melihat ibu dan ayah berpelukan...

begitu besar kasih sayang mereka berdua (itu yg kulihat dari raut muka suami ibu)

ayah pun meninggalkan kami...

aku bertanya pada ibu, "ayah ngomong apa?"

"ayahmu cuma bilang, peluk aku terakhir kalinya", kata ibu.

spontan suami ibu menjawab, "ayahmu menintipkan kalian untuk beberapa hari,tidak lama kok"......

ternyata malam itu ayah tidak pergi jauh..
hanya ke kamar sebelah !!!!
yah!!! kamar operasi dimana ayah mendonorkan jantungnya untuk ibu…

setelah malam itu aku baru tahu ternyata ayah sudah lama mengidap penyakit hati stadium lanjut, ayah benar-benar tidak ingin menduakan ibu, ayah benar-benar cinta sama ibu dan tidak ingin melihat ibu menderita…(walaupun ibu telah menduakan cintanya)

pada saat itulah kami sadar cinta seorang ayah bisa melebihi cinta seorang ibu....

IMF Lintah Darat

Senin, 31 Mei 2010

Sejak Soeharto lengser keprabon karena desakan mahasiswa dan rakyat, ekonomi kita belum berubah. Rupiah tidak menentu, harga barang kebutuhan pokok semakin tidak terbeli, pengangguran semakin bertambah. Kesengsaraan rakyat akan meningkat, jika program neo-liberalisme IMF sudah diterapkan semua.

Habibie, pengganti Soeharto, ternyata tidak mampu mengatasi krisisi. Ekonomi Indonesia selama ini ditopang tiga tonggak penting. Tonggak pertama, yaitu stabilitas politik yang oleh ABRI. Tonggak kedua, konsep pembangunan ekonomi yang dipercayakan kepada sekelompok teknokrat . Tonggak ketiga, dibukanya "hubungan baik" dengan negara-negara imperialis dan lembaga-lembaga kapitalis internasional, seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF).
Kini, ekonomi kita mendekati keam-brukan. Tonggak-tonggak ekonomi yang mau roboh ini masih dipertahankan oleh Habibie. Iapun masih menggunakan cara-cara Soeharto untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi, salah satunya yaitu dengan meminta "bantuan" dari lembaga-lemba imperialis, baik IMF, Bank Dunia, maupun CGI. Gayung bersambut, kapitalis internasional lewat "tangan beracun yang dibungkus sutera" menerima permintaan Habibie tersebut. Mengapa mereka menerima permintaan hutang pemerintahan Habibie ? Mereka memberi hutang tentu ada pamrihnya.
Apa yang diberikan kapitalis internasional (lewat: IMF, Bank Dunia, CGI) bukanlah sedekah."Bantuan" tersebut digunakan untuk menjerat negara-negara (khususnya dunia ketiga) yang mengalami kesulitan dana. Kita ambil contoh negara kita sendiri. Kapitalis internasional, lewat IMF (Internasional Monetary Found), tidak sekedar memberikan bantuan, tetapi mereka juga memberikan "paket reformasi" yang harus dijalankan pemerintah Indonesia. Apa yang mereka sebut dengan "paket reformasi" ini adalah suatu kebijakan yang harus dijalankan pemerintah, yang sebetulnya merupakan strategi ekonomi neo-liberalisme. Yaitu, strategi untuk membangun ekonomi global yang benar-benar lepas dari campur tangan negara. Yaitu, ekonomi pasar bebas.
Ada beberapa keuntungan yang didapat kapitalis internasional sehingga mau mengucurkan dana untuk negara yang terkena krisis ekonomi. Pertama, dengan tingginya kurs mata uang beberapa negara-negara imperialis, maka negara yang mempunyai hutang akan akan membayar berlipat ganda.
Kedua, dengan terpuruknya mata uang Indonesia dan negara Asia lainya, berarti secara otomatis akan membuat nilai tukar mata uang kapitalis internasional berkali lipat. Kalau dulu mereka memberi produk Indonesia memerlukan jumlah uang yang besar, kini mereka dapat menguranginya, sesuai dengan nilai tukar yang berlaku.
Keuntungan ketiga, adanya krisis di Indonesia dan negara-negara Asia lainya akan memperlancar investasi mereka. Negara-negara yang terkena krisis memerlukan divisa dalam jumlah yang besar. Akan banyak perusahaan-perusahaan yang akan dijual. Kesempatan ini akan digunakan kapitalis internasioanal untuk mencaplok perusahan tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari dikeluarkanya kebijaksaan privatisasi beberapa perusahaan pemerintah, dibukanya kesempatan yang luas bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di dunia perbankkan, dll.
Keempat, dengan adanya badai krisis ekonomi yang melanda beberapa negara, progaram ekonomi kapitalis dapat dipaksakan, yaitu program ekonomi neo-liberalisme. Mau tidak mau negara yang terkena krisis harus menjalankan program tersebut jika ingin mendapat suntikan dana. Disinilah sebetulnya merupakan kepentingan utama dari kapitalis internasional. Ingat, kapitalis dapat terus hidup karena sifat mereka yang ekpansionis. Mereka melakukan ekspansi ke negara dunia ketiga untuk mendapatkan bahan mentah, mengem-bangkan modal, tenaga kerja yang murah dan pasar bagi produk mereka.
Mereka tidak ubahnya seperti lintah darat: memberikan "bantuan" untuk negara-negara yang sedang kesulitan dana. Mau tidak mau setelah menerima hutang, negara kita harus menuruti keinginan pihak imperialis. Program ekonomi neo-liberalisme yang dibungkus dalam "paket reformasi", dipenetrasikan dengan tidak demokratis, yaitu dengan ancaman tidak akan diberi =B3bantuan=B2 jika program tersebut tidak dijalankan.
Ini semua akibat diintegrasikannya Indonesia ke dalam kapitalisme global selama 32 tahun terakhir ini. Kita telah dijerumuskan oleh diktator Soeharto, yang kemudian dilanjutkan Habibie kedalam "jurang hutang" yang amat dalam.



Bahaya Neo-Liberalisme
Dengan ekonomi neo-liberalisme maka rakyat akan tambah sengsara, penganguran akan semakin meledak, peruisahaan kecil sampai menengah akan mati, akibat kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang bermodal raksasa.
Apa sebenarnya "racun" ekonomi neo-liberalisme yang akan "disuntikkan" terhadap negara kita ? Ekonomi neo-liberalisme, pertama, akan menjalankan progaram: pembebasan inventasi. Kebijakan ini memberikan ijin inventasi modal asing untuk bidang kelapa sawit sampai 100%. Bisnis perkebunan kelapa sawit, merupakan bisnis yang sangat merangsang. Kelapa sawit memberikan sumbangan pendapatan non-migas yang cukup besar bagi Indonesia. Indonesia yang beriklim tropis dan subur "merupakan ladang emas" bagi usaha perkebunan ini. Seperti yang kita ketahui, selama ini bisnis kelapa sawit dimonopoli oleh kapitalis kroni (kapitalis kerabat Soeharto), dengan proteksi peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam konsep ekonomi neo-liberalisme, proteksi seperti itu adalah haram hukumnya, karena merupakan cara usaha yang tidak fair. Bagi kapitalis internasional, proteksi seperti itu jelas merugikan, karena menutup kesempatan untuk mengeksploitasi (mengeruk) kekayaan yang ada di Indonesia dari sektor ini. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus membuka selebar-lebarnya inventasi modal asing di bidang kelapa sawit dan tentunya juga bidang-bidang lainya.
Progaram neo-liberalisme kedua adalah menghapuskan dan pengurangan pajak ekspor impor untuk beberapa komoditi. Penghapusan pajak impor tidak lain untuk memperlancar arus masuk produk-produk Amerika, Jepang, Australia, Jerman, Inggris, dll. Adanya pajak impor yang tinggi selama ini mengurangi daya saing produk mereka di Indonesia. Harga barang mereka menjadi tinggi karena dibebani pajak yang tinggi. Harga jual yang tinggi, menyebabkan produk mereka kalah bersaing dengan produk kapitalis kroni di pasar Indonesia. Pajak ekspor yang cukup tinggi menghalangi mengalirnya barang-barang yang dibutuhkan industri negara-negar tersebut, seperti baja, timah, nikel, besi, dll. Pajak ekspor membuat harga barang-barang tersebut menjadi tinggi, dengan harga yang tinggi otomatis akan memberatkan dunia industri imperialis. Biaya produksi yang harus mereka keluarkan akan bertambah tinggi, sehingga keuntungan yang didapat akan berkurang.
Langkah ketiga, adalah penghapusan subsidi. Menurut sistem neo-liberalisme, pemberian subsidi oleh negara untuk beberapa produk (misalnya:BBM, listrik, tepung terigu) adalah inefisiensi, "menghambur-hamburkan uang negara." Padahal barang-barang yang disubsidi tersebut sangat dibutuhkan mayoritas rakyat. Ini sebetulnya alasan untuk menutupi kedok mereka yang sesungguhnya. Alasan sebenarnya, dengan adanya subsidi terhadap beberapa produk, harga produk tersebut akan murah karena dapat dijual lebih rendah. Dengan demikian, produk-produk swasta dan asing yang tidak mendapat subsidi akan kalah bersaing karena tidak dapat menjual dengan harga yang murah.
Apabila dilihat secara sekilas, program-progaram ekonomi neo-liberalisme seakan-akan mendukung ekonomi rakyat, karena menentang kapitalis kroni (bisnis kerabat penguasa). Namun, sebenarnya sistem neo-liberalisme justru lebih memberatkan rakyat, walau nampak "demokratis." Rakyat akan tambah tertindas dengan diterapkan progaram-program tersebut.
Pertama, imperialis akan mempertahankan upah yang rendah, karena upah yang rendah adalah efisiensi bagi dunia bisnis.
Kedua, penghapusan subsidi negara untuk beberapa produk bukan mensejahterakan rakyat, namun sebaliknya. Untuk penghapusan subsidi listrik dan BBM, misalnya, akan tambah mencekik rakyat yang sudah menderita akibat krisis ekonomi. Dengan penghapusan subsidi tarif listrik dan harga BBM akan naik. Karena kedua hal ini merupakan kebutuhan vital, maka harga-harga barang yang lain akan ikut naik.
Ketiga, penghapusan pajak impor, akan menyebabkan perusahan kecil dan menengah memasuki gulung tikar. Penghapusan pajak impor akan menyebabkan produk-produk industri asing membanjiri pasar-pasar di Indonesia. Akibatnya produk industri Indonesia tidak tidak laku. Produk perusahaan dari negara industri maju secara kualitas akan lebih bagus dan lebih murah, karena mereka telah mampu mencapai tingkat efisiensi dan tehnologi yang tinggi. Dampak berikutnya, dengan banyaknya perusahana kecil dan menengah yang gulung tikar, secara otomatis pengangguran akan semakin melonjak lagi.
Sedang dihapusnya pajak ekspor akan terjadi ekploitasi besar-besaran terhadap kekayaan negara kita. Tidak akan ada lagi kontrol untuk mengekspor hasil kekayaan alam. Pendapatan nasional dari sektor pajak ini semakin menurun, berarti juga menurunkan kesejahteraan rakyat. Dampak lainnya, bahan-bahan baku dari Indonesia akan lebih banyak yang diekspor daripada yang diolah di dalam negeri. Ini mengakibatkan dampak baru lagi: menyulitkan industri dalam negeri, dan menurunkan pendapatan nasional dari nilai tambah bahan-bahan tersebut.
Wajah Ganda Kapitalisme
Memang, dalam bidang politik neo-liberalis membawa demokrasi. Namun demokrasi tersebut hanya dalam beberapa hal saja, bukan demokrasi yang konsisten dan sepenuh-penuhnya. Hal ini nampak dari sikap negara-negara imperialis yang mengatakan bahwa persoalan di Indonesia hanyalah persoalan korupsi, kolusi, nepotisme dan kroniisme. Oleh karena itu yang dibutuhkan hanyalah pemerintahan yang bersih (clean government) dan tidak menerapkan kapitalisme kroni. Nampak sekali kemunafikan kapitalis internasional. Mereka ingkar bahwa penyebab krisis ekonomi adalah over investement dan over-capacity ekonomi global. Asia yang tadinya mereka lihat sebagai negara yang prospektif dan sedang menuju untuk menjadi NICs (New Industrial Countries) menjadi tempat utama penanaman modal mereka, sehingga terjadi overinvestment di Asia
Negara-negara imperialis setuju Soeharto digulingkan (karena sudah tidak lagi menguntungkan mereka), setuju orang-orang yang terlibat penculikan diadili, setuju beberapa tapol/napol dibebaskan. "Tapi untuk menerapkan demokrasi sepenuh-penuhnya, nanti dulu," kata mereka. Atau dengan alasan yang lebih halus : "butuh waktu yang sangat lama untuk mencapai demokrasi di Indonesia." Mengapa ? Demokrasi sejati memberikan hak bagi partai kiri untuk berdiri. Demokrasi sejati juga memberi hak bagi buruh untuk berserikat, dan mogok. Demokrasi sejati, berarti juga mengaharuskan tentara kembali ke barak. Tapi, kalau demokrasi sejati dan sepenuh-penuhnya diterapkan di Indonesia, tentu protes-protes akan marak. Sebab, jika program neo-liberalisme diterapkan, kesengsaraan rakyat akan semakin memburuk. Dengan demikian, keresahaan sosial akan semakin meluas dan memanas. Untuk meredanya, lembaga-lembaga demokrasi harus dikebiri dan diperlukan tentara untuk menumpasnya.

Tut Wuri Handayani

Sabtu, 29 Mei 2010

Inilah kisah tentang anak-anak yang bukan untuk dibaca oleh anak-anak. Bayangkan kanak-kanak dengan seragam merah putih topi merah serta dasi mungil bertuliskan “tutwuri handayani” di sekolah negeri yang sering tidak terjamah subsidi. Murid-murid belia yang sering melihat kawan mereka bergelimang fasilitas di sekolah swasta. Tetapi mereka tetaplah kanak-kanak, tanpa iri dengki mereka terus belajar tanpa perlu memaki. Selama puluhan tahun di sekolah dasar negeri yang sering tidak tersentuh subsidi itu segala sesuatunya berjalan dengan normal terkendali. Normal artinya, murid ikhlas belajar dengan fasilitas seadanya, tidak terganggu dengan profesi paruh waktu para guru, penuh gembira pada saat upacara bendera dan yang terpenting, mereka sadar diri untuk tidak menggantungkan cita-cita terlalu tinggi. Yang penting mereka tidak buta huruf dan angka, kecuali beberapa terjebak dalam buta warna yang tiada obatnya. Inilah sekolah dasar yang ideal yang kemajuannya tidak perlu menyesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi.
Tetapi semenjak televisi menggantikan alunan ayat suci, pelan-pelan berubah pula peradaban adiluhung anak-anak. Ayat suci menceritakan teladan kebaikan, mereka perlu berpikir untuk membayangkannya. Di televisi, mimpi-mimpi mereka hadir sebagai realita yang langsung ditangkap indera mata. Waktu berganti dengan cepat, pahlawan kartun berganti sinetron, sinetron berganti band-band yang tidak pernah menelurkan album kecuali single yang lebih mirip jingle. Mereka sekarang berbangga hati, dalam usia dini mereka telah mengerti arti partisipasi. Bila kau rajin mengikuti berita televisi nilainya melebihi partisipasi politik pemilihan ketua kelas. Begitulah, pelan tetapi pasti, televisi membimbing mereka untuk menentukan cita-cita, kelak bila mereka besar nanti. Menimbulkan kegaduhan itu pasti, tetapi mereka masih kanak-kanak, harap dimaklumi. Toh, orang dewasa juga terus menerus minta dimaklumi.
Sebagian anak berkeliaran di jalan raya. Berkejaran, bernyanyi dan tertawa terbahak-bahak. Nasihat guru tentang tertib di jalan raya mereka tertawakan. Kata mereka, “kami ingin jadi polisi, tidak mau jadi orang biasa. Sebab hanya polisi yang berani melanggar aturan tanpa perlu khawatir ada yang akan menangkapnya”. Guru hanya geleng-geleng kepala. Akibatnya mereka sering terlambat tiba di sekolah. Pada saat disetrap di ruang guru mereka nyengir, “kami tidak terlambat, hanya telat mengabarkan. Kami sudah kirim pesan pendek kepada wakil kepala sekolah”. Guru bertanya, “mau jadi apa kalian ini?”, serempak mereka menjawab, “Menteri Keuangan, pastinya!”. Anak-anak ini jadinya jarang mengikuti upacara bendera sehingga guru kesal bukan kepalang lantas kembali menyidang mereka. Guru menasihati mereka, “upacara ini penting untuk menanamkan semangat kebangsaan dan kecintaan kalian kepada Negara. Kalau kalian tidak pernah ikut upacara bendera, jangan harap kalian bisa memimpin negara ini nanti!”. Dengan kalemnya seorang murid menjawab, “kami tengah berlatih untuk jadi pejabat negara. Membiasakan diri kami sibuk sehingga pada saat sidang lupa untuk menyanyikan Indonesia Raya”. Begitulah, kanak-kanak ini semakin pintar menjawab. Lagaknya pun dibikin-bikin sebagaimana cita-cita yang mereka inginkan. Beberapa murid mulai malas belajar membaca, saat guru menuliskan sebuah kalimat di papan tulis, gugup mereka mengejanya. Guru marah-marah, “mau jadi apa kalian, membaca saja tidak lancar??”. Tenang mereka menjawab, “Jadi ketua MPR, Guru”. Kemarahan guru semakin menjadi-jadi, suaranya meninggi, hening tetapi tidak lama satu orang murid balas memakinya, murid lain mengikutinya hingga kelas penuh suara makian. Guru menangis sambil berseru, “Saya bersumpah, kalian pasti tidak akan menjadi apa-apa”. Murid semakin tenang menjawab, “Sumpah Bu Guru, Kami pasti jadi anggota DPR kelak”.
Guru matematika berusaha mengatasi keadaan. Dia senang bercerita untuk menyampaikan persoalan perhitungan. Dia menunjuk seorang murid bernama Robi. Robi, cerita pak guru, sedang bersusah hati sebabnya dia tidak punya uang untuk membayar uang sekolah 300 ribu rupiah, buku-buku pelajaran 200 ribu rupiah dan seragam sekolah 100 ribu rupiah. Budi, murid lainnya adalah seorang pramuka sejati yang selalu berpedoman pada Dasa Dharma Pramuka. Kebetulan orang tuanya sangat berada sehingga uang tidak pernah jadi masalah. Karena Budi rajin menabung dan suka menolong sesama maka dia berniat membantu Robi. Pertanyaannya berapa duit yang harus dikeluarkan oleh Budi agar Robi bisa membayar uang sekolah, melengkapi buku dan membeli seragam sekolah? Kelas hening sementara, tidak lama serempak murid menjawab, “6 JUTA Rupiah, Pak Guru”. Guru tidak percaya mendengar jawaban muridnya, “kalian yakin?”. Tentu saja, jawab murid-murid dengan wajah riang tidak berdosa. Guru menuliskan perhitungan di papan tulis, lalu menunjukkan hasilnya, “kalian lihat sendiri, hasilnya 600 ribu rupiah. Kenapa hitungan mudah begini saja kalian bisa salah?”. Murid-murid saling berpandangan, tersenyum kecil, lantas menjawab, “karena kami ingin menjadi Gubernur Bank Indonesia, Pak Guru!”. Guru tidak bisa menerima jawaban murid-muridnya, “coba pikirkan lagi, berapa kali lipat kerugian yang harus kalian alami akibat salah hitung ini”. Bukannya takzim mendengarkan, murid-murid malah nyengir, “karena salah hitung itu mungkin kami bisa jadi wakil presiden Pak Guru”.
Guru-guru mengadakan rapat darurat. Keganjilan ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Solusi harus didapatkan, anarki ini mesti diakhiri. Ada upaya menyibukkan murid-murid dengan sepakbola. Tetapi mereka yang gemar bermain bola ini bukannya giat berlatih malah sibuk membikin koperasi. Pada saat guru olahraga memarahi mereka, enak saja mereka menjawab, “tenang Pak Guru. Kami ini tidak ingin jadi pemain bola, kami ingin jadi Ketua PSSI. Tidak perlu pintar bermain bola, cukup pintar berniaga lewat koperasi”. Karena guru-guru kebingungan murid-murid semakin menjadi-jadi. Mereka tidak mau belajar, menolak guru masuk kelas dan mengenal kata mogok. Guru mengumpulkan mereka di lapangan, di tengah terik mentari siang mereka berteriak garang, “kami jadi korban politik”.
Guru mendesak kepala sekolah untuk mengambil keputusan. Tetapi kepala sekolah tidak ingin namanya tercela di depan orang tua siswa. Guru terus mendesak, kepala sekolah hilang kesabaran. Lantang dia berteriak di ruang rapat, “jangan memaksa saya untuk melakukan tindakan di luar kewenangan saya”. Hening seketika, tetapi murid-murid yang mengintip rapat guru sibuk berbisik, “mungkin kepala sekolah ingin jadi presiden”.
Inilah cerminan pendidikan kita dewasa ini. Pendidikan yang seharusnya menjadi lumbung hidup suatu Negara serta pendidikan hadir untuk memanusiakan manusia justru menjadi boomerang. Dimana dengan hadirnya globalisasi dengan bumbu-bumbu gombalisasinya mengakibatkan kapitalisasi pendidikan sehingga membuat membuat pendidikan bagaikan suatu mahkluk yang ganas yang siap memakan sesamanya.
(Terinspirasi dari kebobrokan bangsa ini)


Kejahatan yang Sempurna

Penyangkalan atas fakta atau memindahkan makna dari fakta telah menjadi tren dalam pentas kasus di negeri ini. Kasus-kasus sidang penyuapan jaksa, dugaan pelecehan seksual, dan konspirasi pembunuhan berjalan sangat rumit dan berlika-liku.

Pertanyaannya, masih adakah kebenaran? Selalu ada fakta dan bukti yang gugur meski jelas dari pemikiran awam bahwa fakta itu mengandung kebenaran. Kita juga melihat, adagium utopis ”kejahatan yang sempurna” (perfect crime) benar-benar ada.

Kejahatan sempurna bukan epos tentang penjahat yang tidak pernah tertangkap penegak hukum dan mempertanggungjawabkannya dengan menjalani hukuman. Kejahatan sempurna adalah kejahatan terorganisasi dan dilakukan oleh pengambil keputusan dari institusi legal. Institusi yang rentan untuk melakukannya adalah aparatus negara.

Pembeda utama antara mafia dan aparat negara adalah soal legalitas. Dari sisi di mana pembuat dan pelaksana hukum berdiri, sebuah organisasi mafia adalah ilegal dan melanggar hukum.

Sophistokrat

Bagaimana jika aparat negara menjadi penjahat? Dengan kekuasaannya, mereka akan meyakinkan publik bahwa semua tuduhan yang dialamatkan kepada mereka adalah keliru. Mereka akan menjadi sophistokrat.

Plato dalam Republic menggambarkan sophist sebagai a sort of wizard atau seorang imitator hal paling nyata. Mereka bukan produsen kebenaran meski amat memahami diktum kebenaran. Mereka hanya memberi kesan kebenaran itu sendiri (Phaedrus, 275b, 276a).

Kecanggihan dalam memanipulasi dan selalu mempertanyakan kebenaran membuat kabur hubungan fakta dan kebenaran. Jika kita terbius keyakinan bahwa segala sesuatu tentang fakta adalah ilusi, mereka berhasil. Kebenaran lalu menjadi soal yang bisa dinegosiasikan.

Orang-orang sophis selalu berbicara tentang hantu, pengingkaran, dan penolakan dengan mempertanyakan kembali. Kecanggihan mereka seperti setan yang memainkan simulasi yang selalu ada di ruang samar-samar dan meyakinkan, sebuah kesalahan adalah hal paling benar (Deleuze, 1994:127).

Di berbagai ruang, institusi di republik ini telah dipenuhi sophistokrat. Mereka mempunyai lingkaran dengan berbagai profesi yang sejatinya hanya kamuflase. Semakin banyak hal yang secara faktual benar lalu menjadi lenyap dan berganti makna. Demikian juga dengan argumentasi yang mereka bangun akan dengan mudah dipercayai meski tidak masuk akal.

Apakah rakyat dan publik harus disalahkan karena membiarkan mereka berjaya? Tidak mudah menjawabnya karena mereka menguasai instrumen kekuasaan. Letak kehebatan para sophistokrat adalah kepiawaian melakukan dekonstruksi atas usaha-usaha meletakkan fondasi bagi konsensus kebenaran dan norma- norma moral di atas tatanan hukum dan politik. Prestasi besar mereka adalah membuat kebenaran menjadi hal yang seolah-olah benar.

Konsensus kebenaran

Sulitkah menentukan kebenaran? Filsuf Giambatista Vico (1965) memercayai, sensus communis (common sense) merupakan awal yang baik untuk menjelajah kebenaran dan menjadi dasar bagi konsep kebijaksanaan. Namun, yang kini terlihat adalah perlombaan seni berbicara (retorika) daripada menyatakan hal yang sesungguhnya (right thing).

Kebenaran sendiri terlalu paradoksal dan dilematis diperdebatkan. Akan tetapi, kita harus menyetujui tatanan kebenaran. Konsensus kebenaran harus diletakkan di aras kepentingan publik dan persepsi mereka atas kondisi politik dan hukum yang moralis.

Kebenaran publik tentu menjadi sesuatu yang lebih tinggi daripada kebenaran sektarian meski kebenaran publik bisa berubah seiring waktu.

Kita dihadapkan persoalan yang belum terselesaikan oleh agenda demokratisasi pasca-Orde Baru. Pelembagaan civil society yang belum kuat merupakan sebab gagalnya konsolidasi sipil untuk meletakkan batas-batas moralitas yang haus dipenuhi penyelenggara negara.

Perubahan dalam internal institusi, baik eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun konstitutif, cenderung berjalan tanpa kontrol. Yang tampak adalah diorama pertarungan antarkeluarga gajah dan masyarakat menjadi pelanduk yang hampir mati di tengah arena mereka.

Bagaimana melakukan model pelembagaan konsensus? Setidaknya ada tiga hal penting.

Pertama, memulihkan agenda penguatan civil society yang bisa mengelola perbedaan kepentingan dari berbagai kelompok di dalamnya. Jaminan negara atas perbedaan pendapat harus ditepati. Dalam pembuatan regulasi, hak-hak konstitusional warga atas kebebasan dan pertanggungjawaban harus dikedepankan.

Kedua, membangun mekanisme keseimbangan kekuasaan dan saling kontrol antarinstitusi negara. Tidak boleh ada institusi yang mempunyai kewenangan lebih besar dari yang lain. Masing-masing harus mempunyai kewenangan sebagai eksekutor. Hal yang penting adalah membuat mekanisme yang mampu meniadakan tawar-menawar antarinstitusi negara dalam rangka membela kepentingan yang bersifat pribadi masing-masing.

Ketiga, meletakkan landasan normatif bangsa dan negara sebagai acuan yang selalu mempunyai relevansi bagi kinerja institusi negara dan bisa dijadikan pegangan. Semangat kebenaran yang berlaku universal bisa menjadi pegangan informal. Hal itu menjelma menjadi suara hati dari nurani yang amat menentukan pilihan-pilihan politiknya.

Para sophistokrat adalah aktor kejahatan yang sempurna. Jangan sampai mereka membuat negara dengan segenap institusinya sebagai panggung dari sandiwara perdebatan tanpa usai. Sementara rakyat hanya menjadi penonton yang harus membayar mahal untuk pementasan yang sama sekali tidak bermutu.

Tinta tak bernyawa

Mulai dengan harapan yg tak kunjung terang, harapan yg tak diharapkan… kuw coba kembali menuangkan sesak ini dalam coretan tinta tak bernyawa.. tinta yg akan selalu mengabadikan saat semuanya usang dimakan waktu…waktu yg akan menjadi saksi bahwa aku pernah hadir diantara mereka…
Inilah aku…
aku yg akan mencoba mengabadikan diriku sendiri dalam tinta tak bernyawa…

Semua ini bersumber dari emosi jiwa yang terpendam jauh dilubuk hati sanubari…yang tak akan pernah sanggup aku sentuh…yang tak akan pernah mampu aku lihat…yang tak akan pernah bisa aku jelajahi….Inilah rintihan hati ini…hati yang telah rapuh…Hati yang telah lelah untuk bertahan…hati yang telah lama menyakiti diri ini..membawa aku selalu dalam keterjerumusan dunia yang hina dina...kesengsaran yang penuh luka putus asa…
Aku hidup disebuah dunia yang gila….gila akan kekuasaan….
dunia yang penuh kegelapan..tak ada secelah cahaya yang menyinarinya..Aku disini,sendiri..hidup dalam sebuah dunia keterasingan…menikmati indahnya kesunyian..menikmati kekosongan dalam kehampaan..
Aku menjauh dari keramaian yang berisik…dan berteduh di dunia ini..Alasan aku untuk berdiam dan hidup disini adalah untuk memperoleh ketenangan hati…Ketenangan hati yang tak pernah kuperoleh dari dunia luar sana..
Aku terlahir dari dunia luar sana…dunia dimana kebaikan dan kejahatan..baik dan buruk..bahagia dan kesedihan saling berputar dalam roda kehidupan…Aku hidup diantara kasih sayang yang memanjakan diriku..dan mengangkat diriku cukup tinggi,,cukup tinggi hingga aku mampu melihat pesona dunia ini… Namun sejak aku terlahir,,..aku hidup diantara perbedaan yang menjauhkan aku dari yang lain…Perbedaan adalah jurang yang membuat diriku jatuh dalam dendam dan kesedihan yang tak terungkapkan….Memendam semua itu tidaklah mudah,,,..kecemasanku mulai ada kala aku tak lagi mendapatkan kebaikan secara lisan maupun perilaku….Senyuman mereka...tatapan mereka...kata-kata yang keluar dari bibir mereka seakan-akan ingin membuatku terjatuh….Tekanan demi tekanan kualami…dan tekanan itu makin membuat diriku cemas…
Aku mencoba untuk bangkit dari kecemasanku..melupakan perbedaan yang terasa digetir jiwa.. mencoba untuk mengubahnya,,tapi aku tak bisa!!!
Semakin lama aku semakin larut dalam kepedihan..tak bisa dielakan lagi,,jiwa ini telah habis oleh tekanan-tekanan yang datang....Depresi berat melanda diriku..kehancuran hidup telah menyambut diriku..Aku jatuh!!!aku kalah!!!
Aku mengubah hidupku..mengubah diriku!!! aku mencoba membiasakan diri hidup dalam keterasingan dan kesunyian yang pekat..Dan aku tak pernah melihat lagi matahari…
Kekacauan dalam hidupku membuat ku mempelajari dan memahami keindahan sebuah keterasingan dan kesunyian….Darah dingin mengalir dalam tubuhku,,,dan kini aura kematian telah merasuki pikiranku...aku merasa tenang disini,,,aku merasa nyaman dengan semua ini,,dan aku takkan mengubahnya..
Dendam masa lalu membayangi diriku pada masa kini..sakit dan luka masa lalu membekas dalam relung hati,,,mengiris-ngiris hati ini,,,,aku tahu bahwa dendam ini akan menambah penderitaan hidupku,,maka dari itu aku mengurungkan diri dari dunia luar…menutup mataku dari dunia luar,,melupakannya selamanya…
Aku yakin dunia luar sana tidak akan menemukan diriku dan tak kan mampu menembus dinding duniaku…aku rindu akan dunia luar,dunia luar yang melahirkan diriku,,,,namun aku tak bisa kembali,,,,karna itu hanya akan mengulang kenangan pahit masa lalu yang akan membuatku terjatuh lagi…terkadang aku harus diam menjauh dari hiruk pikuk keramaian untuk mencari sahabat sejatiku…terkadang pula aku harus memejamkan mata ditengah cahaya hidup yang membelenggu sukma untuk memahami makna kehidupan yang telah ku arungi…disaat dentang lonceng kematianku telah tiba dan setelah tangan tuhan menjemputku menuju rumah keabadian…

Dari…
sahabat yang terpinggirkan

KISAH NYATA "Cintaku sebatas ujian nasional"

Jumat, 28 Mei 2010

Cerita ini mengisahkan pasangan ABG yang tinggal berdekatan alias bertetangga...

Suatu ketika Si cowo mendapat ultimatum dari orang tuanya...

- Ibu : nak,,kalau kamu tidak lulus UN,,putuskan pacarmu...(sambil mengancam)
- Si cowo : iya bu'.....

Karena tidak mau hubungannya dengan sipacar putus, Si cowo pun berjuang dalam Ujian Nasional..
Sampai akhirnya tiba hari pengumuman kelulusan....

Ternyata eh ternyata,,hal yang ditakutkan si cowo terjadi...
Dia "Tidak Lulus" Ujian.....

Dan kabar tersebut akhirnya sampai ke orang tua si anak....
Si cowo pun segera sms sang pacar untuk mengajak pacarnya untuk bertemu di pos kambing dekat rumah untuk membicarakan hubungan mereka yang di ujung tanduk....
Tapi namanya juga ABG,,jelas saja tidak ada rela untuk memutuskan ataupun diputuskan...

Akhirnya Ibu si cowo datang melabrak pasangan tersebut karena sudah hilang kesabaran...

- Ibu : PUTUSKAN CEPAT PACARMU..........!!!!! (sambil marah")

Si cowo hanya bisa diam karena bingung untuk memilih sang pacar atau orang tuanya...
Akhirnya si cewe pun berbicara kepada ibu cowo'nya,,,

- Si cewe : Nda mau ka diputuskan tante...(dialeg makassar) (sambil bercucuran air mata)
- Ibu : Pokoknya kalian berdua harus putus,,,gara-gara kau anak ku jadi tidak lulus ujian...
- Si cewe : Tapi saya sayang anak ta tante....(dialeg makassar)
- Ibu : Sayang, sayang,,,pale mu peang.....

Si ibu pun menarik anak laki-lakinya untuk pulang.....
tapi si cewe tetap bertahan dan menarik tangan cowo'nya sambil menangis...
hiks,,,hiks,,hiks,,hiks...
.
namun apa daya,,,
si ibu tetap menarik anaknya untuk pulang...

kini, Sampai ibu dan anaknya pulang belum ada kejelasan bagaimana dengan hubungan mereka

apakah PUTUS, BACKSTREET atau KAWIN LARI........
hanya mereka yang tau........

Ternyata Ujian Nasional bukan hanya menentukan nasib pendidikan seseorang
tetapi juga hubungan percintaaan seseorang....

SUNGGUH TRAGIS....

Sekian kisah nyata yang singkat dan mirip sinetron ini.....



Pertanyaan untuk Tuhan

Hening. Pekat malam dingin menerobos tulang rusuk. Sunyi hampiri seantero bumi. Bulan serta bintang menebar pesona indah lewat kilau cahaya yang megah. Planet-planet yang bermukim di sana menjadi tempat akhir tujuan perjalanan malam. Taman langit menjadi tuan rumah, seakan membuka lebar pintu rumahnya untuk para tamu agung yang ingin mampir ke pesta miracle itu. Apakah keagungan Tuhan yang maha menakjubkan ini akan terus abadi? Atau hanya sebatas mimpi seorang anak manusia yang ingin melihat indah dunia penuh fana ini.
Tersentak bangun dari tidur, anak lelaki bermimpi akan surga yang menghampirinya. Anak lelaki itu pun sejenak terdiam, berkhayal tentang apa yang ia mimpikan. Sigap, anak itu pun mengambil air wudhu, melaksanakan shalat subuh. Setelah shalat, sang anak berdoa dengan khusyuk.
”Tuhan, ingin sekali aku melihat jagat raya ini semenjak semula Engkau menciptakan-Nya. Pastinya dunia pada saat itu masih terlihat indah dan jauh dari hal-hal kotor. Tuhan, apakah ada yang dinamakan surga dunia? jika ada, seperti apakah itu?. Mungkinkah surga dunia itu hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu sajakah, Tuhan?. Karena selama ini hamba tak pernah sekali pun merasakannya. Yah! mungkin karena kondisi keluarga hamba sangat sulit menghadapi kehidupan yang kamuflase ini. Maafkan hambamu ini, ya, Tuhan, jika lancang. Tapi, hambamu ini hanya manusia biasa yang dibuai penasaran tinggi akan keadilanmu. Pahit hidup yang membuat hamba sering kali berkhayal akan datangnya sebuah tawaran dari surga. Dan mengajakku bersama saudara-saudaraku yang berada di jalan mengais rezeki yang tak kunjung pasti untuk menikmati tawaran dari surga itu. Mungkin jika tawaran itu ada dan mempunyai syarat untuk melewatinya, saya akan berjuang untuk mendapatkannya.”
“Saya hanya anak manusia yang tak lebih dari seorang pecundang. Hidup tak mampu membahagiakan keluarga dan saudara-saudara hamba. Mengapa hamba sering kali mempertanyakan surga dunia, walaupun hambamu ini tahu akan ada surga lain di sana yang lebih indah dari surga dunia. Tuhan, mengapa sesuatu yang indah itu harus dibayar mahal?. Mengapa beberapa makhlukmu tidak bersyukur dengan apa yang Engkau berikan?. Apa sebenarnya yang membuat seorang makhlukmu itu ingin menguasai dunia?. Bukankah itu tidak diperbolehkan, Tuhan?. Itu artinya makhlukmu itu ingin mendahului takdir yang sudah kau tetapkan?. Tuhan, mengapa jika terjadi sesuatu di dunia ini, selalu saja takdir yang menjadi kambing hitramnya?. Berati sama halnya menginterfensi kebesaran-Mu Tuhan sebagai pencipta?”
“Sekali lagi, maafkan hambamu ini yang sudah lancang atas pertanyaan pada-Mu. Kamuflase hidup yang membuat hamba menjadi seperti ini. Kadang hamba bertanya mengapa di dunia ini ada kaum miskin dan kaum yang kaya?. Banyak orang-orang di sana yang hidup berlebihan dan sangat indah dari kami ini. Dan seharusnya mereka yang hidup berlebih itu juga punya hati dan fikiran? Tapi, faktanya mereka seakan dicuci otaknya dengan hal-hal yang berlebihan. Memberi pun tidak ingin, malahan dengan sengaja membuat diri mereka terbuai dalam limpahan dan nikmatnya dunia. Menghalalkan segala cara untuk tetap seperti itu. Bukankah itu tidak pernah kau ajarkan pada makhlukmu, Tuhan?. Bukan juga bermaksud iri hati. Tapi, saya seorang manusia yang ingin mengetahui segala sesuatu yang rasional. Bukankah yang nyata itu rasionil dan yang rasionil itu nyata?. Tuhan, akankah hambamu ini bisa merasakan nikmatnya dunia dan surga? Dalam diri hamba sudah tertanam sejak lahir kehidupan yang sangat jauh dengan kenikmatan. Tapi, meski begitu, hamba patut bersyukur, karena hamba akan terus memperjuangkan hak hamba sebagai makhluk Tuhan yang diambil oleh beberapa makhlukmu yang serakah. Hambamu ini juga sangat bersyukur karena engkau menciptakan hamba sebagai seorang anak manusia yang akan mengubah dunia pada sistem yang lebih baik.”
“Bukannya ingin menjadi seperti Fir’aun yang mengganggap diri sebagai Tuhan. Melainkan mengubah dunia dengan memperjuangkan hidup yang kamuflase ini. Karena ada banyak di antara makhluk-makhlukmu yang tergoda rasukan setan untuk menguasai dunia. Hambamu ini berjanji akan mempertahankan apa yang sudah Engkau rahmatkan pada kami. Tak ada yang boleh berlebih dan yang kekurangan. Bukankah di mata-Mu semua makhluk itu sama? Keindahan dunia ini sudah memudar ataukah cinta yang hanyut terbawa dalam arus kehidupan?. Dunia ini bagai panggung sandiwara yang pada dasarnya setiap makhluk-Mu mendapat lakon yang berbeda-beda.”

Menurut sang anak, hidup seperti ini membuat kita lebih memahami dunia untuk sesuatu yang lebih jelas.
 

Lorem

Ipsum

Dolor