life is a big joke

Jangan biarkan ide muw usang dimakan waktu, tuangkanlah dalam goresan tinta keabadian.....

tamparan tanggung jawab

Jumat, 10 Desember 2010

Pelajaran berharga lagi-lagi kuw temukan di hari-hari yg sangat biasa bagi saya seorang anak kuliahan (nb; anak kuliahan dgn mahasiswa itu berbeda). Anak kuliahan yg kesehariannya ngampus, masuk kelas, dengar ceramah dosen, ngerumpi dikampus, go home sambil menunggu hari esok tuk kuliah lg.

Semoga setelah membaca tulisan ini, kalian akan mengerti apa yang saya maksud "Belajar dari hal-hal yang biasa." (paste dari “senyum yg terlupakan”)

Ok, lets start…

Sabtu 28 november, diawali dengan sesuatu yg buruk, yappp telat bangun merupakan penyakit yg belum bisa saya obati atau sembuh kan, berhubung kami (anggota UKPM) sedang mengadakan musyawarah besar yg ke XVI.

Dilanjutkan dengan langkah yg tertatih-tatih menuju kamar mandi sembari menengguk segelas susu dingin, dingin karena hembusan sang angin. Sesaaat setelah itu aku pun siap melangkahkan kaki menuju singgasana UKPM (sok hiperbola). Berhubung ban motor saya bocor terpaksa dengan senang hati saya harus merelakan sejenak mengeluarkan tenaga untuk mendorongnya menuju press ban. Yaaap sesaat kemudian everything is ok, ready ??? go go go go berangkat…

Antiklimaksx mie

Sesaat setelah tiba dikampus tepatnya di ukm motor pun kuw parker, dari kejauhan terlihat gumpalan rumput yg melekat tepat ditangkai p[ohon, yap sarang burung…

Sunggu pelajaran berharga yg kuw dapat dari mereka (burung=binatang), yg katanya manusia derajatnya lebih tinggi disbanding burung (atau apapun itu yg jelas binatang)

Yahhh sebuah tamparan tanggung jawab yg disajikan olh burung tersebut, tamparan untuk mengajarkan saya (dan mungkin kita) arti sebuah tanggung jawab, arti sebuah pemimpin, yg kini telah carut marut di panggung sandiwara (dunia versi ahmad albar’s n band)

Yah aku dipertontonkan oleh seekor burung (*binatang) arti tanggung jawab, dimana tugas sebagai induk (jantan) yakni menafkahi keluarganya dan memberikan rasa aman bagi keluarganya (kita sebut sj keluarga, karena ketika jantan membuahi betina dan menghasilkan spesies baru berjenis sama itu telah memenuhi syarat sebuah keluarga).


Lanjuuuttt….

Kuw perhatikan dari jauh tampoak dua ekor burung dewasa dan beberapa bayi burung, burung satu (mungkin berjenis kelamin jantan) tampak sibuk mondar mandir dengan secercah harapan dimulutnya, yap selembar ilalang yg menggantung.

Selanjutnya (subyektif penulis bercampur dengan imajinasi) disaat sang jantan mondar mandir dengan ilalang dimulutnya, sang betina dengan ketulusan memberikan kehangatan perlindungan bagi anak-anaknya (mungkin itu yg tengah terjadi disarang tersebut). Saat sang jantan sibuk mencari secercah harapan, mungkin juga dibarengi dengan mengais rejeki (lagi2 imajinasi penulis), lalu akan memberikan pada anak-anaknya yg kelaparan dalam sangkar, dan mungkin saja mereka sebagai orang tua rela menahan lapar sebelum anak-anaknya kenyang.

Dan mungkin lagi disaat anak-anak mereka telah besar dan bisa terbang, anak-anak mereka akan diberi kebebasan untuk mengarungi dunianya, tiada kemelekatan dan tiada pamrih, demi kebahagiaan semuanya mereka belajar untuk terus bertahan hidup dan terbang bebas melihat keindahan alam bebas.

Bagaimana dengan kita? Mahluk yg katanya sempurna dari segala mahkluk ? sudahkan kita merenungi hidup kita?

Manusia jauh lebih berhati mulia dari pada burung, Ada burung-burung tertentu, ketika anaknya lahir cacat, maka induknya langsung mendepak sang anak dari sarangnya, dan anak burung yg tidak mampu bertahan hidup akan segera mati.

Tidak dapat dipungkiri, ada manusia yang mengaborsi anaknya sebelum kelahirannya di dunia, atau menelantarkan anak yang sudah dilahirkannya, ada juga yang tega membuang anaknya ke tong sampah, atau dihanyutkan di sungai.

Tentu masih banyak orang tua yang memiliki cinta kasih, kasih sayang dan kebijaksanaan pada anak-anaknya. Kebahagiaan Keluarga jauh diatas segalanya,Tapi Dimana arti kepemimpinan itu ? dimana filosofi seorang laki-laki yg seharusnya menjadi pengayom ?



they have lost my respect....


Tidak peduli mereka seumuran, lebih muda, atau lebih tua. Yang harus direnungkan adalah.........
Are we truly better than they are? Think again. (paste dari “senyum yg terlupakan”
)


Semoga Semua tetap tersenyum, semoga semua selalu damai, tentram didalam selimut kebahagiaan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Lorem

Ipsum

Dolor