life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

Sorry, I am getting older

Minggu, 21 Oktober 2012

#SuratuntukbapakIII

Teruntuk dia yang tlah hadir dalam hidupku, dia yang memberikanku kehidupan dan padanya yang telah mewariskanku wataknya. Apa kabar, pak ? Apa kau sudah baikan ? ini merupakan kali ketiga aku menuliskan surat buatmu, namun kau tak kunjung membalasnya. Bahkan membacanya pun sudah enggan!!!
Apa kau masih marah padaku ? hanya karena mendapatiku merokok disudut rumah kini kau tak sekalipun memalingkan wajahmu padaku.
Pak, aku masih ingat sewaktu aku kecil dulu. Kau sering memarahiku, membatasi ruang gerakku dan bahkan kau sering memarahiku mana kala ini itu tak sesuai dengan jalan pikiranmu. Pak, aku memang mewarisi watakmu yang keras, tak sekalipun aku menuruti nasihatmu. Aku membangkang dengan segala alasan yang aku miliki. 
Masih teringat jelas ketika kau melarangku untuk bermain hujan, manakala anak-anak seusia menikmati bahagianya bermain hujan, aku hanya mampu berdiri kaku didepan pagar rumah yang kau buat kokoh itu. Aku tahu kau mencemaskan kesehatanku kelak, tapi aku ingin bermain, pak!! Berkumpul dan tertawa dengan rekan sebayaku. Semua mainan plastik yang kau berikan padaku, itu tak berarti. Semua itu bak semua gunung yang menumpuk dikamarku. Aku bukan kucing peliharaan yang akan selalu bersama tuannya dan termenung dikandang menikmati “kebahagiaan” yang diberikan tuannya.
Aku anakmu, pak!! Anak yang berusia minim. Aku tak ingin menghabiskan masa kecilku dihadapan layer TV. Lihat ketika aku bermain hujan, disana aku tertawa, terjatuh bersama teman-temanku. Meskipun pakaianku kerap kotor karena percikan lumpur dilapangan sepak bola, tapi aku bahagia pak bisa berbagi dengan mereka. Aroma hujan itu!! Kau pasti juga pernah merasakannya.
Pak, ingatkah kau ketika aku terbaring lemah dihadapanmu ? kau menangis pak!! Ia menangis !! kau cengeng!! Jangan salahkan aku ketika menyirammu dengan air minumanku, aku benci tangisan pak!!

Pak, aku berlari dibawah terik, hujan ataupun malam. Aku bermain!!
Layangan, aku sangat menikmatiknya disiang hari dan manakala hujan, bermain sepakbola adalah kegemaranku. Masih ingatkah kau dengan hadiah sepeda yang kau berikan padaku ? aku menggunakannya pak.
Jangan pernah salahkan aku pak, karena aku juga tak pernah menyalahkanmu sekalipun. Kau sering meninggalkanku seharian dirumah tapi aku tak pernah mengeluh, aku sepi pak!! Ku tahu kau sedang mencarikan nafkah buatku, aku tak pernah mengeluh!!
Disaat usiaku kian bertambah dan kesehatanmu kian menurun , tak sekalipun kau memarahiku. Kau sudah enggan!!
Pak, aku masih anakmu. Umur ini hanya merupakan hukuman yang alam berikan karena hidup didalamnya. Apakah cintamu kian luntur dengan bertambahnya usisaku ?
Pak, aku rindu dengan segala bentuk kemarahanmu. Maafkan aku yang sedari dini sering membuatmu marah yang membuatmu semakin menunjukkan kejantananmu dihadapanku.
Pak, masih banyak tentang kau yang hidup dibenakku. Mencuri uangmu disaat kau sedang tertidur, menyembunyikan sendalmu agar kau tak keluar meninggalkanku sendirian, atau bahkan kebersamaan kita disaat iseng memasang judi togel yang membuat ibu memarahaimu habis-habisan.
Pak, bekas luka dikakiku akibat pukulan lidimu semakin mengingatkanku bahwa kau sangat mencintaiku. Pak, sekarang aku tlah dewasa. Aku ingin melanjutkan cita-citamu yang sempat kau bisikkan disaat aku terbaring lemah dulu. Meskipun kini aku tak tahu keberadaanmu, tapi aku tahu kau sedang mengintip membaca tulisan ini dibelakangku disaat aku sedang menulis surat ini. Pak, aku masih ingat kau pernah berjanji akan menemaniku kelak jika aku sudah dewasa untuk minum kopi diwarung pojok dekat rumah. Tapi, kedewasaanku justru membuatmu pergi meninggalkanku.

Jakarta, 21 Oktober 2012
Sebulan sebelum kelahiranku. Aku Benci Tangisan, Pak !!!
#np The Script-If You Could See Me Now


Surat Kecil Untuk Tuan

Senin, 30 Juli 2012


Ketika kebijakan bersumber dari kepentingan pribadi, akan dibawah kemana kami ?
Hari ini suasana jalan dikota tempatku bermukim sama seperti biasanya, padat, pengap dan rentetan suara klakson kendaraan bermotor silih berganti. Pagi itu suasana cukup bersahabat, matahari lagi semangat-semangatnya memancarkan sinarnya untuk mengalahkan semangat manusia yang hendak beraktivitas. Perlahan ku langkahkan kakiku menuju pagar rumah, ada segenap aktivitas pagi yg ingin ku realisasikan.
Hari itu aku telah berjanji akan mengunjungi temanku, rumahnya disekitaran salemba. Berbekal janji itu lah aku mantap melangkah…
Seperti biasanya, hal-hal yang berarti kadang terjadi diwaktu yg tak terjamahkan oleh pikiran…
Busway, kendaraan umum inilah yg cukup akrab bagi orang sepertiku dan khalayak. Menuju arah senen merupakan tujuan pertamaku. Berdesak-desakan menunggu kedatangan busway merupakan suatu hal yg lumrah, selain itu kondisi jalan yang padat bak sepasang daun dan pohonnya, yang akan terasa aneh jika tak beriringan. Matahari pun mantap menyinarinya. Namun dengan hadirnya pendingin ruangan di kendaraan tersebut membuatku sejenak mengabaikannya.
Setiba dihalte senen, aku pikiranku sempat berkecamuk. Apakah aku melanjutkan perjalanan kerumah temanku dengan menyambung busway lagi dihalte sebelah, ataukah melanjutkannya dengan kendaraan umum yang lainnya, sebut saja bajaj atau mikrolet. Akhirnya langkah ku pun mantap memilih mikrolet. Pilihan tersebut bukan tanpa alasan, alasan pertama dan utama yakni aku teringat perkataan teman ku, namanya gilang namun kadang disebut ramos “raul lemos”, “terkadang dengan menggunakan kendaraan umum kita dapat menemukan jawaban atas permasalahan atau beban pikiran kita”. Menurutku hal ini cukup masuk akal, ketimbang menggunakan pribadi namun pikiran kita fokus pada jalanan, akan jauh lebih baik jika pikiran kita dipergunakan untuk yang lainnya. Alasan kedua, tentunya lebih efektif. Ketimbang harus mengantri lagi dan menunggu kedatangan busway.
Dengan bantuan lampu merah, aku pun mantap menyeberangi jalan. Sekedar informasi saja kendaraan disini begitu liar, hanya lampu merah, macet dan kecelakaan saja yang bisa menghentikannya. Hari itu aku menggunakan mikrolet dengan nomor ??? (lupa kodenya), ketika aku naik tampak sudah ada beberapa orang didalam mikrolet tersebut. Dua diantaranya merupakan wanita yang umurnya sudah mulai uzur. Ku putuskan untuk duduk dibangku paling belakang, pertimbangannya karena aku ingin dekat jendela dan duduk disamping ibu-ibu tentunya bisa jauh lebih aman dari penodongan.
Pada saat-saat dimikrolet inilah kemudian aku mendapatkan sebuah pengalaman, kisah yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Waktu itu (yang masih teringat), telepon seluler dari salah satu wanita yang saya maksud diatas bordering, wanita tersebut mengangkatnya dan kemudian berbicara tidak begitu lama lalu memberikannya ke wanita yang satunya. Dari dialegnya, aku yakin dia bukan penduduk asli disini (jawa), dalam hematku dia pasti tidak jauh-jauh dari aku (kampung halamanku, Sulawesi). Ia berbicara begitu cempreng dan menggunakan bahasa daerahnya. Yang aku dapatkan dari pembicaraan ia sedang marah, marah akan kondisi, nasib dan tuannya.
Berdasarkan percakapan yang kudengar, semua berasal dari seorang anak. Mungkin anaknya, keponakannya ataupun keluarganya. Nama anak itu silfa,sifa atau ifa (saya tidak mengingat pastinya). Saya memastikan kalau anak itu sekarang masih duduk dibangku sekolah menengah (SMA), kesimpulan ini kudapat karena dalam percakapan tersebut anak itu hendak melanjutkan sekolahnya keperguruan tinggi.

Dalam percakapan tersebut, sang anak mengutarakan keinginan, harapan atau cita-citanya kesalah satu keluarganya yang kemudian keluarganya tersebut meneruskannya ke wanita yang ditelepon tadi. Ia (anak itu) mengatakan bahwasanya ia berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya dibidang kedokteran (cita-cita pasaran untuk anak Indonesia), namun hal ini kemudian ditanggapi negatif oleh wanita tersebut.
“kalau bermimpi jangan tinggi-tinggi dan sadar diri. Kita ini bukan siapa-siapa, bahkan sampai kau menjual seluruh harta benda orang tuamu belum tentu kau bisa masuk jurusan kedokteran”, ujar sang wanita
“kalau begitu dokter gigi saja, kata anak tersebut” yang kemudian disampaikan oleh sang penelpon (saya tidak mengetahui jenis kelamin si penelpon)
“dokter gigi sama saja, sama-sama ada dokter didepannya” celetuk sang wanita itu
“yah kalo begitu jurusan apa saja, yang penting berhubungan dengan kesehatan ” sambung si penelpon menyampaikan keluhan anak tersebut
“ yah sudah masukkan saja dia disekolah kesehatan, tidak usah dimasukkan keuniversitas. Dapat uang dari mana. Sekarang pintar mahal, bisa sekolah sampai SMA saja itu sudah syukur” jawab si wanita
“ie ie” jawab si penelpon
Kemudian telepon pun berakhir (percakapan menggunakan bahasa bugis dan telepon ibu tersebut kayaknya diloudspeaker karena terdengar nyaring ditelingaku).

Pasca mendengar percakapan telepon tersebut aku sempat berpikir dan tanpa sadar gank rumah temanku sudah lewat. Aku pun turun dari mikrolet dan menyebrang jalan sambil berfikir keras apa yag baru saja ku dengar.
Pintar untuk si kaya, bodoh untuk si miskin. Apakah kondisi kemiskinan merupakan faktor utama penghalang orang untuk mencapai harapannya ? atau hanya anak tersebut saja yang malas dan menjadikan kemiskinan sebagai kambing hitam ? aku kacau dalam beberapa saat. Semua buku yang pernah ku baca dan pengalaman yg pernah ku dapat, ku bongkar satu persatu dalam pikiranku. Aku hendak mencari jawabannya.
Kapitalisasi pendidikan, arogansi pendidikan, pendidikan pilih kasih, kebobrokan system dan manusianya, omong kosong para orator politik dan lain sebagainya berkecamuk dipikiranku. Aku kacau, sebagai orang yang berpendidikan aku tak tahu harus menjawab apa. Aku tak punya kuasa dan materi untuk menjawabnya. Sebagai orang berpendidikan harusnya aku bisa menjawab percakapan tadi tak mungkin mencari-cari dan melempar kesalahan.
Aku kacau !
Pesanku bagi teman-teman yang membaca ini, tolong sampaikan ini kepihak yg mempunyai wewenang untuk menjawabnya atau pihak yang bisa menyelesaikannya. Entah itu birokrasi yang berpakaian rapi, dosen yang lebih senang mengerjakan proyek ketimbang mengajar, rektor yang senang keluar kota maupun negeri serta katanya menghadiri pertemuan studi banding, atau konglomerat bermuka baik berhati jahat. Oh ia satu lagi, mahasiswa yg berpaham “kecualisme”, mahasiswa yg jika sesuatu hal yg bersebrangan dengan pikiran dan nafsunya maka itu adalah sebuah kesalahan dan harus dilawan tapi jika sesuatu hal tersebut memiliki kepentingan dan pengaruh bagi dirinya meskipun hal tersebut SALAH SAMA SEKALI maka itu adalah sebuah PENGECUALIAN titik
Mungkin tepat juga semoboyan dinegeri ini, "pemuda adalah harapan bangsa". pemuda yang orang tuanya memiliki pengaruh dan harta yang berlimpah.

"Semoga hari dimana orang-orang saling mengerti akan tiba"

Maret 2012
Aku kacau !

Sakit, Yang abadi....

Minggu, 15 Juli 2012

Akhir-akhir ini seperti ada sesuatu yang aneh menurutku, khususnya mengenai kematian dan tobat. Yah semua berawal dari beberapa pekan yg lalu. Pasca kecelakaan yang menimpaku. Tepatnya diawal bulan juni lalu, saya mengalami kecelakaan motor yang mengakibatkan sekujur tubuhku terluka, mulai dari kepala, tangan dan kaki, hingga beberapa luka memar ditubuhku. Kecelakaan tersebut bahkan membuatku harus dirawat inap disalah satu rumah sakit karena tak sadarkan diri. Walaupun kini semuanya telah membaik, tapi yang membekas dikepalaku hingga kini yakni perkataan dokter itu “kamu mengalami geger otak ringan”. Sontak sekujur tubuhku merasa lemas, seakan tak mempercayai perkataan tersebut, terlebih lagi ketika kecelakaan tersebut tak seorang pun anggota keluarga yang menemaniku (karena saya sedang berada jauh disana), rasa sakit yang kualami semakin bertambah, batin dan fisik. Terkadang aku ingin mengaduh kesakitan tapi yang ada hanya sebuah pulpen dan secarik kertas yang menemani. Meskipun ada seorang teman (teman kost), tapi itu tidak cukup membantu. Ia hanya datang menemani ketika malam tiba, berhubung ia juga memiliki aktivitas keseharian, but actually it doesn’t matter.
Pasca kecelakaan tersebut, yang terpikir olehku ialah kematian. Bagaimana tidak, beberapa bulan yang lalu salah seorang teman lama ku berpulang kerahmatullah. Beberapa jam pasca operasi (terdapat luka dalam,darah, dikepalanya) ia menghembuskan nafas terakhirnya. Hal ini terus membayangiku, beruntung kecelakaan tersebut tidak mengakibatkan luka dalam di bagian kepalaku.
Layaknya orang yan takut mati, aku pun berdoa agar diberi umur panjang. Mungkin ini bisa disebut sebagai sebuah kemunafikan. Hanya pada saat-saat terpojok saja baru aku memohon, berdoa bahkan melaksanakan perintahnya ( mungkin bisa disebut Tobat). Shalat lima waktu yang dulunya sering bolong, kini penuh melompong aku jalani. Berinfaq, aku pun semakin sering melakukannya.
Jauh hari kemudian, tepatnya malam 14 juli 2012. Aku menonton sebuah film yang berjudul “Afterlife”, sebuah film yang mengisahkan sepasang mahluk tuhan yang dimabuk cinta. Namun  sang wanita enggan mengutarakan perasaannya karena trauma yang disebut “trust”. Sampai suatu ketika sang wanita mengalami kecelakaan hebat yang menyebabkan kematian (kalau tidak salah si wanita bernama tayloor/anna). Ia begitu menyesal dan penasaran karena tak dapat mengutarakan isi hatinya kepada sang lelaki. Disebuah rumah (yang mengurusi mayat sebelum dikebumikan), ia menceritakan rasa penasarannya tersebut kepada sang pengurus mayat. Agak aneh menurutku, karena sang pengurus mayat memiliki kemampuan untuk berbicara dengan mayat [seperti nabi daud, yunus, isa (lupa persisnya)].
Aku masih ragu apakah sang perempuan tersebut memang telah mati sebelum dibawa kebagian pengurusan mayat atau sang pengurus mayat lah yang menguburnya secara hidup-hidup dengan menyuntikkan suatu cairan (saya hanya menontonnya separuh).
Keanehan, kebetulan atau apalah kian berlanjut. Ketika aku membuka suatu situs jaringan sosial, fb, terdapat temanku yang sedang membicarakan “neraka”. Mereka ialah Ana, Tiana dan Bunga (tolong sampaikan ke mereka kalau diskusi mereka ada dalam bagian tulisan ini, maaf tanpa memberi tahu terlebih dahulu).
Berawal dari status ana “Berhentilah merokok! Kata mamaku, surga tidak menyediakan api untuk para perokok.”
Yang kemudian direspon oleh tiana dan bunga dengan diskusi hangat nan ngawur
  • Tyan Tyana Untung sy tidak merokok
  • Harpiana Rahman Makanya, sy juga cari calon suami yang tidak merokok. Spya dia tdk perlu ke neraka     untuk cari api.
  • Tyan Tyana Harusnya ada yg tersinggung sm komen mu td haha
  • BuNga Noor Hidayah na bilang karni ilyas,,klu perokok itu nd masuk surga,,dia lebih memilih u/ tdak masuk surga....wkwkwkwkwkwkwk
  • Tyan Tyana Kasian tawwa kl mo skli merokok, ndada api d surga.
  • BuNga Noor Hidayah aiiihh,brarti jelek ji surga cz ada ji yg nd ada....hahahahaa...
  • Harpiana Rahman Iy..apiji yg tdk sediakan d sana..jd mw merokok,silahkan ke neraka,.apinya disana bakal bisa dipake membakar rokok.wkwk
  • Harpiana Rahman Eits,jgn salah..surga adalah kawasan bebas asap rokok.
  • BuNga Noor Hidayah ahh,,pzti surga jga nnti ada ji smooking roomx tawwa...kan na bilang guru agama,smua mi ada d surga,,bisaki minta apa saja nnti d surga..
  • Tyan Tyana Ini ngomong apesih. Kyk tong bs masuk surga. Wkwk

Selang keesokan harinya, ketika saya hendak mencari makan keanehan atau apalah pun berlanjut. Terjadi sebuah kecelakaan di flyover (jalan layang), dimana pengendara tersebut meninggal akibat kecelakaan dan jatuh dari fly over.
Waw it sounds great, jika diskemakan kecelakaan-imajinasi-film-diskusi-dan pada akhirnya kematian. Hmm tanpa bermaksud melebihk-lebihkan it is like a final destination film.
Lanjut, berdasarkan dari pengalam hidup saya dan pelajaran agama yang saya dapatkan, dikatakan bahwa tak ada satupun didunia ini yang abadi kecuali Allah SWT. tapi dalam hematku itu terdapat kekeliruan, karena menurutku RASA SAKIT akan kekal menemanimu sepanjang hidupmu. Entah itu sakit secara fisik maupun batiniah (silahkan mereview pelajaran agama masing-masing). meskipun kini keadaan ku sudah baikan.

So, belajarlah mengenal rasa sakit, bersahabat dengannya. Karena ia yang akan sebetul-betulnya menjadi teman sejatimu. Bahkan ia yang akan menentukan hidupmu kelak....
(pengalaman rasa sakit [jgn dipahami secara sempit] ).

15 july 2012
Dengan lantunan The Paps- Life is a big joke

Pagi yang mendung

Kamis, 12 Juli 2012


Malam ini seperti sebuah pagi yang mendung, segera kulangkahkan kakiku menuju rumah. Diatas angkutan umum kota, hujan deras tampak membasahi jalanan kota yang begitu pengap, tak lupa kepulan asap dari keringat buruh kuhempaskan. Aku berpikir keras, aku belum bisa menjamin apakah keadaan ku akan baik-baik saja setelah malam ini. Entah mengapa, aku merasa akan ada banyak hal buruk semenjak malam ini. Seperti sebuah siklus kutukan. Badai pasti akan reda, tapi pasti akan ada badai lagi.

Telepon dalam tas ku berdering kembali, tapi dari nomor yang berbeda. Aku ragu, aku mau menerimanya, tapi tiba-tiba terlintas pikiran, kalau kamu tidak menerima telepon itu, yang menelpon barusan akan menghubungimu kembali, Terima saja !. Aku segera menerima telepon itu, tapi lagi-lagi, telepon itu mati. Tak ada sedikit suara pun diseberang. Itulah takdir bagi para peragu, tidak bisa mengambil tindakan tepat.

Yah, menurutku apa yang kamu makan akan berpengaruh besar dengan apa yang kamu pikir dan akan berpengaruh besar terhadap keseluruhan hal yang kamu kerjakan. Sebut saja namaku anton, usiaku kini menginjak seperempat abad. Teman-teman sering memanggilku kedar, kekar dada rata, namun dalam mitologi bangsa yahudi, kerda merupakan suatu bangsa yang terletak dibagian paling timur dunia yang menjadi penghalang masuknya “tuhan” bangsa yahudi. Didaerah tersebut merupakan daerah yang memiliki kekayaan berlimpah sekaligus pintu masuk yang dimukimi bangsa yahudi. Namun, hal ini berubah ketika bangsa kedar menjajah bangsa yahudi yang tinggal didaerah tersebut.

Kembali ke laptop…

Sewaktu SMA, aku bersekolah disalah satu sekolah terbaik dikampungku, bandung. Disana aku mempunyai sahabat yang bernama ajeng, nama yang khas untuk orang yang berasal dari pulau tersebut. Kami berdua merupakan siswa teladan dan telah mendapatkan begitu banyak prestasi. Mulai dari olimpiade (kimia) tingkat daerah sampai ke tingkat nasional. Ketika olimpiade nasional, aku menduduki peringkat kedua dan teman ku lah yang menjadi jawaranya. Kami begitu bangga membawa pulang piala tersebut kesekolah kami. Selang waktu berlangsung, temanku kemudian melanjutkan kuliahnya ke eropa, beasiswa dari pemerintah setempat, sedangkan aku lebih memilih melanjutkan kuliah ku di universitas gajah mada jurusan kimia. Pertimbangan dekat dengan keluarga merupakan alasan utamanya.

empat tahun berselang aku pun menyelesaikan kuliahku dan langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan asing yang beroperasi dinegaraku. Penghasilanku cukup lumayan, setidaknya setiap bulan ada yang tersimpan dalam tabunganku. Bahkan aku mendapatkan fasilitas rumah dan kendaraan pribadi. Karirku menanjak drastis, empat tahun setelah aku bekerja, aku kemudian dipercayakan menjadi sebagai kepala manajer diperusahaan tersebut dan tentunya kebutuhan ku pun kian hari kian bertambah. Dunia seolah-olah begitu sempit, hanya dalam sepekan aku bahkan dapat mengelilingi Negara ku, perjalanan dinas. Kemanapun aku pergi, aku selalu disanjung dengan fasilitas yang mewah. Tak lupa keluarga ku pun mendapat jipratan atas kesuksesanku, berawal dari rumah tipe 21 kemudian aku sulap menjadi tipe 72 yang memiliki dua lantai.

Waktu berselang, aku mulai merasa ada yang hilang dari diriku. Aku tidak dapat bersosialisai dengan warga kompleks ku, bahkan aku sama sekali tidak mengenal tetangga rumahku. Ketika membuka buku-buku sewaktu kuliah dulu, aku bahkan tak mengerti dan dibuat pusing. Tentu saja dalam kondisi tersebut membuatku tak ingin berlama-lama dengan buku tersebut. Yang ada dalam benakku hanya bagaimana sesegera mungkin menyelesaikan pekerjaan kantor dan mendapatkan karir yang lebih cemerlang.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dan mengatakan “bang, mau turun dimana ? ini sudah malam”. Aku pun serentak turun dan membayar uang angkot. Sesampai dirumah aku langsung terlentang dikasur, mungkinkah dengan menggunakan transportasi umum aku dapat mengenang masa-masa kuliah dulu atau bahkan dapat merasakan penderitaan orang-rang kecil ?

Aku terancam kacau untuk jangka waktu yang tidak kuketahui. Aku orang yang sangat lelah, juga marah. Marah melihat keadaan.
Lalu semua kembali menjadi hening dan tenang. Tubuh dengan kesadaran yang ringan  menyertai kepergianku…
Dalam hidupku, aku hanya punya satu kesimpulan besar; pergi….

11 July 2012,
diwaktu yang begitu sunyi...

Antara Jakarta dan Papua

Kamis, 21 Juni 2012


Penyelesaian konflik di Papua terhambat oleh masih adanya ‘tembok’ yang memisahkan Papua dengan Jakarta. Persoalan tersebut adalah masalah ketidakpercayaan. Hal itu membuat apapun upaya yang selama ini diinisiasi pemerintah, gagal dan membutuhkan dialog sebagai pembuka jalur penyelesaian. ketidakpercayaan rakyat Papua telah lama terjadi. Hal itu juga dipicu oleh langkah pemerintah sendiri dalam merespons konflik Papua. Misalnya, keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM) sejak 1965, yang dijawab pemerintah dengan menurunkan tentara. Sayangnya, tentara saat itu tidak hanya menembaki para anggota OPM, melainkan juga membakar kampung-kampung dalam rangka mendukung upaya tersebut.
NEGERI YANG TAK PERNAH ADA KEDAMAIN.
Penulis sengaja katakan negeri yang tak pernah ada kedamain karena Papua kapan saja dimana saja bisa damai, bisa senang dan bisa mencekam hal itu bukan menjadi hal yang tabu setiap tanggal 1 Desember Rakyat Papua tahu mereka akan terusik, sebelum HUT RI 17 Agustus pasti ada upaya pengibaran bintang kejora dan berbagai macam cara dan bentuk Papua tidak aman, serta berbagai aksi penembakan sewaktu-waktu bisa kembali terjadi oleh Orang Tak di kenal. Dan terlebih stikmanisasi orang Papua yang terus membunuh karakter bangsa Papua, Ini bukan kali pertama terjadi konflik ini telah dimulai sejak Indonesia menguasai Papua sejak tanggal 1 Mei 1963 dan hingga kini, persoalan Otsus banyak belum dituntaskan secara komperhensif dan menyeluruh. Baik itu persoalan Hak Asasi Manusia (HAM), persoalan ekonomi, dan masih banyak persoalan lainya dan rentetan dari persoalan-persoalan inilah yang menimbulkan stigma orang Papua mungkin bukan orang Indonesia, layaknya seperti orang Indonesia lain sehingga rasa ketidak percayaan orang Papua semakin tinggi, ketidakpercayaan ini diperlihatkan melalui beberapa cara. Yaitu mendesak perlu ada dialog antara pemerintah Indonesia dan orang Papua dan tuntutan referendum yang dimunculkan terutama dari kalangan pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai forum-forum ekstrim di papua.
Buntutnya pergolakan demi pergolakan terus dilakukan untuk meminta pengakuan yang sama sebagai warga negara kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka menyelesaikan konflik Papua, telah melakukan sejumlah operasi militer secara besar-besaran di tanah Papua. Operasi militer yang menewaskan warga atau masyarakat sipil, merusak fasilitas tidak dapat ditolelir sebagai kelasiman prosedur militer, rasanya tidak ada prosedur baku seperti itu, ini cara-cara tersebut merupakan pelanggaran berat atas HAM, terlebih kepada masyarakat sipil, dan juga melanggar aturan sebagai operasi militer, mereka harus melindungi nyawa masyarakat sipil dan konflik yang berlarut-larut. Banyak kalangan menilai operasi militer yang kurang selektif dan diskriminatif, telah menumbuhkan perasaan tidak senang yang meluas.
Padahal untuk menyelesaikan masalah Papua menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) “pemerintah perlu suatu strategi untuk identifikasi susber-sumber komflikya lebih dulu secara jelas. Upaya penyelasaian dengan jalan kekerasan tentu tidak akan menyelesaikan konflik Papua, selain dengan jalan damai. Banyak pihak sudah mengumandangkan pentingnya dialog antara pemerintah dan orang Papua atau dialog Jakarta dengan Papua untuk menyelesaikan konfilk secara damai karena pengalaman dan sejarah Papua memperlihatkan bahwa kekerasan tidak pernah menyelesaikan konflik Papua. Kekerasan malah menambah jumlah korban dan memperbanyak masalah. Maka penyelesaian konflik Papua hanya melalui jalan damai yakni dialog, Baik itu dialog internal orang Papua, warga Papua, wakil-wakil orang Papua di dalam dan di luar negeri dan dialog pemerintah Indonesia dengan orang Papua karena. Dialog merupakan suatu kebutuhan yang mendesak untuk mencegah pertumpahan darah di masa depan.
Pernyataan ini (Dialog) merupakan satu topik utama yang selalu muncul sebagai tuntutan disetiap aksi-aksi (Demonstrasi) yang dilakukan oleh orang Papua. Namun tidak pernah terealisai. padahal komitmen Indonesia untuk menyelesaikan konflik Papua secara dialog sudah dinyatakan secara publik. Oleh berbagai pihak seperti pernyataan Mentri Luar Negeri Hasan Wirayuda yang mengumumkan niat pemerintah yang mengutamakan solusi tanpa kekerasan. dan DPR RI selaku pihak legislatif telah memperlihatkan pentingnya dialog untuk menyelesaikan konflik Papua. Pandangan DPR ini diungkapkan oleh Komisi I yang membidangi Pertahanan dan Masalah Luar Negeri melalui Ketuanya Teo L Sambuaga, yang mendorong pemerintah sebaga pihak legislatif agar segera mengadakan dialog nasional dan lokal untuk menyelesaikan konflik Papua.
Semua komiten pemerintah ini sesuai dengn niat atau komitmen pribadi Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang berkehendak mengatasi berbagai persoalan di Indonesi dengan tiga pendekatan utama, masing-masing keadilan, demokrasi dan damai. Untuk menyelesaikan konflik Papua harus secara damai dan demokratis seperti penyelesaian konflik di Nanggroe Aceh Darussalam “Papua sudah sangat jelas, Kita akan mengedepankan cara-cara demokrasi dan damai seperti di Aceh” . Banyak pihak sudah mengumandangkan dialog antara pemerintah dan orang Papua atau dialog Jakarta-Papua untuk menyelesaikan konflik Papua secara damai. Namun hingga kini belum ada suatu konsep tertulis tentang dialog Jakarta-Papua yang dikehendaki oleh pemerintah dan orang Papua.
Desakan dialog yang kuat dari berbagai kalangan yang dituangkan dalam suatu konsep tertulis untuk menyelesaikan konflik Papua dengan cara dialog dan TIDAK BERBICARA SOAL MERDEKA.
“Untuk keluar dari konflik berkepanjangan ini, pemerintah jangan lagi menggunakan pendekatan keamanan. Sebab, harus menempuh dialog berlapis. Mulai dari dialog di internal Papua, dialog antara pemerintah, serta yang terpenting adalah dialog antara Papua dengan Jakarta,"

Papua dan Freeport


Papua merupakan provinsi terbesar di Indonesia yang terletak di bagian tengah atau bagian paling timur Irian Jaya (West New Guinea), dimana bagian timurnya merupakan wilayah teritori negara Papua Nugini (East New Guinea). Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands  Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga 2002, dan kemudian mengalami pemekaran sehingga kembali menjadi propinsi Papua Barat-Manokwari dan propinsi Papua-Jayapura.
Pada Februari 1623, pelaut Belanda Jan Cartensz yang berlayar di sebelah selatan Pulau Papua melaporkan dalam jurnalnya: suatu pagi yang cerah mereka menyaksikan suatu gunung tinggi yang puncaknya berwarna putih. Ketika itu, banyak orang di Eropa menyangsikan laporannya dan menganggapnya sebagai pembual ketika ia mengatakan bahwa di suatu wilayah khatulistiwa terdapat gunung salju abadi. Beberapa peneliti yang tertarik dengan laporan “bualan”-nya itu kemudian melakukan serangkaian ekspedisi ke Pegunungan Nemangkawi.
Pada 25 April 1960, Nederlands Nieuw Guinea Petrolium Maatschappy (NNGPM) melakukan pendakian dalam skala besar kepegungan bersalju Nemangkawi, dipimpin A.J. Wintrachen dari Belanda dan seorang geolog Amerika, D. Flind. Ekspedisi kali ini juga merupakan kelanjutan dari dari ekspedisi sebelumnya yang telah dilakukan Dr. A.H. Colijn di tahun 1936 sampai 1937 bersama geolog Dr. J.J Dozy yang menemukan kandungan bijih-bijih mineral di salah satu puncak Nemangkawi, Yelsegel Ongopsel, yang kemudian mereka sebut sebagai Gunung Bijih, Eastberg.
Dalam rombongan ekspedisi itu terdapat sembilan belas orang pegawai pemerintah kolonial Belanda, polisi, porter, dan penerjemah. Salah seorang dari mereka adalah Moses Kilangin Tenbak, seorang guru SD Kampung Amkayagama, Lembah Tsinga hilir. Moses Kilangin adalah seorang putra suku bangsa Amungme. Pemilik hak ulayat (ulayat = tanah adat, ed.) atas tanah Amungsa, Pegunungan Nemangkawi, Cantensz.
Amungsa merupakan wilayah yang ditempati suku bangsa Amungme yang meliputi puncak-puncak Pegunungan Nemangkawi yang tinggi (Cartensz), lembah-lembah yang subur, seperti Tsinga, Noemba dan Waa, serta sungai-sungai yang membelah pegunungan dari barat ke timur dan dari utara ke selatan. Salah satu puncak Nemangkawi adalah Yelsegel Ongopsel (Eastberg), yang dalam bahasa Amungme berarti “gunung yang berkilauan laksana bulu burung Cenderawasih hitam”.
Menurut Arnold Mamperior dalam bukunya Amungme Manusia Utama Dari Nemangkawi Pegunungan Cartensz, Gunung Yelsegel Ogopsegel adalah wilayah keramat—tempat asal mula leluhur suku Amungme—dan sebagai tempat beristirahatnya burung Yelki dan Ongopki yang dipuja keret-ndartem (klan) Narkime dan Magal. Gunung yang puncaknya 130 meter dari permukaan tanah dan kedalamannya dua kali lipat ke dalam perut bumi ini, sudah lenyap dikeruk oleh Freeport dan kini yang tersisa adalah ceruk, sumur raksasa, yang airnya berasal dari curah hujan.
Perusahaan tambang Freeport milik Amerika yang berporasi sejak tahun 1973 menandatangi kontrak karya dengan rezim Orde Baru Soeharto untuk menambang bijih-bijih tembaga di wilayah Nemangkawi, gunung Yelsegel Ogopsegel, Eastberg. Tahun 1991 kontrak karya ini diperbaharui, berlaku hingga 30 tahun (sampai 2041), dengan klaim bahwa geolog Freeport baru menemukan emas di Gunung Tenogama/Enagasin, Grassberg tahun 1988 dengan kandungan emas terbesar di dunia dan tembaga menempati urutan nomer ketiga.
Menurut Memperior, Amungme berarti Manusia Pertama, Manusia Sejati, atau Manusia Sesungguhnya. (Amung berarti Pertama, Utama, Sejati, Sesungguhnya; dan Me berarti Manusia, Orang). Suku Manusia Utama ini memberi nama Nemangkawi kepada pegunungan yang bersalju ini sejak jaman leluhur mereka. Sebagai suku pegunungan, suku Amungme memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan alam dalam istilah mereka Te Aro Newek Lak-o, yang berarti: Alam adalah Aku. Sungai, lembah, dan pegunungan adalah tubuh ibu atau mama suku Amungme.
Para peneliti Eropa menamainya Pegunungan Nemangkawi dengan sebutan Cartensz. Soekarno memberi nama Puncak Soekarno ketika terbang di atas Pegunungan Nemangkawi pada 5 Mei 1963 dalam perjalanan menuju Biak ke Merauke dan sebelumnya Soekarno sudah mengganti nama Hollandia (Kota Baru) menjadi Soekarnopura. Pada zaman rezim Orde Baru, Soeharto mengganti namanya menjadi Puncak Jaya dan Soekarnopura menjadi Jayapura.
Selang beberapa bulan setelah Kudeta Militer tahun 1965, Freeport Mc Moran mulai menjajaki kemungkinan investasi untuk mengeksploitasi Pegunungan Nemangkawi, Cartensz. Pada 3 Maret 1973, Soeharto meresmikan beroperasinya penambangan Freeport tanpa meminta persetujuan dari masyakakat adat Amungme, pemilik sah tanah ulat di Pegunungan Nemangkawi. Dengan kepemilikan saham terbesar jatuh kepada: Freeport Mc Moran sebesar 67,3 persen, PT Indocopper Investama 9,3 persen, join venture dengan Rio Tinto Group 13 persen, dan pemerintah Indonesia 9,3 persen. Dalam laporan yang dirilis di mining-technology.com, pada 2006 Freeport memproduksi 610. 800 ton tembaga, 58.474,392 gram emas, dan 174.458.971 gram perak.
Salah seorang komisaris pemegang saham di perusahaan tambang raksasa ini adalah Henry Kissinger, Sekretaris Negara Amerika Serikat ke-56 dari tahun 1973 sampai 1977 dan pernah menjabat sebagai Pembantu Penasehat Keamanan Nasional untuk presiden dari tahun 1969 sampai 1975. Henry Kissinger adalah seorang diplomat ulung yang disebut-sebut beberapa pakar terlibat dalam penggulingan pemerintahan Soekarno dan secara aktif turut serta dalam membasmi gerakan komunis di Asia.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mimika mencatat jumlah penduduk terus bertambah setiap tahunnya. Pada 2007 tercatat 171.000 orang lebih. Jumlah suku-suku asli adalah 30.000. Dari jumlah tersebut suku Amungme dan Kamoro adalah yang terbesar dari 5 suku lainnya. Dari keseluruhan jumlah suku-suku asli di wilayah Mimika, diperkirakan hanya 10.000 yang lulus dari pandidikan Sekolah Dasar. Artinya, lebih dari separuh lebih suku-suku asli ini adalah buta huruf. Sementara itu, hingga 2008, jumlah pekerja di pertambangan Freeport lebih dari 19.000 ribu jiwa.
Selain persoalan pendatang yang menyebabkan suku-suku asli ini semakin terdesak kepinggiran dan menimbulkan kecemburuan sosial, pesoalan lainnya adalah penularan HIV dan AIDS. Provinsi Papua menempati urutan teratas dalam penularan HIV dan AIDS di Indonesia dan Kabupaten Mimika adalah yang tingkat penularannya paling tinggi di seluruh wilayah Papua.
Berdasarkan survey HIV dan AIDS tahun 2006 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan WHO, prevelensi HIV di Papua sebesar 2,4 persen. Ini berarti penderita HIV di Mimika lebih dari 3.000 orang dan 50 persen menyebar di masyarakat 7 suku (Amungme 23 persen, Mee/Ekari 17 persen, dan Dani 17 pesen). Pada priode Agustus 2008, KPAD (Komisi Penanggulangan Aids Daerah) Mimika menemukan kasus HIV dan AIDS di Mimika meningkat tajam, mencapai 1.300 kasus dan telah merenggut nyawa 86 orang. Yang terdiri dari kasus HIV sebanyak 1.283 dan AIDS sebanyak 199 yang menyebar melalui hubungan seksual sebanyak 1.284 kasus, dari ibu ke anak 29 kasus, homoseksual 1 kasus, tranfusi darah 1 kasus, dan tidak diketahu identitasnya 7 kasus.
Pengelolaan dana “bantuan sosial” dan 1 persen pendapatan kotor Freeport yang merupakan konsesi atas tanah ulayat Amungme dan Kamoro juga menimbulkan berbagai masalah di tahun 1990-an. Tidak ada bentuk nyata bahwa suku pedalaman ini telah merasakan hasil dari dana-dana tersebut dengan peningkatan kualitas hidup mereka. Di Banti, misalnya, sebagai salah satu pusat pemukiman suku Amungme, dengan kekayaan alam gunung emas yang terbesar di dunia, banyak anak-anak yang pendidikannya terlantar. Penduduknya tinggal dalam honey-honey (rumah tradisional) yang tidak hiegenis, berbentuk bulat di dalamnya pengap tanpa cahaya matahari yang cukup: tempat bersarangnya berbagai macam jenis penyakit, seperti TBC dan penyakit menular lainnya.
Penyaluran dana ini pun awalnya cukup aneh. Dana itu dibagi-bagikan melalui tetua-tetua adat kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga yang mengklaim sebagai lembaga adat. Menurut pengakuan penduduk setempat, per tiga bulan ada yang mendapat sampai 20 juta setiap keluarga. Dalam masyarakat yang pola hidupnya masih meramu dan berburu, sisa-sisa dari kebudayaan zaman batu, mau diapakan dana dalam jumlah yang sangat besar itu? Umumnya, setelah mendapatkan dana tersebut, mereka membeli berbagai kebutuhan pokok, melakukan pesta, dan tak jarang para laki-laki turun ke Timika untuk mengunjungi tempat-tempat prostitusi dan mabuk-mabukan.
Pergeseran-pergeseran nilai-nilai adat yang kini mengalami kemerosotan dalam masyarakat adat Amungme tidak lepas dari masuknya berbagai pengaruh asing. Ketika gereja dan negara datang menggantikan lembaga dan hukum-hukum adat, secara perlahan berbagai kearifan yang diwariskan leluhur Amungme mulai ditinggalkan. Sementara itu, nilai-nilai negatif terus dipertahankan, misalnya dijabarkannya konflik suku menjadi konflik modern yang melibatkan berbagai kepentingan elit-elit pusat dan lokal: orang-orang yang paling diuntungkan dengan hadirnya Freeport di Bumi Amungsa!
Ketika kita berbicara mengenai kepentingan modal, bagi suku Amungme, negara hadir dalam bentuk yang sangat represif, menindas dan mengintimidasi. Misalnya, ketika masyarakat adat mempertanyakan hak-hak mereka atas tanah, air dan gunung-gunung yang dulu merupakan asal-usul leluhur bangsa Amungme, mereka malah dicap separatis, pendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM).

alienKissme

Minggu, 17 Juni 2012

Tanah seharusnya dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan tetapi orang kaya kemudian lebih memilih menanamnya dengan bangunan-bangunan pencakar langit dari dompet mereka.
mungkin ini merupakan akumulasi dari kemalasan dan kerakusan mereka yang merebut tenaga dan semangat dari mereka yang lainnya.

kebutuhan adalah sumber kehidupan yang letaknya ada pada setiap HATI manusia

10 juni 2012
duduk dibangku bus paling belakang  surabaya-malang

Dirgasme

keinginan adalah sumber penderitaan yang letaknya ada dipikiran, tetapi entah mengapa setiap insan berlomba-lomba ingin memenuhi pikirannya dengan berbagai keinginan, maksud saya pengetahuan.

hmm mungkin bisa saja sebagai jalan dalam pencarian jawaban atas segalanya, tapi bukankah semakin banyak pengetahuna yang dimiliki seseorang, semakin banyak pula keinginan yang inginkan ? dan tentunya itu belum #dantakakan pernah terpenuhi.

bukankah inti dari pengetahuan untuk memanusiakan manusia (humanisasi) ?

lantas mengapa ia berubah menjadi sosok yang begitu menakjubkan dan cenderung akan menjadi candu. setiap insan berlomba-lomba untuk memenuhi pikiran mereka dengan pengetahuan (tanpa rasa munafik, penulis merupakan bagian dari hal tersebut) dan pengetahuan akan mendorongnya untuk menginginkan apa yang hadir dalam pikirannya, sebut saja sebagai penderitaan, atau mungkin sebut saja pikiran, humanisasi yang sesungguhnya hanyalah sumber penderitaan yang dicintai khalayak.


Malang,  10 juni 2012
terik dibawah gerbang terminal arjosari

SMART BOX

Senin, 07 Mei 2012


Smart box, mungkin seperti itu julukan dari saya buat benda yang satu ini. Bagi sebagian orang mungkin dia adalah jawaban atas segala pertanyaan ini, jawaban atas segala ke’instant’an masa kini atau bahkan jelmaan tuhan yang membuat segalanya menjadi mudah dan efektif untuk diselesaikan. Selamat tinggal dunia kemalasan, selamat tinggal waktu yang telah banyak terbuang semua segera akan menjadi lebih baik.

Saya  mengenal benda tersebut saat saya masih duduk di kelas I SMP pada tahun 2001. Saya bersekolah di SMP Negeri 4 Makassar. Mata pelajaran teknologi informasi tepatnya yang memperkenalkan saya dengan benda tersebut, DOS Operating System itu yang pertama kali disebut guru pelajaran ini. Selanjutnya kami, para murid, diharuskan membeli satu disket kecil dan satu disket besar yang katanya berguna untuk menyimpan data.


Saya menyampaikan hal ini kepada orangtua saya agar segera memenuhi permintaan guru saya. Ayah saya pun membelikan saya disket kecil. Tapi ia juga mengatakan bahwa disket besar sudah tidak diproduksi lagi. Serentak saya pun merasa, apakah ini bentuk keterbelakangan saya atau perkembangan dunia yang memang cepat. Apapun itu saya tidak perlu. Yang terpenting pada masa itu saya masih dan harus tetap bermain dengan teman-teman di sekitar saya.

Singkat cerita, pertama kali saya memiliki benda tersebut yakni ketika memasuki bangku sekolah menengah atas. Itu pun bukan karena asas kebutuhan, melainkan pengaruh lingkungan sekitar dan takut tertinggal dengan teman-teman saya (mungkin lebih tepatnya hanya karena gengsi dan enggan dikatakan gaptek [gagap teknologi]). Untuk itu, orangtua saya harus menjual sepetak sawah miliknya di kampungnya, Palopo, sekitar 300 kilometer utara Makassar. Harapannya agar benda ini bisa membantu proses belajar saya. Namun tentu saja benda ini bukan tujuan kepemilikan untuk saya sendiri, tapi saya pakai berdua dengan kakak saya. Fungsi lainnya, benda itu furniture tambahan di dalam rumah.

Kehidupan saya pun berubah drastis sesaat setelah hadirnya benda tersebut. Budaya konsumerisme semakin melekat dengan saya. Saya hanya memikirkan bagaimana cara mempercantik atau pun memperbagus benda tersebut, baik secara isi maupun penampilannya. Waktu saya banyak terbuang di hadapan benda tersebut. Bukan untuk sesuatu yang lebih berguna melainkan hanya untuk memutar lagu, bermain game, menonton dan mengoleksi film biru (hal yang wajar untuk usia saya pada waktu itu), dan terkadang juga untuk mengetik tugas manakala guru mengharuskan menggunakan benda tersebut.

Banyak hal yg tanpa saya sadari berubah secara drastis. Saya tak pernah lagi keluar rumah untuk bermain dengan teman-teman saya. Saya hanya memikirkan bagaimana cara secepat mungkin untuk bertemu dengan benda tersebut. Bahkan sering saya harus berlomba pulang sampai ke rumah dengan kakak saya hanya untuk bertemu dengan benda ini. Dan konsekuensinya, yang kalah (karena terlambat pulang) harus mengantri sampai yang menang (si cepat pulang) puas bertemu dengan benda tersebut. Aneh kan!

Melangkah jauh ke depan, belakangan ini saya baru menyadari akan apa yg telah terjadi di kehidupan saya tentunya sangat mengkhawatirkan akibat dari benda ini. Bayangkan saja jika dulu ketika saya masih kecil dulu segala bentuk permainan tak akan nikmat jika tak dilakukan bersama. Dalam setahun dulu ada berbagai musim, seperti musim layangan, kelereng, wayang, bola gebo, permainan karet, main bom, petak umpet bahkan sampai musim sepeda terasa aneh jika dilakukan sendiri. Dalam setiap permainan tersebut kita diajarkan untuk kekompakan, kebersamaan, rasa memiliki, berkompetisi, dan sebagainya.

Namun seiring perkembangan yang diciptakan komputer, permainan rakyat di atas tak lagi populer bahkan terancam punah (ini merupakan bagian dari budaya). Segala sesuatunya harus dilakukan sendirian dengan jarak yang jauh. Sebut saja jaringan sosial yang marak sekarang ini, ia takkan nikmat jika memainkannya secara bergerombol dalam suatu ruang meskipun masing-masing personal memiliki benda tersebut.

Apatis? Mungkin itu yang akan terjadi jika dilakukan bersama. Kita tak perlu saling bertatap muka dan salaman lagi jika hendak berkenalan ataupun mengucapkan sesuatu (ucapan selamat sampai permohonan maaf).

Apakah ini merupakan suatu kemajuan atau kemunduran?

Bayangkan saja jika dalam sepuluh atau dua puluh tahun ke depan orang-orang yang tumbuh dewasa bukan lagi dari orang-orang yang hidup di zaman sebelum hadirnya komputer. Mungkin tepat juga kata Marcos, perang dunia keempat tengah berlangsung dengan cara yang berbeda. Anda tidak perlu menghancurkan manusianya, cukup menghancurkan sisi kemanusiaannya.

4 Mei 2012
Menggunakan benda tersebut, KOMPUTER
(Nb: tulisan ini juga dipublikasikan di http://tanahindie.net/?p=421 dalam rangka penelitian perkembangan sosial budaya makassar menggunakan "kendaraan" komputer)

 

Lorem

Ipsum

Dolor