life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

semua hanya jadi sejarah yang terlewat...

Selasa, 28 Juni 2011

Pagi, Jakarta yang tanggalnya tak ingin kuw sebut…

Mati suri selama beberapa bulan mebuatku mulai malu untuk bertemu denga kaan baikku, yaahhhh kawan baik dimana selama ini merupakan tempatku meluapkan asa, melemparkan barisan “tinta tak bernyawa”. Trmanku tak pernah mengeluh, selalu setia acap kali kuw memperdulikannya.

Dunia begitu sibuk, hingga mampu menyibukkan siapa saja yang menaunginya, tak terkecuali “aku”

Pagi ini kota tempatku berpijak begitu mesra, desahan air semalam mampu merobek hangar bingar keramaian kota. Ohhh ia tak lupa kuhanturkan terima kasih sumpah serapah bagi “dia” yang elah memberikan imajinasi hingga kubisa meracik kata kembali….

Dia begitu baik, begitu sopan, begitu rajin, hingga begitu alim jika dibandingkan dengan penulis tinta ini, jika kau melihatnya, yah dia seperatus lebih baik (lagi-lagi) dari ilustratot ini. Agak sedikit hiperbola bagi merea yang mebacanya, tapi yah inilah yang kutuliskan, mengalir begitu ikhlas dijari jemariku.

“dia”, yang kali ini tak ingin kusebut namanya,. Hmmmm atau lebih baiknya kita sebut saja “dia”, dengan sebuta “smash”. Mungkin kalian tak asing lagi dengan kata itu, dan pastinya saya yakin kalian (pembaca) salah satu oenggemar beratnya.
Hahahahahaha…

“smash”, berperawakan agak buram, bertubuh besar dariku (lebar), dan lebih kerdil dariku. “smash” sangat beruntung, ia terlahir dari keluarga kurang mampu namun dihidupi oleh salah satu keluarga dekatnya. Kurang kaya tidak miskin, yah tapi sederhana. sejak kecil belajar susah, hanya bersikap pasrah. Sempat sesaat, mengenal A. S. I. dari ibu. Syukuri rahmat, dapat singkat nikmat ilmu. #alabondan

“smash”, merupakan salah satu mereka yang diberi nafas dalam lingkup kehidupan keluarga sederhana. Mereka berjumlah sekian plus tiga (anak dari keluarga itu). Semuanya begitu adil, tak ada sekat yang menyelimuti keseharian mereka.

Semua mendapat pendidikan, alam dan institusi pendidikan memaksanya untuk hidup.
Singkat cerita mereka tumbuh besar bersama, walaupun pasti tujuan hidup akan berbeda. Kaki begitu kejam menghantar mereka dalam perbedaan tujuan. Yahhhh itu adalah hal yang sangat manusiawi, namun tak senikmat kopi torabika di pagi hari. Bak puntung rokok yang habis dihisap tuannya. Tapi yahh seperti itulah hidup, kadang kau meninggalkan, mengambil keputusan, entah itu secara baik-baik atau hanya berdasarkan egoisme pribadi yg berakal pendek.

Mereka berhasil menapaki hidup, batang rokok pun tlah menjadi puntung untuk menyinari mereka yang kusebut anak matahari. Semua tak seindah awalnya, “smash” yang awalnya hanyalh bocah yang terlindungi oleh terik matahari, kini telah menjadi bintang, yang tak membutuhkan sinar lagi untuk menyinari hidupnya.

Semua hanya jadi sejarah, yang terlewat…..

Yahhh mungkin semua agak buram dalam penuturannya. Singkat, pendek, dan tak jelas…

“smash”, tak mau kenal lagi kampungnya (yang membantunya bersinar)
“smash”, tak mau kenal lagi saudaranya… #ungu-bimbi (edit)

Kutak ingin menceritakannya lebih detail, lebih jauh, karena disini kuhanya berposisikan sebagai penonton yang hanya melihatnya dari satu sudut pandang, sudut pandang yang diberikan oleh mereka para lakon kisah. Tapi pasti singkat tulisan ini akan membuat orang tersinggung (entah itu sang lakon cerita atau kalian yang mempunya kisah mirip seperti ini). Namun lagi-lagi saya, saya menulis ini memang untuk menyinggung.. menyinggung mereka yang tersinggung.
Hahahahahahahaha

Semoga segala sesuatunya lebih baik dari awalnya…

Setiap cerita pasti ada awalnya, namun kini ku tak ingin mengakhirinya…

“smash”, you must to thank…

tulisan ini juga dipublikasikan di http://www.facebook.com/dirgasirajuddin
to be continued.... #alaserialdrama

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

Dolor