life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

Senyum yg terlupakan

Jumat, 10 Desember 2010

Hari ini lagi-lagi merupakan hari yang sangat biasa buat saya bagi seorang mahasiswa. Sebenarnya setiap hari merupakan hari biasa buat saya, karena saya tengah menjalani liburan panjaaaaaang sekaliiiiii. Kesibukan saya yah begitu2 saja, kalau tidak kekampus yaahhhh paling stay at home.


Nothingout of the ordinary...
.


Tapi justru dari hari-hari biasa inilah saya bisa mempelajari sesuatu yang kadang-kadang tidak saya sadari sama sekali.

Bingung?
Jelas saja, orang saya belum jelaskan apa yang saya alami hari ini.....
Hehe....

Semoga setelah membaca tulisan ini, kalian akan mengerti apa yang saya maksud "Belajar dari hal-hal yang biasa." (Kalau masih tidakmengeti pakow Itu namanya GOBLOK)

Jadi, hari ini saya seperti biasanya bangun disiang hari yang merupakan rutinitas saya sehari-hari, mumpung lagi puasa jadi porsi tidur saya lebih diperpanjang (hitung-hitung menghemat enrgi. Hehehe).

Ok lets start with the story...

Bangun tidur seperti biasanya pukul 01.00 PM, sehabisitu saya langsung menuju kekamar mandi untuk mandi dan bersiap kekampus untuk mempersiapkan penerimaan mahasiswa baru yang kebetulan saya merupakan salah satu panitianya. Sehabis mandi berangkatlah saya menuju kampus, kebetulan mobil pribadi saya telah menunggu diluar jalan (alias Pete-pete). Kejadian yang saya maksud terjadi dalam perjalanan menuju ke kampus.

Jadi saya naik pete-pete untuk pergi ke kampus. Jadi waktu saya menyetop pete-pete,untuk memastikan bahwa saya naik pete yang benar (karena setahu saya pete berkode sama punya 2 jalur BTP-SENTRAL & BTP-DAYA), jadi saya tanya dulu, "kota, daeng?" dan jawabannya biasa sekali, "Ye, Betul naik maki" sambil tersenyum.

Biasa..... Tapi nadanya sangat ramah dan melihat supir-supir pete lainnya pada umumnya, biasanya mereka hanya menganggukkan kepala bahkan tanpa melihat ke orang yang bertanya, senyum pun tidak.

Saya menyadari ada yang "berbeda" dengan supir pete-pete yang ini. Dia menunggu sampe saya benar-benar duduk, baru jalan. Cara menyetirnya juga tidak ugal-ugalan. Suatu hal yang sangat sulit ditemui di Makassar zaman sekarang apalagi melihat tipikal orang Makassar. Kemudian saya duduk tepat dibelakang pak supir yang tengah beraksi menjalankan laju kendaraannya. Di tengah jalan, ada satu hal lagi yang membuat saya kaget. Saat seseorang turun, saya mendengar satu kata yang TIDAKPERNAH sekalipun diucapkan puluhan supir angkot yang telah saya tumpangi."Terima kasih." Ternyata begitu saya turun, dia juga mengucapkan hal yang sama, dan saya bisa melihat senyumnya saat saya menyerahkan tiga lembaran uang bergambar Pattimura yang sudah kusut oleh tangan-tangan pemilik sebelumnya.


Hal ini membuat saya berpikir dan merenung. Supir pete-pete yang sering dicap sebagai manusia yang tak tahu aturan, main serobot sana sini.Nyatanya baru-baru ini, saat saya di undangan buka puasa dan mengantri makanan,saya diserobot oleh manusia berjas hitam berambut klimis yang pasti mengakui bahwa derajat dirinya lebih tinggi dari supir pete-pete tapi berkelakuan seperti anak kecil miskin yang kurang makanan. Supir pete-pete juga sering dikenal sebagai orang tak berpendidikan yang tak tahu sopan santun.


Nyatanya banyak juga teman-teman yang sering lupa atau malah gengsi mengucapkan terimakasih, maaf, tolong, saat mereka harusnya mengucapkannya.

Terima kasih adalah hal yang harusnya sangat biasa.Namun belakangan ini saya sering menemui orang yang tak mengucapkan terima kasih dimana dia seharusnya mengucapkannya. Kesalahan besar !!!!

They have lost my respect....
Tidak peduli mereka seumuran, lebih muda, atau lebihtua. Yang harus direnungkan adalah.........
Are we truly better than they are? Think again.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

Dolor